Yesus memang punya skenario yang sulit ditolak. Bahkan sulit dihindari. Sulit.
09.15
Rasta dan Mbul menjemput saya karena kita mau nemenin Rasta ke Kantor apalah itu di kuningan, kantornya sebelah gedung Master Chef dan bersebrangan langsung dengan hotel westin.
Dan saya tidak terlalu peduli ada urusan apa Rasta disana. Intinya, nemenin Rasta pagi ini. Jarang loh saya mau bangun se-pagi ini, yup, jam 9 itu PAGI BANGET untuk saya hahahahahahahhaa....
"Kita turun?" tanya saya malas
"Nyed, lo kira gue supir? Ayok lah. Bentaran kok. Mbul turun yeeee.... Malah ngelonjor lagi. Masih pagi,pak!" Ledek Rasta
"Nyed, lo kira gue supir? Ayok lah. Bentaran kok. Mbul turun yeeee.... Malah ngelonjor lagi. Masih pagi,pak!" Ledek Rasta
Saya dan Mbul serempak turun. Mengekor dibelakang Rasta yang berjalan setengah "tergesa-gesa" untuk masuk.
"Dia mau ngapain sih mbul?"
"Nemuin klien kali"
"Disini?"
"Ya iyalah kukang, mau di mana lagi? Otak lo kalo pagi loadingnya separo ya?"
Saya tertawa dan mencubit Lengan mbul.
"Nemuin klien kali"
"Disini?"
"Ya iyalah kukang, mau di mana lagi? Otak lo kalo pagi loadingnya separo ya?"
Saya tertawa dan mencubit Lengan mbul.
............
"Hei, non"
Saya menatap ke arah suara itu dengan gontai. Kenapa harus ketemu!
Rasta dan Mbul menoleh ke asal suara itu. Lalu melihat saya sambil menaikkan alis dan "kode tanya" SIAPA? Saya berjalan menjauhi asal suara itu tapi DIA berhasil mensejajari langkah saya. Membuat kita berhadapan dan Rasta-Mbul berdiri disamping saya.
"Temen lo?"
"Mau apa?" Tanya saya dalam nada tidak bersahabat
"Nona ada perlu apa kesini?" tanya DIA dalam nada bersahabat
"Mau apa?" Tanya saya dalam nada tidak bersahabat
"Nona ada perlu apa kesini?" tanya DIA dalam nada bersahabat
Rasta tau bahwa "situasi akward" inj ga boleh dibiarin.
"Gue, Rasta, sepupunya yedy. Yang ada perlu disini gue, bukan yedy. Lo?"
Dia mengulurkan tangan "Gue DANIEL, mantan temennya nona"
Saya menatapnya dengan nanar. Entah ada poin apa coba Yesus nemuin gue dengan dia ditempat ini. Disaat mood gue lagi jrob, no coffee back up and no plan B for intermezzo, got
it?
Mbul mengulurkan tangannya dan dengan "santai"nya berucap "oh DANIEL, gue tau lo, gue... Panggil aja Mbul." Mereka sangat bersahabat dan menikmati pertemuan singkat bin tolol (*buat saya).
"Mau ketemu siapa?"
Rasta nyebutin nama Ibu yang harus dia temui. Ternyata, DIA kenal sama IBU yang dimaksud Rasta. Dia menawarkan Rasta untuk mengantarkan ke ruangan IBU itu.
Rasta nyebutin nama Ibu yang harus dia temui. Ternyata, DIA kenal sama IBU yang dimaksud Rasta. Dia menawarkan Rasta untuk mengantarkan ke ruangan IBU itu.
"Mbul, Non, lurus mentok belok kanan ada cafetaria. Bilang Daniel aja, semua beres."
Saya menatapnya dengan jengah. "Gue punya duit untuk bayar."
Mbul Menyikut lengan saya dan menggamitnya untuk berlalu dari sana.
Mbul tidak membuka tanya bahkan obrolan. 2 cangkir espresso sudah didepan kita. Saya masih membisu. Mbul diam dan memainkan HPnya.
"Tumben lo diem?" Tanya saya
"Gue ga mau diamukin ditempat ini, Nona." Ledek mbul
Saya tertawa. "Gue se"brengsek" itu"
"Apa lo tau, nama lain lo artemesia?"
