Langsung ke konten utama

Tentang Noke #46 (*our chit-chat)

Pernah disuatu sore, saya dan papa duduk di teras. Segelas Hot Chococino, Teh Manis Panas, Sagu, Roma Malkis, Singkong Rebus dan Kasbi Rebus menemani kita.

Ga tau ada angin apa, atau badai dibelahan dunia mana. Tiba2 papa ngomong soal pasangan hidup. Well, bicara tentang "pasangan hidup" dengan papa itu selalu menyenangkan dan menenangkan.

Kalo dulu pas masih wajib belajar 9 tahun plus zaman putih abu2, papa super duper ketat loh, astagaaaa.... Pulang telat 5 menit aja udah kayak neraka hahahahahaahahahahhaaa...

Namun, memasuki bangku kuliah dan dunia kerja, papa tidak lagi merasa perlu "membatasi" hal "memilih pasangan hidup". Justru papa menjadi teman diskusi yang menyenangkan tentang itu.

Sore itu saya ingat sekali, papa memulai percakapan dengan "pernyataan" yang mengejutkan.

"Kalo nanti nona menikah, lalu suami nona kasar atau nona tidak bahagia, ingat papa masih ada. Papa masih kuat untuk rawat nona, pulang buat papa" (*dan saya menulis ini dengan mata berkaca2. Ive lost you,pa)

Saya mengangguk. "ngga ada yang akan gituin saya,pa. Percaya sama saya."

Papa tertawa. "Papa ngga mau nona hidup susah. Papa sekolahin kamu jadi dokter, bukan untuk cari laki2 yang gagal." (*That our "thing" pa)

Saya tertawa mendengarnya. "Gagal? Jadi cari yang kaya? Cucunya pak harto? Atau keponakannya Abu Rizal Bakrie?"

Papa tertawa. "Jangan cari orang kaya. Berkat itu dari Tuhan. Tapi cari orang yang pintar, yang pandai mengelola berkat dan talenta dari Tuhan. Sebab ilmu tidak akan habis, tapi uang pasti habis. La kalo kamu hanya andalin uangnya, mati kamu,non. Toh kamu juga kerja. Uang bukan segalanya. Ingat ini,non. Papa mau bilang sama nona, gen kecerdasan boleh ada pada gen ibu, tapi kamu harus menemukan laki2 yang mampu menjadi pemimpin untuk keluargamu. Laki2 yang tau caranya mendidik anak2 kalian nanti. Bukan hanya buat tanpa tanggung jawab. Liat papa dan mama, kalian pintar karna mama punya keturunan pintar. Tapi kamu berhasil karna didikan papa yang tegas dan keras. Itu namanya kerja tim. Itu gunanya suami dan istri."

Papa meneguk teh manis dan mengambil singkong rebus. Saya mengangguk. Papa bener dan saya setuju dengan pemikiran papa.

"Ga usah ambon ya?" Ledek saya

"Yaaa kalo itu terserah nona. Tapi kalo ngga ambon lalu apa? Batak? Adoh mending deng ambon jua non. Hahahahahahahahhahahahaa"

"Jawa?"

"Ya ator ajalah, tapi nona harus ingat. Menyukai selalu diikuti alasan, tapi mencintai itu tanpa kecuali. Kalo papa mau bilang ke nona, gini nona akan mudah menyukai cowo karena begitu banyak kelebihan yang dia tunjukin toh? Tapi ketika nona mencintai dia, nona harus mencintainya meskipun....bla....bla....bla.... Itu cinta. Liat mama. Itu cinta. Jadi bagaimana hebatpun guncangan didalam rumah tangga, kalian tidak akan goyah. Kenapa? Karena cinta. Cinta mendasari segala sesuatu bahkan yang terburuk sekalipun. Cinta menyediakan maaf untuk semua hal yang menyakitkan. Liat mama, sehebat apapun orang jelekin papa, mama tidak pernah mundur untuk papa. Untuk papa, mama adalah perempuan yang paling sempurna...... (*Neguk teh manis lagi)

........bila suatu hari nanti, Nona menemukan laki2 yang bisa membuat nona nyaman, bahagia, dan mencintai dia dalam semua kekurangannya, Nikahin dia."

"Ngga semudah itu mencintai orang,pa. Apalagi orang sekeras saya,pa."

