Langsung ke konten utama

Untuk Audrey

Untuk, Audrey.

Kamu tidak salah, hingga kamu layak diperlakukan seperti itu.
Kamu tidak kalah, sehingga mereka layak memperlakukanmu seperti itu.

Kamu harus bahagia, tetap hidup dan menegakkan kepalamu,dek.
Kamu harus tetap berkarya, menguatkan hatimu untuk tetap memperjuangkan nasib anak2 lain yang dibully sepertimu.

Jangan takut,dek. Jangan gentar.
Jangan gemetar.

Indonesia ada bersamamu.
Tidak ada pembullyan yang dibenarkan atas dasar apapun.

Audrey, kamu tidak sendirian.

Ada kami disini, semua yang ikut berbela rasa dan prihatin atas luka fisik juga luka batin yang kamu alami.

Kamu boleh terluka hari ini, tapi ingat,dek...
Ada Tuhan yang akan menyembuhkan semua luka yang kamu alami hari ini,

Bersujudlah pada bumi, agar langit mendengar isak tangismu atas apa yang mereka lakukan padamu, dihari itu.

Bersujudlah pada bumi, agar langit mendengar bisikkan terdalam hatimu atas mereka yang menyakitimu, dihari itu.

Langit selalu punya cara untuk membalas apa yang tidak bisa di terjemahkan oleh bahasa bumi.

Tegakkan kepalamu,dek. Masa depan tetap menantimu.

Biarkan hukum menguliti mereka yang memperlakukanmu dengan biadab. Tugasmu adalah menyembuhkan lukamu, meminimalisir traumamu, kembaali menjadi audrey yang selalu dikenal dulu.

Tuhan semesta alam, memberikan kekuatan dan penghiburan untuk Audrey & Keluarganya. Agar mereka mampu menghadapi cobaan ini, dan keluar sebagai seorang pemenang.

Dan untuk 12 manusia biadab, yang bisa "mengeroyok" anak kecil,

Saya hanya ingin bertanya pada ayah-ibumu, apa yang mereka ajarkan dirumah? Apa yang mereka contohkan dirumah?
Didikan seperti apa yang mereka buat dirumah?

Hingga anak-anaknya bisa menjadi monster yang mematikan jiwa anak lain? Berkelahi hanya karena cowok? Bahkan melukai bagian vital dari seorang anak kecil?

Hukum akan berjalan diatas kamu, tidak peduli bahwa kamu masih dibawah umur, tapi tindakanmu sudah sangat biadab. Bahkan kemanusiaanmu sebagai manusia saja harusnya dipertanyakan?

Bagaimana bisa kamu memperlakukan manusia lain seperti binatang? Apa kamu bukan lagi manusia? Apa jiwamu mati rasa saat kamu memperlakukan anak kecil itu dengan begitu biadabnya?

Bagaimana bila itu saudarimu? Adikmu? Sepupunmu? Teman dekat perempuanmu? Apa kamu akan menerimanya?

Kalian harus tau, bahwa ada luka yang sulit untuk dihilangkan, luka batin, luka pada jiwa yang kamu aniaya, trauma itu akan selamanya menghantui dan mengikuti dia. Membuatnya menjadi pesakitan yang merasa pantas diperlakukan seperti itu. Yang membuatnya meminta maaf karena tidak dilahirkan seperti kamu. Yang memaksanya untuk "merasa bersalah" pada dirinya sendiri. Kamu harus tau, luka akibat trauma pembulian itu sangat menyakitkan.

Luka fisik dapat disembuhkan, tapi trauma yang terjadi akibat jiwa yang terluka, itu butuh waktu yang lama. Tidakkah kamu tau itu?

Buat kalian yang sok jago, mungkin memukuli anak orang terdengar hebat atau terasa jago, tapi dengarlah ini, suatu hari nanti, kamu akan merasakan apa yang dia rasa. Semesta tidak tidur, dek. Semesta hanya sedang merangkai ceritamu, meletakkan "balasan"mu pada waktu yang tepat. Minta ampunlah pada semesta berulang kali. Minta maaflah pada korban dan keluarganya dengan benar. Dengan tulus, bukan karena kamu takut dihukum. Maaf boleh terucap, tapi hukum harus tetap berjalan. Supaya kamu punya efek jera! Sanksi sosial tidak akan menghentikanmu, tapi sanksi hukum, akan membuatmu berpikir. Sebab apa yang kamu lakukan tidak sebanding dengan trauma yang harus dihadapi oleh korban!

Semoga Tuhan mengampuni apa yang kamu lakukan, dihari itu. Biarlah semesta yang mengatur "hukuman" untukmu dihari lainnya, tapi hari ini, hadapilah proses hukum yang berlanjut. Karena apa yang kamu lakukan, harus dipertanggung jawabkan dengan benar. Jadilah dewasa, hadapilah dengan berani. Kamu berani berbuat, kamu harus berani menerima resikonya!