Kita tertawa. Sereceh itu.
"Jadi. Dia. Daniel?" ucap Mbul setelah tegukan pertamanya
"Gue ga mau diamukin ditempat ini, Nona." Ledek mbul
Saya tertawa. "Gue se"brengsek" itu"
"Apa lo tau, nama lain lo artemesia?"
Kita tertawa. Sereceh itu.
"Jadi. Dia. Daniel?" ucap Mbul setelah tegukan pertamanya
Saya mengangguk tanpa menatapnya, saya mengalihkan pandang saya pada setiap sudut kafetaria ini.
"Dan dia kerja di?"
"Mbul, stop. Gue lagi ga mood buat bicara soal dia. Okay?"
"Oke, jadi, dia kerja di sini?" Saya tertawa. Kampreeeeet!
"Nona, thats too sweet lady broker!" ucap Mbul setengah berteriak.
"Noke manggil gue nona. Im deserved it, bro!"
"Yeeeee itu bokap lo,nyed. Nona itu panggilan yang manis loh menurut gue. Just like, dia sangking cintanya, dia ngormatin li banget dengan panggilan itu. Am i rite?"
"Semua cowo ambon yang onosel and laipose, selalu manggil cewenya nona."
"Jadi dia ambon?"
"Menurut ngana?"
"Arab, tipe lo banget, cowok cool yang simpati. Iyakan? Lo banget."
Belum sempat saya membalas mbul, mereka datang.
"Bereeee, boss." ucap Rasta sambil menepuk bahu saya
DIA ada disamping rasta.
"Udah,nyong?"
"Bisa balik sekarang?" Saya
Rasta mengedipkan matanya untuk saya. Mbul bergegas ke kasir. Saya dan rasta menunggu didepan kafetaria, bersama DIA. Rasta ngga berhenti berterima kasih, ampe pegel dan tuli dengernya.
"Makan siang bareng?" ajak Rasta untuknya, dia menatap saya. Saya melolototin Rasta si kampret ini. Sok baik. Sok akrab. Sok cair!!!!
"Mau ikut ke tempatnya Rong2? Kita abis ini mau kongkow disana." ajak mbul
Saya menatapnya. "kita ngga berteman, jadi bakalan akward kalo lo ada disana. Iyakan? Lagian kalo lo datang, artinya gue ngga ada disana." tekann saya dengan nada "superioritas" dan sangat tidak bersahabat.
Rasta dan Mbul terdiam melihat saya. DIa mengangguk.
"Tapi, boleh bicara sebentar?" tanya DIA
Oh God, harus banget ya skenario ini? Ngga bokeh dituker sama yabg lain aja? Hm? Hupf. Grow up nyed!
"Waktu lo 10 menit. Mau apa."
Rasta dan Mbul melipir ke mobil. Saya dan DIA berada di lobby depan dengan latar lalu lalang orang dan bunyi derit pintu.
"Salah saya kalo saya lahir dikeluarga seperti ini?"
"Lalu salah gue? Karena bokap gue adalah pdt A R ihalauw?"
Dia menghela nafas berat. Sangat berat.
"Saya minta maaf untuk perkataan tante saya. Om noke ngga pantas direndahkan sepertinitu. Maaf. Tapi kalo nona menghujum saya,atas...
"Gue pikir, lo ngga bego2 amat ya, untuk paham email terakhir itu. Gue ga marah sama lo, tapi gue ngga mau masuk didalam keluarga lo. Okeh?"
"........."
"Udah 10 menit. Gue ngga mau kelamaann ditungguinnya. Makasih bantuan lo untuk tata."
"........."
"Udah 10 menit. Gue ngga mau kelamaann ditungguinnya. Makasih bantuan lo untuk tata."
Dia mensejajari langkah saya. Tanpa bicara.
"Sorry ya nunggu kelamaan" ucapnya untuk dua kampret ini
_____________________________________
Rasta dan Mbul bersenandung ndak jelas sambil melirik saya dari kacaspion.
"Jadi itu daniel? Yang lo blacklist?" Rasta
"Ngga usah pura2 bego deh,ta.stop bahas dia!"
