Langsung ke konten utama

Be smart!!!

Just stop and BE SMART!9

Pemilu 2019. 17 April 2019.

Ini kali kedua saya mengikuti Pemilu.

Saya menyuarakan pilihan saya untuk pertama kalinya 5 tahun lalu, untuk JOKOWI. Dan untuk menyuarakan "suara" saya kala itu, saya dan Dini, kita harus berjalan 2 km untuk naik gunung ke tempat TPS. Yup, kami sedang PTT kala itu.

Kenapa Jokowi?

Saya percaya, beliau adalah orang yang baik, bekerja untuk masyarakat dan memiliki hati yang melayani. Dan orang baik, ga boleh di biarkan sendirian!

Lalu, pemilu yang sekarang, saya pun menyuarakan "suara" saya, hak dan kewajiban saya untuk Negara ini.

Saya tetap dengan Jokowi.

Kenapa JOKOWI?

Karena beliau membangun daerah di ujung timur Indonesia yang selalu "ditinggalkan", tidak tersentuh, dan hanya terlihat bila sang penguasa memiliki kepentingan.

Jokowi membangun infrastruktur hingga laju perekonomian di daerah2 yang paling dulu mataharinya terbit menjadi jauh lebih seimbang dengan bagian barat.

Jadi, JOKOWI se-perfect itu kerjanya? Nope, dia masih punya banyak PR, dia masih memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan, karena itu, dia harus kerja 1 periode lagi.

Untuk memperbaiki kesemerawutan BPJS. Untuk memperbaiki nasib dan gaji para guru2. Untuk membangun ekonomi bangsa ini ke arah yang lebih baik. Tapi yang terpenting untuk menata, mensejahterakan, membangun kehidupan di daerah2 yang tidak tersentuh. Karena merah putih bukan hanya berkibar di kota2 besar nan megah, namun juga berkibar di seluruh desa di bumi pertiwi. Merah putih bukan hanya kebanggaan kaum hedonis penikmat ibukota, namun juga kecintaan kaum pinggiran yang bergaul sebatas pematang sawah dan sepetak warung kopi.

Saya JOKOWI, bukan karena saya ikut2an teman, bukam juga karena seluruh keluarga saya memilih beliau. Tapi saya melihat "sosok" yang rendah haati, yang dikatakan segelintir orang sebagai "pencitraan".

Sebagian orang melihatnya dengan kebencian, sindiran, makian, hujatan, tapi lihat beliau, dia hanya tersenyum dan bekerja. Bahasanya "let it flow". Dia tidak mencak2, lalu curhat sana sini. Dia tidak menggerakkan khalayak ramai untuk membelanya. Dia berjalan dan hidup sebagai mana adanya.

Dia seorang ayah, suami, kakek. Dia adalah bapak, yang ketika "anak"nya sakit, dia harus bergegas menindaklanjuti, sayangnya "bertindak" versi seorang petinggi negara sekelas Presiden, tidak semudah mengambil kunci lalu membuka gembok. Dan masalah selesai. Ada banyak orang dengan banyak kepentingan "bermain" disana, ada banyak regulasi, birokrasi, spekulasi yang harus beliau lalui, ada juga banyak "kepala-kepala" lain yang harus didengarkan sebagai bahan pertimbangan. Politik itu pelajaran yang melelahkan, karena untuk berdiri pada satu kubu, kamu harus menenggelamkan kubu lain, tapi jangan sampai melelapkan, karena pada saat yang tepat mungkin "mereka" jawaban dari kesusahanmu.

Politik is suck! Really.

Kenapa saya menulis ini? Bukankah pemilu sudah lewat? Bukankah sudah ada hasil real count KPU walaupun masih 12% dari jumlah suara.

Saya hanya ingin kita berhenti saling mendebat, menjatuhkan, menghina. Berhenti saling melemparkan kata yang tidak sopan dan tindakan ke-kanak-kanakan yang memalukan.

Pemilu sudah selesai, perlombaan mendapatkan dukungan sudah direalisasikan dann hasilnya sedang diperhitungkan. Bisakah kita menunggu sampai hasil akhirnya tiba?

Tapi nyed yang sana udah meng-klaim dirinya menang...

Dan biarlah beliau begitu. Kenapa kita harus terpancing? Kita memiliki lembaga yang akurat, kredibilitasnya diakui, lembaga yang sah, KPU, biarkanlah mereka bekerja sesuai porsinya. Biarlah mereka menyelesaikan perhitungan dengan baik dan benar, tanpa ada intimidasi oleh pihak manapun.

Dan kalau ada yang mengklaim dirinya sebagai pemenang, biarkanlah itu sebagai haknya untuk bersuara. Toh, pada akhirnya kita jauh lebih percaya pada perhitungan resmi dari KPU.

Kita tidak perlu saling mengumpat, mengolok-olok apalagi sampai saling mengatai didalam medsos. Bagaimanapun juga, beliau yanng kalian jatuhkan itu memiliki kontribusi terhadap negara ini. Menjatuhkannya hanya karena klaim kemenangannya, tidak lantas membuat kamu bernilai lebih dari dia.

Please, grow up. Jadilah dewasa, bijaklah ber-medsos. Perhatikanlah tuturmu dalam ber-medsos. Hari ini, kita bukan hanya menghadapi krisis global, tapi juga krisis moral, etika, sopan santun.

Kemanakah budi baik yang selalu diajarkan oleh adat ketimuran kita?

Bagaimana caranya kamu bisa mengata-ngatai orang lain dengam seenak perutmu?

Kebebasanmu berpendapat tidak dilarang, itu hakmu, tapi jangan sampai kebebasanmu dalam berucap mencederai "harkat & martabat" orang lain, itu tidak bisa ditolerir.

Saya bersama Pak Jokowi & Pak Ma'ruf amin. Namun respect saya selalu ada untuk Pak Prabowo dan Pak Sandiaga.

Kembalilah menjadi Indonesia yang saya kenal dulu, dimana kita bisa berangkulan sekalipun berbeda pilihan.

Kembalilah menjadi Indonesia yang saya rindukan itu, disaat Natal dan Lebaran, tidak ada gema bahwa haram mengucapkannya.

Kembalilah pada masa itu, dimana Indonesia bukan tentang mayoritas dann minoritas, bukan tentang apa yang kamu anut, atau siapa yang kamu imani, tapi tentang KITA, bangsa yang saling mengasihi, yang sama2 berjuang untuk kedaulatan NKRI.

Dan dimasa itu, mereka yang gugur, tidak pernah mempermasalahkan "siapa mereka", yang mereka tau, perjuangan mereka adalah untuk memerdekakan hidup kita hari ini.

Jadi, kamu masih mau memecah bela kerukunan ini dengan pemikiran sempitmu?

Buang egomu, perluas pandangmu, dunia bukan hanya tentang apa yang kamu pikirkan, hitam dan putih, namun lebih dari itu kehadiranmu harus memberi warna bagi sesama. Karena kita beragam, bukan seragam.

Keberagaman tidak membunuh kita, namun caramu memandang sesuatu mampu meniadakan warna disekitarmu.

Be smart. Jadilah berkat untuk sesamamu.

Tuhan semesta alam memelukmu dengan damai sejahtera dan sukacita yang melimpah, agar kamu menjadi pendamai untuk semua makhluk ciptaannya.

Benyada Remals "dyzcabz"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...