I am a proud sister!!!!
First thing first... Congratz, Melf!
Calon Sp.B menunggu waktu aja sih.
Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter.
Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf)
Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS.
Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi.
Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan" setelah gelar itu tersemat. Tapi, lebih kepada "aktualisasi diri" dalam berkarier dan ego akan prestisius bahwa "saya mampu" mengembangkan kemampuan saya untuk membantu banyak orang.
Ketika saya mengatakan "ego", mugkin sebagian kalian berpikir tentang "betapa angkuhnya" orang ini. Yup, sombong dan pintar is turn out in our blood. Hahahahahahahahaa... Ndak lah, "ego" yang saya maksud itu, dalam artian yang baik, bahwa pada dasarnya setiap manusia punya mimpi dan cita2. Manusia selalu menginginkan "hal yang terbaik" dalam dirinya untuk di akui oleh dunia. Bagi saya dan melf, hal itu adalah pencapaian kami dalam bidang pekerjaan. Menjadi seorang spesialis adalah langkah awal untuk bermimpi lebih hebat, liar dan gila.
I am a proud sister!!!
I do. Setiap kali kebaikkan terjadi untuk "inner circle" saya, orang2 yang saya sayang, saya selalu mengucap syukur pada Yesus. Kalian tidak pernah menyangka, pada suatu masa dulu, ada 2 orang dokter ptt yang "baru dokter" duduk di teras depan rumah Opa sampai jauh malam. Membicarakan tentang masa depan mereka. Mimpi mereka. Spesialis apa yang mereka inginkan.
Saya adalah salah satu orang yang bilang ke epit, dia harus menjadi Spesialis bedah. Kenapa? Karena bagi saya, epit terlalu "istimewa" untuk menjadi "sekedar" internist.
"Sa maunya jadi internis yed. Sa suka sekali."
"Internis? Melf, ko stop deh. Sa ndak melihat ko cocok jadi internis. Ko harus dokter bedah."
"Bah ko nih"
"Kalo ada acara2 kumpul2 dan ko alasan "ada mau praktek" terdengar sangat sepele, tapiiiiii... Ketika ko bilang "sa ada op cito" ahhhh... Gilaaaaak, itu terdengar keren di telinga saya."
"Ko su gila kah."
"Sa serius. Ko harus ambil bedah! Bedah! Bedah! Sa yakin ko bisa. Sa ndak pernah meragukan ko,melf. Saya yakin."
Dan pembicaraan itu berulang kali terjadi diantara kami. Pembicaraan dua bocah, bersama melf, saya selalu bisa konyol, bisa ngakak ampe "basah" dan bisa menjadi segila biasanya. Hes my bro. As always. He have my respect.
Dan akhirnya, hari ini, dia bilang bahwa dia lulus di Unsrat! Ppds Bedah Unsrat. Tidak ada berita yang lebih menggembirakan selain mendengar Yesus mengabulkan dan mendengar apa yang melf inginkan. Dan mama mi? Beliau akan sangat bangga melihat anak kesayangannya, putra kebanggaannya menjadi Spesialis Bedah.
Kami merangkak dari bawah, tidak ada yang instan untuk kami, kami menjalani semua proses yang di berikan oleh semesta, walaupun Oom kami adalah kepala dinas sorong, kala itu. Kami tidak di istimewakan. Kami pernah berjalan jauh di pedalaman, jatuh di atas lumpur, bangun malam2 masuk hutan atas nama pengabdian. Kami menjalani itu dengan ikhlas, jadi rasanya tidak begitu terkejut, bila hari ini, kami di berikan hadiah atas kerja keras kami.
Iyakan?
Lo kapan nyed?
Tenang aja, setiap orang punya waktu. Saya sedang "bergumul" dengaan waktu saya. Suatu saatt nanti, kalian tinggal denger aja, saya sudah semester bla....bla....bla.... di?
Di kota yang selalu menjadi tujuan saya. Di kota yang membuat saya jatuh hati sejak pertama kali, papa membawa saya ke sana. Kota itu meneduhkan saya. Semoga kota itu menahan saya 5 tahun di sana.
Lo ngga sedih epit udah sekolah duluan?
Gini ya, ketika dulu, melf pelantikan duluan, saya memeluknya dan berkata "kaka2 harus duluan, baru ade2 belakangan", tidak ada lomba disini. Toh, saya dan melf berbeda "prodi". Saya menginginkan jantung sedangkan melf bedah. Apa yang harus di lombain?
Hanya karena melf sudah masuk duluan, lantas saya merasa kalah? Hahahahahahahahhaaha.... Ini rahasia ya? Saya justru bersyukur dia masuk duluan, karena doa saya terkabul, saya ngga satu kampus lagi. Ngga perlu di repotin lagi. Hahahahahahahahahah...
Serius deh, melf itu reseeeeeeek. Reseeeeeeek. Sangat reseeeek. Dia selalu merpotkan, dia selalu "bertanya" dan otoritas kaka pertama ituloh, menyebalkan!