"Tapi, gue jujur nih. Sorry ya,nyed. Sebagai cowo, gue aja ngerasa di ganteng banget loh. Tinggi, badannya keren, manis lah."
"Mbul, masih normal kan?" Saya
"Dia mirip drumernya element. Siapa ta?"
Rasta menggeleng.
"Ituloh yang bulunya banyak. Nyed siapa? Band elemen yang dulu manggung di sekolah kita. Aduh siapa?"
"Didi riyadi,nyemot." Ucap saya kesal
"Ituloh yang bulunya banyak. Nyed siapa? Band elemen yang dulu manggung di sekolah kita. Aduh siapa?"
"Didi riyadi,nyemot." Ucap saya kesal
Dan pembahasan ini bakalan berlanjut terus dan terus dan lagi.
"Nyed, dia kayaknya bukan orang sembarangan loh."
"Kenapa?" Mbul
"Pas gue dianterin ketemu ibu itu, semmua yang ada disitu langsung hormat gitu ke dia."
"Gue ga peduli "
Mbul menoleh kebelakang. "Dari cara dia manggil lo, keliatan banget sih, kalo dia kangen." Rasta tertawa geli. Tapi wajah Mbul sangat serius
"Gue turun di depan ajalah. Ada burger king kan? Drop gue disitu."
"Yaelah kang, becanda doang. Maap. Cewe banget sih, ngambekkan."
"Kalian tau kan, kenapa gue ngga dengan dia lagi? Perlu banget harus dibahas? Hm? Mau dia siapapun itu, gue ga peduli,ta, mbul. Berurusan sama dia, sama artinya gue bakalan berurusan sama keluarga itu. Gue ga mau."
Rasta dan Mbul menganguk. Jeda sebentar.
"Tapi pas tadi lo bilang lo ga mau dia ada itu, kok gue ngerasa lo jahat ya,kang" Rasta
"Bodo amat"
"Coba lo dengerin dulu, yang salah itu keluarganya. Ok, gue ngerti. Tapi dia? Dia ngga salah. Kenapa lo ngga berteman aja sama dia? Just friend. Hm? Grow up,nyed! Lo tau dia ngga salah, tapi lo hukum dia, untuk kesalahan yang ga bisa dia ubah. Kenapa lo harus ngindarin dia?"
"Menurut lo gue dan dia bisa berteman? Disaat gue tau, dia nungguin gue setengah hidupnya? Dan berharap lebih dari teman? Menurut lo, gue ga jahat ya? Membuat anak orang berharap untuk sebuah "friendzone" yang gue tau, ga bakalan mau gue ubah menjadi lebih dari itu. Tidak berkomunikasi lagi dengan dia, adalah hal terpintar yang gue buat, bukan buat gue,ta. Buat dia, supaya dia tau, ngga ada gunanya nunggu, orang yang ga mau ditunggu."
"Lo bener,kang. Gue setubuh." Mbul
Rasta bertepuk tangan. "Dan sekali lagi, lo selalu memutuskan happy end untuk orang lain."
Rasta bertepuk tangan. "Dan sekali lagi, lo selalu memutuskan happy end untuk orang lain."
"Gue ngga mutusin happy endnya dia. Gue cuman ga mau ngeliat dia menjadi pesakitan yang bodoh, gue ga mau masuk kedalam keluarganya. Thats the point. Gimanapun caranya, ngga! Terserah lo mau bilang gue childish atau apalah. Kalo mereka ngatain gue, itu ga jadi soal. Tapi kalo mereka ngejelekin Noke, disaat beliau sudah tidak ada dan menjudge seolah-olah papa sangat terhina dan brengsek, siapapun dia, ga akan gue maafin."
"Stop childish,nyed. Grow up. Daniel ngga salah. Dia berhak lo denger penjelasannya. Hm?"
ada jeda yang lama, entah karena apa. Mungkin RASTA sedang berpikir cara menjatuhkan argumen saya lagi!
"bukannya lo takut kalo akhirnya lo fall in him? dan lo ga bisa nolak lagi?" Rasta sambil tersenyum menang
"Ta, gue ga mau debat apapun dengan lo. Stop. Gue turun."
