Langsung ke konten utama

Hate speech.

Hate Speech

Beberapa hari belakangan ini. Disalah satu TV swasta, banyak yang mempertanyakan tentang Hate Speech. Judulnya Hate Speech atau Demokrasi yang dikebiri?

Saya setuju dengan pemberlakuan hukuman Hate Speech di media sosial. Apalagi memang sudah ada Hukum IT-nya. Menurut saya, sudah saatnya generasi kita diajar untuk megutarakan PENDAPATNYA dengan cara2 yang benar dan bahasa yang terdidik serta mendidik. Disertai dengan data2 serta informasi yang benar.

Beberapa kali dalam sebuah diskusi, dibeberapa acara, mereka meminta tanggapan saya tentang hal ini. Memang bukan diskusi yang dihadiri oleh ratusan orang, tapi hanya diruang lingkup kecil. Dimana kami terbiasa duduk dan membahas hal2 yang sedang terjadi.

Kenapa saya setuju adanya Hukuman terhadap Hate Speech? Apa itu juga berarti saya "mengebiri demokrasi"? Apa sama dengan saya "membungkam kebenaran"? Atau saya mulai tumpul dan tidak vokal terhadap kebenaran dan ketidak adilan?

Silahkan menduga2 alasan saya.
Tapi beginilah jawaban saya...

Dinegara ini, semua orang berhak berpendapat. Berhak berbicara maupun berteriak. Tidak ada aspirasi yang boleh dibungkam. Sampai disini, kita sependapat ya?
Tapi, dinegara yang sama ini juga, kita diajari caranya menyampaikan pendapat dengan baik dan benar. Ada tata caranya, sopan santunnya. Bahkan ketika kita tidak sependapatpun, tidak lantas, kita saling memakikan? Atau menjatuhkan didepan umumkan?
Okey, katakanlah saya mengetahui tentang keburukan seseorang secara personal. Disaat yang sama orang itu juga melakukan tindakan yang melanggar hukum, misalnya mencuri atau bahasa kerennya Korupsi.
Saya akan berpendapat dengan jelas dan benar, sesuai dengan data2 dan informasi yang akurat agar orang itu dihukum seadil2nya. Tapi, saya tidak pantas untuk menghina dia secara "personal" dengan "aib" yang saya tau. Misalnya, orang itu selingkuh,atau anaknya difable atau bad habitlah. Lalu saya akan dengan ringan mulut dan enteng tangan, menjatuhkan dia di medsos, dengan kata2 "dasar biadab, ga tau malu." atau "pantes aja anaknya cacat, bapaknya begitu."

Pokoknya segala perkataan yang menjatuhkan seseorang secara personal dengan mengaitkan keluarganya lalu dijadikan bahan hinaan di media sosial. Saya pikir, itu sangat tidak manusiawi.
Coba liat deh, tentang dugaan korupsi pada pengacara Oce Kaligis, baca deh comment banyak orang disana tentang keluarganya. Sekarang coba saya tanya, apa salah keluarganya? Itukan pribadi si pengacara aja. Apa pantas, kita mengaitkan itu dengan kehidupan keluarganya, lalu mengata-ngatai bahkan menyebutnya dengan berbagai macam panggilan yang saya pikir, apapun kesalahannya tolong jaga tutur bicara kita untuk orang yang lebih tua. Saya tidak sok sopan, atau sok tua, hanya saja melihat orang2 yang comment adalah anak2 ABG bahkan ada yang sudah berumur, saya jadi miris. Inikah budaya sopan santun yang diwariskan para leluhur?

Atau lihatlah, salah seorang artis yang sering dibully dan hatersnya tumpah ruah, Bella Sofie. Banyak yang membenci dia karna dia terlalu banyak "diisukan" menyeting smua cerita hidupnya di TV. Masalalunya terkuak dan ternyata, dia "diduga" melakukan oplas. Lalu ketika bisnis prostitusi artis terbongkar, namanya sempat ikut disinggung, tiba2 dikabarkan menikah sebagai istri ke2. Dimana salahnya dia? Bagi saya, itu jalan hidup yang dia pilih. Apa yang keliatan salah dimata kita, belum tentu dimata Tuhan. Saya tidak membela dia, saya hanya bersikap netral. Karna membaca begitu banyak hinaan yang diarahkan untuk dia, pernah kita bertanya "apa iya saya lebih baik dari dia?" Mengatai bapaknya, ibunya, adiknya, apa kita yang memberi mereka makan? Sehingga dengan ringan kita bisa mengeluarkan hujatan yang membabi buta? Selama kita sama2 menginjak tanah, penilaian dan penghakiman adalah hak yang Diatas.