Papa tertawa. "Papa tau. Tapi Tuhan akan menyediakan apa yang nona butuhkan untuk menjadi pendamping nona. Cuman nona harus ingat, kalo sudah jadi istri, sekalipun nona punya kedudukan tinggi atau gaji besar, nona bukan kepala keluarga. Nona harus menghormati suami. Karna berkat mengalir diatas meja makan dan seisi rumah atas jerih lelah suami. Jadi jangan kebalik ya, nanti Tuhan Yesus marah.

"Iyaaaaaa,paaaaaa. Makanya carinya jangan dokter lagi."

"Profesi apa saja papa terima. Asalkan dia beriman pada Yesus. Itu harga mati bagi papa. Jangan kamu kasih masuk laki2 sembarangan. Dalam garis keturunan saya, saya tidak mau dikotori dengan orang2 sembarangan."

Saya mengangguk. Ive told ya.... Its gonna be looooong loooooon evening.

Jangan kaget, papa memang selalu begitu. Disetiap kesempatan pasti beliau menasehati kita tentang apa saja. Dan inilah kenapa saya begitu merindukan beliau. Nasehat papa itu "mahal". Karena saya tau, tidak semua anak, bisa memioiki moment seperti ini dengan ayahnya. His mine.

"Pilot?" (*Waktu itu lagi deket sama pilot hahahahahahahahahaa.... Coba lirik mbul yang palinh semangat)

"Pilot? Nona dekat sama pilot? Aduh janganlah.... (*mulai mikirim argumen biar anaknya mundur perlahan)....dia sibuk, nona sibuk. Tau anaknya om (*nyebut nama kenalannya) itu dia menikah dengan pilotloh,non. Pilot suka bobo siang dengan itulah. Tapi udahlah yang lain ajjalah. Dokter?"

Saya tertawa geli. Haahahahahahahahaahaaa

"Ngga ah, saya dokter papa. Ngapain sama dokter lagi. Bosen. Kebanyakan dokter didalam rumah jadi pusing"

"Lalu apa dan?"

"Apa aja, asal bukan yang gagal,pa."

Papa tertawa dan mengangguk. "Ingat, papa tidak suruh nona cari orang kaya. Tapi cari laki2 yang bertanggung jawab atas hidupnya, masa depannya, yang mempunyai visi dan misi, mau apa dia didalam hidupnya. Karna laki2 itu pemimpin. Tidak boleh nona yang jadi pengambil keputusan didalam rumah. Liat papa dan mama, semua hal harus papa yang menentukan. Kenapa? Karna saya kepala rumah tangga, saya yang meminta berkat atas kamu, melalui saya. Supaya Yesus memberikan saya kekuatan untuk melihat kamu bertumbuh dan berhasil. Saya, kepala keluarga. Karna begitulah fiman Tuhankan? Untuk laki2 dia akan berpeluh untuk mencari makan. Apa maksudnya? Dia harus bekerja untuk menghidupi seisi rumahnya. Seberat apapun, sebagai suami, laki2 harus bertanggung jawab. Nona harus mengerti betul tentang hal ini, supaya sekalipun nanti kamu jauh lebih diatas suamimu, kamu tidak dapat melangkahi dia, karena berkat diatas rumahmu diberi Tuhan diatas tangan kepala keluarga."

See that? Ngobrol dengan papa tuh menenangkan sekaligus berasa kuliah loh. Gimana ngga, tiap kali dan tiap saat, selalu aja ada nasehat yang papa kasih. Dan beliau tidak akan pernah lupa, menyelipkan ayat2 alkitab, dan membuat saya takjub "gilaaaak, papa hapal poool semua isi alkitab. Ayat2 sampe titik koma."

"Ambil spesialis dulu, nanti ditengah2 itu kalo nona ketemu dengan cowo yang nona inginkan. Menikahlah. Papa pikir nona sudah dewasa untuk bisa berumah tangga."

"Papa pikir saya udah siap?"

"Nona mungkin manja ke papa dan mama. Karna didalam rumah ini, semua orang mengikuti apa yang nona mau. Tapi papa percaya, nona akan menjadi istri dan ibu yang hebat seperti mama."

"Paaaaa, pliiiiss. Papa pikir menikah itu gampang?"