Mbul menjewer telinga Rasta. Yup, hes out of limit. My limit, actually. Mine. Terakhir saya dan Rasta berdebat panjang hingga saya diam. Itu udah lama banget, lama banget. Rasta si rasional. Saya si idealis dan pendendam.
"Turunin gue. Gue ga ikut ke ibu."
"Jangan dong,nyed. Ibu udah siapin makanan kesukaan lo kok. Kok gitu. Udah stop bahas!" Mbul
"Lo harus dewasa, seperti yang selalu lo bilang. Dewasa,nyed. Bukan lari dan menghindar. Lo harus ngadepin bahwa dunia ini memang ga selalu harus menghargai apa yang lo hargai. Dunia ga hanya lo bentuk dari pemikiran lo, dan lo ngga bisa nyetir orang lain harus mengikuti mau lo."
"Stop,ras! Gue bilang stop!"
"Lo bukan anak kecil lagi. Lo dokter, lo udah sangat matang dengan semua masalah2 ini. Lo ngelepasin cowo yang sayangnya setengah gila sama lo, untuk sesuatu yang absurd."
Dan saya meledak. Absurd? Serius? Absurd?
"Rasta, gue benci untuk bilang bahwa lo tai. Bangsat! Absurd? Gue tanya sama lo, apa sih masalah terbesar bonyok lo? Cerai? Om seligkuh? Apa? Lo anak broken home? Hm? Tapi ngga ada satupun, yang pernah ngelecehin nama oom. Bahkan ketika dia melakukan kesalaahan, semua respect selalu mengikuti dia.
......mbul berbalik dan menggenggam tangan saya..... .....gue? Coba lo ketik di google, ketik nama bokap gue, lo bakalan liat, apa yang lo bilang "absurd", bokap gue dituduh melecehkan dan itu menjadi jejak digital yang selamanya akan tetap ada. Selama beliau hidup, beliau mendiamkan itu dan mengampuni orang2 itu. Gue ga pernah berenti buat mendesak papa untuk menjebloskan mereka ke penjara. Tapi noke gue beda. Dia sangat berbelas kasihan. Gue tau, gue ga bisa meminta "hormat" atas papa untuk setiap orang yang ngga respect sama dia. Tapi setidaknya, ketika kamu tidak tau kebenaran tentang sesuatu berita jangan mengecam seenaknya. Sama seperti gue, yang ngga pernah "meringankan" mulut gue untuk berucap seenaknya pada orang lain, gue pikir setiap manusia beradab dan berotak seharysnya memiliki "simpati" atas duka orang lain. Lo pikir gue ga tau, bahwa yang mengatakan itu adalah sepupu 2 kali mamanya. Orang yang cukup dekat dengan keluarga intinya. Dan lo pikir, ketika bokap gue dikatain, dijelekin, gue bakalan diam? Wooooi, lo ngga tau gimnaa hebatnya bokap gue berjuang melawan fitnah itu, lo ga tau seberapa hebat dia mengorbankan dirinya untuk melindungi persekutuan di GpiB kasih karunia medan, call me megalomen,ras. Tapi lo boleh tanya sama semua orang digereja itu, gimana bokap gue kerja disana. Lalu ada segelintit orang yang tiba2 dengan gampang mennghina dia, setelah dia sudah tidak ada. Mereka ngga punya hak! Tai. Anjing! Bangsat.....
.............gue bukan anak kecil, gue tau apa yang gue buat. Gue tau apa yang lo maksud. Gue ga bisa lo paksa kalo hati gue udah tawar dengan keluarganya. Lo ga lebih pinter dari gue,nyet! ............berenti di depan, berenntiiiiiiiiii, rasta!"bentak saya
Mbul menatap saya. Rasta menepikan mobilnya. Saya turun.
"Lainkali kalo lo minta temennin jangan pagi. Mood gue jelek."
Mbul mengejar saya. "Nyed, stop. Kok lo jadi berantem sih. Nyed." bujuk mbul
Rasta turun dari mobil. "Nyed, sorry. Gue ga mojokin lo. Gue cuman.
"Stop. Gue ga mau liat lo. Gue marah sama lo."
"Aduh, kok gini sih kamunya. Nyed, ibu udah nunggu loh. Yuk, cabs."
"Gue ga mood ke ibu. Kalian pergilah."