Lalu liat juga, kasus beberapa petinggi negara yang "diduga" korupsi. Hingga akhirnya duduk dikursi pesakitan sebagai terdakwa. Kita boleh menghakimi tindakannya yang mencuri uang rakyat. Kita bebas berpendapat tentang kekurang-ajarannya menyalahgunakan tanggung jawabnya. Silahkan, teriakkan kekesalan kita! Tapi, mbok ya tolong mbak, mas, kaka, adek, om, tante, bapak, ibu... apa iya, kita harus memaki keluarganya? Apa iya, kita harus memaki "urusan internal keluarganya"? Seperti nikah sirihnya atau kawin cerainya atau tuduhan perselingkuhannya! Toh yang kita bencikan perbuatan orang itu. Kita tidak perlu melebar sampai ke hal yang tidak layak menjadi urusan kita. Apa perlu, makian "bangsat", "biadab", segala kebun binatang terlontar juga?

Lalu liat juga pada beberapa kasus orang yang nama baiknya dijatuhkan dengan "dugaan" yang tidak berdasar. Dan semua orang merasa berhak menelanjangi dia dengan hinaan dan makian. Bahkan sebagian dari mereka belum tentu tau dan kenal langsung. Tapi mereka menghina dengan sangat tenang dan lancar.

Mengutip omongan salah seorang anggota DPR "Dinegara ini, kita bebas untuk berpendapat. Tapi tolong kebebasan yang diberikan, dipakai dengan tanggung jawab yang sama besarnya. Misalnya, kita bebas merentangkan tangan, tapi harus kita liat saat kita melakukan itu adakah kita mengenai hidung orang atau muka orang? Bukankah itu jadi tindak pidana?"

Well, berpendapatlah sesuai dengan apa yang kamu liat, apa yang kamu dengar dan dari data2 akurat yang kamu pegang. Itu cara terbaik berbicara tentang seseorang. Jangan hanya menilai dari pemberitaan sepihak, cerita orang lain, apalagi berdasarkan asumsi sendiri.

Bilapun, kita ingin meneriakkan aspirasi, baik secara langsung, maupun tulisan pada berbagai media, jangan lupakan...bahwa saat kita menulis tentang orang tersebut, ada keluarganya yang lebih mengenal dia, ada hukum yang mengikat tentang pencemaran nama baik, lalu ingatlah berbicaralah dengan sopan dan bijak. Bukan memaki. Bukan juga menghujat. Apalagi menyudutkan tanpa dasar. Hanya karena kamu melihat banyak yang beropini miring, bukan berarti kamu harus ikut seperti itu.

Saya hanya berpendapat, karna sedari dulu, mama mengajarkan kami, sopanlah dalam berkata, sekalipun untuk musuh yang tidak kita sukai. Karna dalam sebuah kebencian tidak mendasar, bukan hanya melukai orang yang kita musuhi, tapi juga mematikan "akhlak" kita untuk menjadi benar.
Kita boleh marah, benci, tidak suka, semua adalah hak kita, tapi kewajiban kita adalah menghormati dia sebagai manusia yang hidup dan berakal.
Anda boleh menertawai, membuatnya jadi lelucon konyol, tapi setelah itu jagalah hidup anda dngan baik, karna bisa saja suatu waktu segala hal berbalik.

Setiap hal dibawah langit ada waktunya. Saat kita menertawai dan mengambil tugas Tuhan untuk menghakimi. Jangan lupa, suatu waktu "kemungkinan" kita dihadapkan pada apa yang pernah kita lakukan.

Ingat, setiap perbuatan jahat timbul, bukan hanya karena ada niat, tapi juga kesempatan yang terbuka, dan juga "iman" dari si IMIN yang hidup.

Jadi, pastikan saja dulu, hidupMU baik dan benar. Sebelum kita mengatakan sesuatu hal yang jahat tentang orang lain.

Hmmm,dan satu lagi yang harus diingat,
Tidak ada demokrasi yang dikebiri, anda masih dipersilahkan berpendapat, hanya saja CARA MENYAMPAIKAN SERTA TUTUR BAHASANYA yang perlu diperhatikan.

TUJUAN YANG BAIK, BILA TIDAK DISAMPAIKAN DENGAN CARA YANG BAIK, sama dengan SIA-SIA.

Semoga hari minggu anda sangat menyenangkan untuk dinikmati...

Benyada Remals "dyzcabz"

Saya menuliskan ini sebagai pendapat pribadi saya.
Tidak dalam tendensi untuk menyindir siapapun. Atau menyudutkan, bahkan membela siapapun. Saya hanya berbicara dari sudut pandang saya.
Bila ada yang protes, silahkan. Toh,didalam tulisan ini tidak ada yang saya jatuhkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...