Papa tertawa sambil mengunyah kasbi rebus. "Papa sudah duluan,non. Papa tau itu tidak mudah, tapi kalo nona menjalani itu dengan orang yang nona cintai, semua hal pasti terasa indah. Jangan menikah karna paksaan, atau umur, atau uang, jabatan. Papa akan marah karna itu. Kita butuh uang, tapi jangan buat uang menguasai hidup kita. Kita hidup bukan karna uang, ingat ini, kita hidup karena Tuhan. Tanpa uang, kita bisa bertahan, tanpa Yesus, kita hanya debu."

Saya mengangguk. Im on it,pa.

"Jadi, sekarang nona dekat dengan siapa? Gerald?"

"Pa, apaan sih. Gerald gitu? Serius? Papa setuju? Dia ambon pa. Dan saya ndak mau ambon,pa"

"Dia baik, sopan. Cuman dia kalo liat papa kenapa ya selalu takut."

Saya tertawa geli. "Siapa juga yang ngga takut liat papa. Muka papa itu kalo ngga ketawa nyeremin. Buat orang salting gituloh,pa."

"Waktu ketemu di megaria dengan mama. Dia makan siang sama teman2nya. Dia salaman dengan mama, begitu ke papa, dia langsung tunduk dan tegang. Papa sampe heran, papa bilang ke mama, anak itu gimana sih, mau jadi anak kok masih kaku."

"Mau jadi anak? Pa, kita cuman temenan. Ga lebih. Papa ngga denger ya? Dia ambon. Ambon. Ambon."

"Cowo ambon itu romantis loh,kak." Ledek papa

"Saya ngga butuh yang romantis pa."

"Dan ganteng...."lanjut papa

"Sam Claff ganteng dan dia bukan ambon,pa."

"Ah, sam claff bodok siapa itu? Coba tanya dia baik2, masak ga ada darah ambonnya?"

Lalu kita berdua tertawa geli. Dan obrolan konyol namun bermakna itu berlanjut hingga formasi kita lengkap.

Nok, saya selalu mengucap syukur, bahwa Yesus meletakkan saya ditanganmu. Karna setiap kali kita berbicara tentang banyak hal, papa selalu bisa membuat saya yakin, membuat saya percaya akan "saya", menguatkan iman saya dan papa, selalu bisa membuat obrolan terasa "bersahabat".

I noted.... You like someone because, but you love someone despite...

Pa, semoga saya bisa menemukan orang seperti yang papa bilang. Dia harus pintar seperti papa, sabar seperti mama, mengalah seperti amor-eset. My perfect combination. Hahahahahahahahhaahahahaa....

But, plis.... Tolong ya Yesus, jangan ambon. Pliiiiissssss.....

"Eh sinting stop gilak deh, mana ada doa kek gitu." Tom2
"Ati2 jodoh lo ambon beneran, koprol bolak-balik gueh nyet" mbul
"Biasanya gitu, yang lo ga mau bakalan jadi sama lo."nita
"Serius lo ga mau ambon? Gue malah pikir, om noke tuh perfect loh. Awet tua. Makin tua makin ganteng." Rara
"Bukannya ambon itu romantis? Manis? Senyumnya ga kuat gue. Eh iyakan nyet"?" Cipta
"Syukurin aja, kalo masih ada yang mau." Rasta

Benyada Remals "dyzcabz"

Dad, i miss our talk...
No, i miiiiiiissssss you. I wish you always here, with me.

Mau tau,pa... Bagian menyedihkan dari semua ini?

Ketika nanti saya menikah, saya tidak akan mendengarkan papa berucap ini pada laki2 yang saya pilih "bila kamu tidak lagi mencintainya, pulangkan dia dengan baik pada saya, ayahnya. Saya akan selalu menerima anak saya kembali." Seperti yang selalu papa katakan untuk saya. Pulang untuk papa, bila nona rasa tidak ada tempat untuk bersandar.

It's hard for me to say, I'm jealous of the way. You're happy without me.

Komentar

  1. Jangan dong. Saya mau kamu bahagia dengan pasangan hidupmu nanti sampai maut memisahkan. Ngga ada cerita "pulangkan aku pada orang tuaku" seperti syair lagu Betharia sonata... Ngga boleh terjadi...
    Papa kamu itu ayah yang ideal. Perfect. Kamu beruntung. Bersyukurlah sebab banyak orang tidak punya orang tua sehebat orang tua kalian.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...