Langsung ke konten utama

Que Sera Sera

Que sera-sera

When I was just a little girl
I asked my mother, what will I be
Will I be pretty, will I be rich
Here's what she said to me.

Que Sera, Sera,
Whatever will be, will be
The future's not ours, to see
Que Sera, Sera
What will be, will be.

Lagu ini melantun indah dari anak-anak difable sebuah Yayasan tempat bakti sosial dilaksanakan. Damn! I melted. Mendengar mereka menyanyikan lagu itu dengan "jujur" terasa banget "melow"nya.

Bila lagu ini, dinyanyikan oleh anak2 yang cerdas dan berprestasi serta tidak memiliki keterbelakangan mental, berasak beda bagusnya. Cuman, karena didepan saya ini tampil 12 orang anak difable yang berbaris dan ada yang duduk dikursi roda juga, sambil menyanyikannya, kok saya berasa merinding ya. Mereka tidak mengetahui bagaimana teknik yang baik untuk melagukan lagu ini, mereka hanya bernyanyi dengan tulus dan polosnya anak-anak. Dan lagu ini berhasil membuat sebagian dari kita "terharu".

Bisa anda bayangkan, setiap lirik dalam lagu ini menggambarkan perasaan mereka. Whatever will be? Saya akan menjadi apa nantinya?
Akankah selamanya saya begini, tanpa masa depan jelas? Akankah saya memiliki cerita hidup yang lain nanti? Mungkinkah saya menjadi seperti anak-anak lain? Mungkinkah mama bangga pada saya? Seperti ibu yang lain pada anaknya? Bisakah mama mengandalkan saya nanti? Akankah saya menjaga mama hingga tua?

Aaahhhhhhhhhh!

Sehabis lagu itu, saya maju dan memeluk mereka. Aseli, saya tidak mampu berkata apapun. Melihat ekspresi mereka saat bernyanyi, rasanya lagu itu benar-benar keluar dari hati. Sebuah nyanyian tentang masa depan yang masih dipertanyakan bagi mereka yang difable?

Bahkan dalam perjalanan pulang sehabis baksospun, saya masih menyenandungkan lagu itu, sambil mengingat ekspresi mereka. Nada-nada indah yang terlantun sempurna. Dari mereka yang kehadirannya disembunyikan karena sering dianggap aib keluarga. Dari mereka yang mencoba bertahan hidup dari sebuah keterbatasan. Dari mereka yang bisa jadi memimpikan hidup selayaknya anak-anak lain. Dari mereka yang Tuhan berikan, namun tidak dijaga dengan baik. Dari mereka berkat Tuhan yang disia-siakan.

Beberapa dari mereka adalah anak-anak yang ditinggalkan di Yayasan itu. Orang tuanya kecewa dengan "hadiah mungil" mereka. Bahkan ada yang diletakkan dipinggiran pintu masuk Yayasan ini. Kebayakan dari mereka menderita keterbelakangan mental, ada juga polio, cerebral palsy, duchene muskular distropy, juga dislexia. Dan masih ada beberapa penyakit lain. Tapi lihatlah semangat mereka untuk bertahan. Salut saya untuk kalian,dek!

Ketika selesai acara foto bersama, salah satu anak itu namanya Mita, dia menderita Down Sindrom. Dia mendekati saya yang sedang merapikan obat-obat. Dia memegang beberapa kotak dan memberikan pada saya.

"Lo b-sar aku mau kayak doktel. Mau 'di doktel."
Saya menatapnya, tidak terasa butiran bening itu mengambang. Serius, mendengar mereka menyanyikan lagu sederhana itu, lalu menyaksikan menyataan hidup mereka. Rasanya sedih. Terharu.

"Mitha boleh jadi apapun yang mitha mau. Apapun itu." lalu saya memberikan sebungkus coklat untuknya. Dia berlari dan membaginya, juga memamerkannya pada teman-temannya. Saya tersenyum melihatnya. Begitulah anak-anak. Mereka polos dan lugu. Mereka jujur dengan apa yang mereka liat dan rasa.

Semoga Tuhan memberkati kalian,
Menjadikan kalian anak-anak hebat dimasa depan nanti,
Mau menjadi apapun kalian,
Berdoalah, sebab tidak ada yang mustahil,
Bila kita percaya pada Dia yang memiliki Hidup.

Semoga semesta mendengar pinta kalian,
Sekalipun tidak diucapkan dalam ragam bahasa yang dimengerti,
Namun, langit selalu tau, apa yang bumi tidak tahu.

Saya percaya,
Bahwa setiap anak yang terlahir ke dunia, sudah memiliki jalan hidup yang diatur oleh Sang Penciptanya.
Bagaimanapun keadaannya, mereka tetaplah sebuah anugrah tak ternilai yang membuat si perempuan, dihadiahkan panggilan "ibu"

Tuhan berikanlah apa yang mereka butuhkan, sediakanlah apa yang mereka minta.
Sertailah mereka, baik dimasa sekrang maupun nanti dimasa depan.

Sebab hanya Tuhan yang tidak akan menelantarkan mereka, sekalipun yang dititipi membuang mereka.

Benyada Remals "dyzcabz"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...