Langsung ke konten utama

Aturan dibuat untuk...? (*dilanggar)

Aturan dibuat untuk dilanggar

Beberapa hari yang lalu,
Saya mengikuti simposium dan workshop didaerah jakarta pusat.
Karena saya tinggal didepok,
Akhirnya saya naik KRL.
Cepet, murah, nyaman.

Saya turun di Stasiun Cikini.
Well, yang pada tau dimana itu,
Pasti tau juga panjang setinggi 60 centimeter, yang mengelilingi jalan masuk ke stasiun.
Dulunya sih ngga ada pagar hijau itu,
Cuman karna macet yang kepanjangan didaerah cikini-megaria setiap kali jam pulang kerja karena parkiran kendaraan umum yang semerawut,
Akhirnya dibuatlah pagar yang mengelilingi.
Jadi lumayan juga jalan kedalam stasiunnya.
Bolehlah itung-itung olahraga.

Saat saya mau pulang ke depok.
Saya melihat mbak-mbak yang males jalan, lalu memotong jalan pintas dengan "menaiki" pagar itu,
Kalo si mbak pake celana kain sih, gapapa ya.
Ini pake rok span selutut.
Dengan wedges setinggi 7 cm.
Bisa dibayangkan gimana caranya dia naik?
Dan dia menjadi tontonan segar oleh orang-orang disekitar?
Akhirnya, ggggddddeeebuummph...
Si Mbak jatuh kejalan, mungkin dari kecil ga pernh manjat mangga... *ops

Saya terdiam melihatnya, sekaligus menahan ketawa.
Dengan susah payah dia berdiri lagi,
Dan coba manjat lagi.
Saya membantu pegang tas kerjanya.
Sekali lagi dia coba dan berhasil,
Cuman mendaratnya ga mulus,
Tetap juga cinta tanah air! (*gedebump lagi)

Bukan hanya mbak ini, tapi masih beberapa orang lagi.
Dan dari beberapa orang itu,
Ada juga yang nasibnya sama kayak si mbak.
Jatuh dan diketawain.

Anehkan?
Apa juga salahnya kita jalan sedkit aja?
Kenapa juga kita harus manjat dan maksa untuk manjat?
Indonesia!
Gimana caranya mau teratur dan tertib.
Untuk hal sepele ini saja kita tidak bisa teratur!
Kan lucu jadinya!

Iyalah, kalo alasannya karena buru-buru,
Memangnya yang lain tidak?
Memang pas lo datang, kereta udah pasti langsung ada tujuan lo?
Waktu blom ada pagar, banyak yang ngeluh karena macet parah!
Setelah pagar dibuat, dan macet hilang,
Keteraturan pejalan kaki malah semakin nyeleneh!
Gimana sih.
Kita protes disatu sisi, tapi disisi lain justru kita terlihat sangat tidak teratur.

Coba bayangin, kalo anda jatuh pada saat ada kendaraan lain lagi mepet ke trotoar?
Apa ngga bahaya?
Coba liat, anda jatuh dan paha serta "daleman" terlihat nyata,
Apa ngga malu?
Pake pakaian lengkap ala businessman, tapi attitudenya kok ga lengkap ya?

Ayolah,Indonesia.
Budayakan tertib dan teratur.
Dari hal kecil aja, bila sudah dibuat aturan pejalan kaki,
Ya tolong diikuti.
Nanti kalo terjadi kecelakaan karna tidak patuh,
Marah dan nyalahin pemerintah lagi.
Tolonglah, mindsettnya diubah....
Belajarlah mematuhi aturan yang sudah dibuat!

Karna, buat saya pribadi...
Lucu rasanya melihat anda jatuh sempurna,
Padahal, ada jalan yang bisa membuat anda tiba distasiun debgan nyamanloh.
Kenapa milih lebih milih jalan pintas yang buat anda terluka?

Tuh,kan...
Kenapa anda terluka?
Karna kadang, anda selalu cepat memilih.
Tanpa berpikir.
Apa yang terlihat begitu mudah, tidak selalu mudah untuk dijalani.

Jadi, cobalah untuk mematuhi aturan, agar tidak terluka...
(*dalemkan?)

Aturan dibuat untuk...? (*dilanggar)
Ah, kita manusia berakal loh, janganlah menyamakan diri dengan yang tidak berakal.

Benyada Remals "dyzcabz"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...