Kayaknya 6 tahun kuliah di Ukrida cukuplah ya.... (*Kapok saya)
Well, menurut saya, sekolah tidak menjamin kesuksessan seseorang. Saya setuju. Tapi, "pendidikan formal" membentuk pola pikir, cara berpikir, sudut pandang dan caramu melihat masalah. Itu kan alasan kita menyebutkan "ga sekolah sih, pantes!". Kamu boleh sukses melalui jalur a, b, c, d, tapi alangkah baiknya bila kamu melengkapi dirimu dengan pendidikan formal yang benar.
Bagi saya, sekolah dan belajar terus adalah keharusan. Dunia berputar, akan banyak hal yang berkembang, sebagai mahkluk yang di ciptakan paling mulia, berakal budi, berakhlak baik, alangkah baiknya, kita menghargai apa yang sudah di ciptakan oleh sang pencipta dengan "cara yang benar", mengasah dan menggunakan kemampuan berpikir secara intelektual dan ber-integritas dengan baik, dalam setiap bidang kehidupan yang kita inginkan.
Jangan kecewakan pencipta kita, dengan "kebodohan" sikap, tutur, pikir dan cara kita membahasakan sesuatu. Karena itu membuat nilai kita tidak lebih baik dari ciptaannya yang berkaki empat.
Ini hanya pendapat saya pribadi. Saya tidak mengintervensi siapapun. Mau sekolah atau tidak, itu hak anda.
Tapi jangan menyerah pada keadaan. Keadaan tidak akan berubah hanya karena kita "putar balik" atau "berhenti", untuk berubah kamu harus maju, bukan mundur.
Setidaknya, jangan buat masa depanmu, menyesali apa yang kamu lakukan di masa kini. Masa lalu selamanya tinggal, masa kini harus diperjuangkan, masa depan adalah pencapaian dari perjuangan hari ini dan pembelajaran masa lalu.
Karena itu kita menyebutnya, doa yang terjawab oleh DIA yang memiliki hidup.
Papa bilang, menangislah dalam diam, mintalah apa yang sudah kamu usahakan, bujuklah Bapa yang di Surga dengan cara yang benar, airmatamu akan mengisi ruang maha suci di atas sana, lalu Yesus akan memutuskan apa yang diinginkannya atasmu.
Insya Allah (*bila Tuhan mengijinkan)
Boker Tov (*kebaikkan Tuhan besertamu)
Bila saya membahasakannya...
Bersujudlah pada bumi, agar langit mendengar teriakkan terdalam hatimu. Bumi tidak bisa menolak apa yang di gariskan oleh Langit.
Karena itu, berteriaklah dengan lantang dalam bahasamu pada Tuhan, Dia Maha Tahu, Dia Maha Kuasa, yang padaNYA segala makhluk meminta.
Bila kamu harus membujuknya, lakukanlah dalam perbuatanmu dan imanmu, sebab itulah yang diinginkanNYA.
I love this post.
saya menulisnya, sebagai ucapan syukur atas keberhasilan kakak saya, dr. Melfritz Rinell Siwabessy, Calon Spesialis Bedah.
Mungkin ini terlalu berlebihan, toh masih 5 tahun lagi, gelar itu tersemat. Tapi bagi saya, dia sudah berjalan dalam lajur yang benar. Hanya butuh ketekunan, keikhlasan, konsisten, rendah hati dan penyerahan diri pada Yesus.
Karena setiap badai yang berlalu, selalu disertai pelangi yang muncul.
Congratz Melf!
I adore you. Im a proud sister.
Benyada Remals "dyzcabz"
Bila kamu pikir, lulus spesialis "bedah" yang bergengsi itu mustahil, artinya mimpimu kurang gila.
Melf buktinya. Kami bukan "darah biru", kami biasa saja, memiliki rekomendasi? Iya, ada. Tapi, ada satu rekomendasi yang tidak bisa di tolak... (*Lihat ke atas, tempatnya tak terlihat, namanya YANG MAHA TINGGI)
_________________________________________
"Kita harus punya rumah sakit,yed. Kita dokter banyak loh di dalam rumah ini"
Saya menatap "jengah" ke melf.
"Namanya LM Hukom aja."
Saya tertawa. "lalu tiap ruangannya nama keluarga kita?"
"Ah ko ini sa serius. Ko jantung, ando internis, lof mau ambil apa e? Titin?"
Saya mengacuhkan dia.
"Kita bangun bagus di mana e?"
Saya berdiri, menatap melf... "ko ga capek ya bicara terus. Ada cornet tuh, ko goreng deh, kita makan. Sa lapar. Ko juga kan?"
Dia gorengin kornet dengan judul, "kornet rasa minyak"
Hahahahahahhahahahahahahahahaa...
Sekian.
Pernah di suatu masa, kami membuat obrolan sereceh dan ndak penting. 2 dokter ptt yang bahkan gajinya turun 2-3 bulan sekali. Yang tempat tugasnya "elus dada" juga.
Dan, hari ini, salah satunya sudah mencapai mimpinya.
_______________________________________
Ada yang pernah bilang buat saya,
Bandung di ciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum. Namun, Jogja terlahir saat Tuhan sedang jatuh cinta.
Komentar
Posting Komentar