"Kalo nanti ditanyain?" Mbul
"Bilang karena rasta." Dan saya berlalu dengan taksi.
Arrhhhhhhgggggggggggggggggh....
_________________________________________
Saya ngga mungkin pulang dengan mood jrob. Iyakan? Mama pasti akan bertanya, karena saya sangat "ekspresif".
Dan disinilah saya, The Lake House Bogor. Kalo kata manusia2 pintar "nenangin diri", beli buku di gramed dan mennghabiskan sisa sore saya disini.
Dunia tidak seluas yang saya pikir, bukan... Jabodetabek ngga seluas perkiraan saya.
"Heh, lo bukan nerd, ayok balik." Rong2
Saya tertawa menatapnya. "Lo tau gue disini?"
"Im your ghost,kang! Tanggung jawab lo sama ibu, bakwan jagung sebakul sama sambel terasi ebi, gimana tuh."
Saya memonyongkan bibir saya, ngedumel. "Ngga ah."
"Lo adu debat sama manusia se bangsat rasta, dan kalah? Yaelah nyed, gitu aja lo keki. Gue ga pernah debat sama dia, karena lo sama rasta itu kembar. Sama2 bebal dibilangin. Ayok cepetan. Gue bakalan nunggu sama lo balik sama gue. Cepet."
"Gue ga mau. Gue mau disini."
"Eh, gue dari pusat peradaban jakarta, gue melipir ke mari buat lo,nyed. Ini ngga romantis ini penyiksaan. Gue ninggalin bakso gue plus gorengan bakwannya ibu, demi ngambil anak favoritenya disini. Ibu nyruh lo balik ke rumah."
Saya tertawa geli. Gimana mau marah coba sama Rong2, ngeliat dumelannya itu berasak geli aja. Apalagi muka merengutnya berasak liat zebra nyengir hahahahahahahhahahahaahaaa...
Dengan malas saya ikut pulang ke ibu. Ibunya rong2 itu sudah seperti Sinsi. Perempuan yang sangat lembut, berkarakter, semua hal yang baik selalu ada padanya. Jiwanya tulus, tidak pernah menuntut. Selalu tersenyum melihat tingkah konyol kita. Pelukannya sehangat "rumah", bila beliau menyambut kami pulang di terasnya, i always feels im home.
Rong2 house...
"Buuuuu, ini yang ngambek." teriak Rong diikuti tepukan kampret2 ini. Saya berjalan ke arah ibu dan memeluknya.
"Kangen,bu." Ibu mengecup pipi saya.
"Kamu yo nambah ayu,non."
"Kamu yo nambah ayu,non."
Saya tersenyum. "Nih loh, ibu bikinin bakwan jagugmu, sambel ebimu, sama tumis kacang panjang udangmu."
Saya tersenyum. "Im special."
"Kalah martabak,nyed" teriak Nita
"Lo kenapa sih ngambek?" tanya cipta
Saya menatap Rasta. "rasta."
"Lo kenapa sih ngambek?" tanya cipta
Saya menatap Rasta. "rasta."
"Mereka berantem dong,ta! Berantem. Lo tau kan kalo singa dan singa ngamuk, apalah hamba si kelinci imut ini" ucap Mbul diikuti gelak tawa kita
Rasta merangkul saya. "Sorry,nyed. Gitu aja marah. Hormon cewe lo lagi banyak ya?" Saya menyikutnya.
"Berantem karena apa?"
"Mbul stop. Karena arah jalan." jawab saya cepat. Rasta tertawa dan bertepuk tangan.
"Jadi gini, lo semua penasaran sama DANIEL mantannya si kampret ini kan?"
Percaya ngga semua fokus sama si Rasta monyong ini, bahkan ibu dan bapak juga. Betapa menyebalkannya merekaaaaaaaaaaa!!!!!!
"Tadi, gue sama mbul dan yedijah, kita pergi, gue ada urusan di kuningan, kita ketemuan dong sama DANIEL. ......
Rasta tertawa geli sambil batuk2 ndak jelas.