Belajarlah dari kesalahan hari ini. Supaya besok, kamu tidak akan melakukkannya lagi. Bila kamu melakukkannya lagi, saya harus bertanya, masih manusiakah kamu?

Beginilah moral anak bangsa hari ini. Bukan menonjolkan prestasi, justru memperburuk citra dengan kasus kriminal.

Diatas semua itu, saya cuman mau berpesan pada para orang tua, jadilah orang tua yang benar dan baik. Didiklah anak2mu dengan didikan yang benar. Contohkanlah hal yang benar agar mereka tumbuh dan berkembang dengan benar. Agar dimanapun anakmu berada, dia menjadi berkat bagi banyak orang. Bukan malah mejadi bomerang atau batu sandungan!

Kalo belom bisa jadi orang tua yang benar, jangan buat anak. Nanti gini jadinya, pendidikan mental dan perilakunya jongkok! Kesopanan dan moral, tingkah lakunya minus!

Sebagai orang tua, kita akan membela anak kita. Tapi, bisakah anda lihat, pada orang tua si korban? Salah apa anaknya hingga dia diperlakukan bagaikan binatang? Disakiti, dipukuli, dikeroyok?
Bila anda mau mendidik anak anda, ajarkan dia caranya menjadi dewasa, dengan bertanggung jawab, jangan lindungi dia. Biarkan dia belajar menerima resiko dari apa yang dia buat.

Kalo ngga mau dicubit, ya jangan nyubit, sesimpel ini kok, nasehatnya.

Apa yang terjadi pada Audrey, ada banyak disekitar kita. Bullying disekolah bukan hal baru. Karena itu, bila kamu, menjadi korban bullying, lawan! Jangan mau di bully, jangan mau di tindas.

Tidak ada orang lain yang boleh membuat kamu merasa kalo kamu tidak berharga!

Ingat, Tuhan tidak pernah salah menciptakan. Tuhan tau apa yanh dibuatnya dan Tuhan memiliki rencana pada setiap ciptannya.

Hug and love, Kukang.

__________________________________________

"Iya dia item ya. Parah. Jangan deketin."
"Eh anak baru itu dari palembang loh, item. Orang apa sih."
"Kok ada ya seitem dia"

Disuatu masa dulu, kata2 ini pernah begitu menyakitkan. Membuat saya benci pada keberadaan saya. Mengisolasi saya dari banyak pertemanan. Mungkin bagi mereka, itu hanya sebuah candaan. Tapi bagi saya, saya harus bertanya pada Tuhan, kenapa saya hitam. Kenapa saya tidak lahir seperti mereka.

Dan kata2 itu melekat dengan saya hingga remaja. Saya pergi dari lingkungan itu, menemukan teman lain yang bisa menerima saya.

Hingga suatu hari, salah satu dari mereka tegak didepan saya, meminta pertolongan karena ibunya terkena serangan jantung.

Mereka pikir saya lupa wajahnya. Mereka kira kita bisa berteman kembali, setelah apa yang mereka lakukan dan berikan pada masa kecil saya.

Selesai ditangani, dia berjalan ke meja saya. Tegak dengan gaya seperti dulu.

"Yedi kan? Anak baru itu?"
Saya menatap lurus kearahnya. Tanpa menjawab. Salah seorang suster bertanya apakah saya mengenal dia, saya menggeleng mantap.

"Siapa ya? Ada perlu apa?"
Dia mematung menatap saya. Mungkin bagi dia saya masih seperti dulu, anak kecil yabg ketika kamu katain, saya akan meringkuk takut dan tidak punya nyali.

"Kalo ngga ada perlu, tolong minggir, anda menghalangi jarak pandang saya untuk megawasi pasien saya" tegas saya

Dia mengangguk dan berjalan kearah tempat tidur ibunya, sambil terus melihat saya. Kabarnya dia menjadi pedagang sembako didaerah tanah abang.

See that? Hidup itu berputar, jangan sombong ketika sekolah dan merasa kalo hidupmu akan selamanya senyaman itu.

Orang yang kamu rendahkan dan hina, bisa jadi adalah orang yang akan menolongmu nanti.

Hidup tidak selalu baik2 saja. Karna itu perlakukanlah semua orang dengan baik. Supaya kamu tidak terkejut, saat hidup berputar dan kamu tidak baik2 saja.

#stopbullying #istandwithaudrey #justiceforaudrey #stopsinetronbodohtentangbullying
#kembalikanmoralanakbangsa
#buatprestasibukanaksikriminal

Benyada Remals "dyzcabz"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...