"Ganteng?" Nita
"Mirip didi riyadinya elemen, arab gitu, tapi badannya lebih berisi dan senyumnya meneduhkan. Gue sebagai cowo, merasa terzolimi" MBUL
Saya tertawa mendengarnya. "Mau reka adegan pas kukang nolak dia ngga? Dia gue ajak kesini, cuman ya lo taulah. Iyakan? Ngga ya gitulah, bisa perang disini." ledek Rasta sambil melirik saya dan tersenyum menang.
Percaya ngga, rame, riuh, rusuh dan pecaaaaah langsung semuanya. Bersama kami selalu ada hal2 bodoh untuk diperdebatkan, tapi perdebatan itu tidak akan mengurangi sedikitpun esensi kami untuk tetap bersahabat. Saya bisa marah, jengkel, sebel, kesel, tapi saya tidak bisa tidak tertawa untuk setiap jokes konyol mereka.
Mereka adalah rumah kedua, setelah "ihalauws fam", rumah kedua yang selalu bisa saya "datangi" saat segala hal terasa berat.
"Trus ta, daniel itu bilang apa?" Cipta semangat
Rasta? Tambah semangatlah ceritanya apalagi mbul. Ckckckckck... Mereka lupa loh tadi siang, kita sempat "marahan" hahahahahahahahahaha....
"Tuhan tuh ngga adil loh." Ucap Ilan sambil merangkul saya
"Kenapa cowo lo selalu kualitas bibit unggul? Trus kenapa kalo gue, bahkan yang dibawah STD aja perjuangannya ampun2an loh!"
"Nasib lan. Naseeeeb. Gih tapa dulu di gunung kawi. Gue denger bisa tuh, kalo perlu tumbal sebut nama mbul aja"cipta hahahahahahahahahahahahhahaa... Brengsekkan? But were good, we laugh.
"Trus lo berdua udah baikkan?" Rara
"Ngga gue masih sebel sama rasta!" Saya
"Alaaaaah nyed, lo bilang gitu kayak gue ga kenal lo aja. Besok juga lo bae."rong2
"Tapi, gue minta maaf ya,kang. Serius. Gue tau gue salah. Harusnya gue ga boleh maksa lo. Were good?"
Saya hanya menatap Rasta.
Obrolan tolol ini berlanjut hingga subuh. Hingga ayam mulai bekerja. Dan bunyi klakson memenuhi jakarta.
Lama rasanya tisak "pulang" bersama mereka. Kadang kami terlalu sibuk dengan apa yang kami punya, kami jalani, kami hidupi. Namun, saat hidup butuh ditertawakan, they're my place. My hidding gem. And ive blessed to have them.
04.00
"Nyed balik sama sapa? Gue anter ya?"
"Sama gue,rong." Rasta
"Lo ga ngantuk ta?" Saya
"Ngga, besok kalender gye luntur"
Saya tertawa mendengarnya.
"Zieeeeee akur" mbul
"Apa sih. Mbul ati2, kalo nyampe juz call me. Udah ada grab nya?" Saya
"Nyed, bentar sore gue ke rumah ya" nita
"Ok. Raa, lo balik bareng nita?"
Rara mengangguk. "Gue nginap di nita"
"Threesome lo ya?" Si sinting rong2 diikuti keplakan cipta pada kepalanya
"Gue cabz, semua udah ada tumpangankan?" Cipta
"Gue nginap kok" ilan
"Ati2 lo semua. See yoy soon"
"Gue nginap kok" ilan
"Ati2 lo semua. See yoy soon"
"Salamin dan pamitin ke ibu -bapak,rong. Bakwannya tetep senaguh biasanya."
"Lah sebakul lo doang!!!!!"mbul
"Lah sebakul lo doang!!!!!"mbul
"Kita jadi balik ngga sih?" Rasta
"Rasta kayak ibu2 di TK deh, bawel" nita
Saya tertawa geli. "Ini udah setengah lima, teman2ku"
_____________________________________________________________________
"Rasta kayak ibu2 di TK deh, bawel" nita
Saya tertawa geli. "Ini udah setengah lima, teman2ku"
_____________________________________________________________________
"sorry
kang buat tadi"
"nope,
kadang tingkah lo emang lebih bangsat daripada ashole. Youre,ras! Youre truly
an ASH!"
Rasta
tertawa. "were good?"
"menurut
lo kenapa gue ada disini kalo gue masih marah?"
"i love
you, kuks. I know it."
Saya
tertawa. "orang bakalan mikir kita pernah ada rasa,njing."
Rasta
tertawa. "gue serius. Gue mau lo dapetin yang terbaik,nyed"
Saya menoleh
ke arahnya. "thanx ta. Tapi bisakan ngga sok kebijakkan kayak tadi"
Dia menghela
nafas berat. Well, itu artinya RASTA akan berpidato PANJANG DAN LEBAR! I know
him so damn well!
"gue ga bisa terima ketika lo harus nyembuhin sedih lo
ke psikiater itu. Lo tau? Sepanjang jalan pulang sampe besoknya, gue
bener-bener sedih karena lo. Lo manusia yang gue kenal,nyed. Semua buruk dan
baiknya gue, lo tau. Lo bahkan jauh lebih kenal gue ketimbang Mbak nana dan
nyokap. Tapi kenapa ketika lo sedih, bukan gue yang lo cari?
Kenapa lo butuh psikiater hanya untuk menangis?
.......(*membetulkan sandaran kepala) Well gue pikir,
lo butuh waktu sendiri. Gue pikir, lo ga butuh kita. Tapi mungkin harus ada
orang lain yang bisa jadi sandaran lo.
(*menoleh ke arah saya).... Gue playboy cap kecoa yang selalu lo bilang ini,
melihat DANIEL adalah sosok itu, nyed. Serius. Terserah lo mau ngamuk atau maki
gue disini, gue terima. Tapi dari cara dia natap lo, ngomong sama lo, dan.....
(*cerita ke gue tentang KALIAN)
......Gue pikir He's your mr.comfy right?"
"sejak
kapan lo jadi kontak jodoh menjijikan ini, Rasta? Hm? Dibayar berapa sih?
Sepenting apa sih si IBU yang lo temuin itu sampe lo masih ngomongin hal
"ABSURD" ini tengah subuh bahkan disaat JAKARTA udah MULAI BERNAFAS
;agi!"
"....kang, hidup ngga pernah ada yang tau. Gimana kalo
seandainya DANIEL itu jodoh lo yang lewatin? Hm? Kang, okeh gue tau betapa
batunya kepala lo. Gue ngerti gimana kerasnya lo, but plis... Dont hurt
yourself too deep."
"lo
ngga dapet point gue RASTA! Gue dasarnya ga ada perasaan apapun. Gue, kagum
dengan cerita tentang penantian dia. Suka? Iya. Cinta? Nggalah. RASTA, lo tau
seberapa buruknya nasib LDR gue? Dan gue ga mau ngejalanin itu lagi. Dan point
pentingnya, gue ga mau berhubungan sama keluarganya! Ngga mau. Tersrah lo mau
bilang bahwa dia jodoh gue yang tertunda, atau apalah itu. Gue ngga mau. Bahkan untuk kembali bertemanpun, rasanya lebih baik
tidak."
"okay,
im with you, nyed! Deal about that. Boleh tanya?"
"hm"
"LO
emang sesadis itu ya sama mantan-mantan lo? Gila waktu lo ngomong buat nolak
dia ikut sama kita. GUE sama MBUL itu terhenyak,njing! Gila loh, kang, i know
you. Gue udah liat semua ekspresi lo. Tapi baru kali ini gue ngeliat
"SE-TAI" itu. Lo bener-bener tau, caranya mengusir orang."
Saya
tertawa. "ta, sorry ya, buat emosi tadi, ngatain OOM. Sorry."
Rasta
tertawa. "Itu ngatain? Gue pikir lo lagi pidato. Hahhahaahhhahhaaa.....
Yedijah, anak NOKE, kalo gue baru kenal lo sehari, gue bakalan benci setengah
mampus, lo tau gimana caranya nyakitin orang. Tapi gue? Gue kenal lo setengah
hidup lo,kang! Kata-kata tadi, ngga ngaruh, buktinya kita balik bareng."
Saya
mengepalkan tinju dan kita ber-"tos" ria. "i love
you,tataaaaa" teriak saya geli
"lo
langsung balik? Jam 5 ta. Ngga mau ngopi dulu? Tidur di kamar amor gih, nanti
pagian dikit baru cabz"
"ngga
langsung aja. Ngga enak gue sama Tante. Lagian ada yang harus gue buat."
"bukannya
kalender luntur ya?"
Rasta
tertawa. "DANIEL itu beneran sayang loh sama lo"
"kita
mulai lagi nih? Baru aja baikkan ta?"
"kalo
ada mbul gue pasti diamukin. Lo tau pas tadi lo turun. Dia maki gue abis,nyed.
Abis. Mulai dari awal sampe akhir! Gila loh. Kuping gue ampe pengeng."
"kapok.
Untung bukan tom2"
"Hm, lo
selalu di-anak-emaskan. Nyaman ya hidup lo." ledek Rasta
"Ta,
gue ketemu gerald."
Rasta
menoleh takjub.
"kapan
dimana? Kok lo?'
"dia
minta gue temenin. Dan gue free."
"balikan?"
Saya
menggeleng. "Mungkin gerald?" canda saya. Rasta menganggkat bahunya.
"Lo
ngga mungkin balik sama dia. Gue kenal lo. Sekali lo lepasin ga akan lo pungut
lagi."
"apa
MAS RENDRA?"
Kita berdua
tertawa. "anjrrriiiiiiitttttt! Nyed, stop ya! Rendra itu? Yang itu?
Hahhahahahhahahahaaa.... Lo pdkt sama dia? Beneran? Eh ngeselin bets lo ga
cerita."
"Ngga.
Ngga ada. Gue cuman seneng aja godain lo."
Rasta, with all of my heart. Ure my brothers. I adore
you and forever love you.
Jangan kaget liat kita berantem dan baikkan lagi.
Untuk semua cewe yang lagi dideketin RASTA, kalian harus tau, persahabatan
kita, longlast, karena setiap gerakan dan kata yang terucap, selalu diiringi
kata "saling mengerti".
Yup, kita sahabatan, bahkan sodaraan. Kita berdebat
tentang si a, b, c dan d. Kita sependapat walau kadang berbeda pola pikir ntuk
tujuan yang sama. Namun diakhir hari yang melelahkan, saya selalu bisa
menemukan RASTA tertawa disana bersama yang lain. RASTA selamanya akan memiliki
tempat khusus, sama seperti TOM2, ILAN, CIPTA, MBUL, NITA dan RARA. Forever
stay, together backup!
Dan, sekali lagi, saya menengadah ke atas,
Mengucapkan syukur atas kekayaan yang saya miliki,
Kekayaan itu bukan materi, tapi inner circle yang
mencintai dan mendukung saya dengan tulus,
Yang selalu ada mengingatkan dan mendebat saya dengan
cara yang benar.
Yang tidak melepaskan tangannya dan menjauhkan
pelukannya ketika saya keliru.
Yang menyambut saya melewti hari yang berat dan
menertawakan lelucon konyol dari semesta.
Ive blessed!
Benyada Remals "dyzcabz"
Depan Pagar
GPIB SION
05.15
"lo
gapapa jalan ke rumah?"
Saya
tertawa. "itung2 olahraga pagi. Ntar lagi mama bangun kok."
"Nyed,
cabz ya. Mimpiin DANIEL. Dia kayaknya patah banget."
Saya
menatapnya. "Nyalain speaker lo, gue temenin dijalan. Eh mau kopi? Gue
buatin bentar."
"Ngga
usah ngalihin deh. Dia di jakarta sampe 5 hari kedepan. Buka email dia
deh."
"Lo
ngga lagi delirium kan?"
Rasta naik
mobil. Menurunkan kaca.
"Buka
blokiran lo,nyed. Taun ini gue mau dapet undangan, bukan cuman wish!"
Lalu dia
jalan. Kampreeet kan? Iyakan? Untung temen
sangat amat dekat. Kalo ngga.
Its bad
scenario,JESUS! Very bad! But, im beyond greatfull. Karena sudah lama, kita tidak prnah bercerita dan bercengkrama seperti
ini.
Hidup punya banyak kejutan, karenanya kita harus
punya banyak rencana.
Salah satunya, untuk tidak lagi menyakiti orang lain
dengan memberikan harapan yang tidak ada.
Komentar
Posting Komentar