Hari ini, hujan turun.
Deras. Lebat.
Membuatku sedikit bergidik akan dingin yang perlahan menyapa.
Aku menyukai wangi petrichor.
Wangi yang tercipta saat tetesannya mencium tanah,
Harumnya,menyiratkan kerinduan yang menganga disana.
Aku mencintai hujan.
Hampir serupa dengan kekagumanku atasMu.
Kekaguman yang dulu kupahami sebagai cinta.
Seberapa hebatpun, petir dan badai yang menyertai,
Sang hujan.
Aku akan tetap menari bersukacita menyambutnya.
Aku mengartikan hujan,
Sebagai air mata dari Tuan Langit,
Entah hatinya sedang sakit, atau mungkin dia sedang terharu.
Hujan selalu punya makna.
Dalam tiap tetes yang jatuh, ada sebait cerita yang terlantun.
Aku menyukai hujan.
Disana ada bayangmu, yang selalu aku lukis.
Dalam kelembaban udara, aku mampu menulis hadirmu dimataku.
Menghadirkanmu saat hujan tiba,
Setara dengan menyeruput chocolate panas sebagai penawar dingin yang merambat.
Aku tidak akan mati karna dingin yang dibawa oleh Sang Hujan.
Aku menyukai suhu dimana dingin menyapa,
Sebagai penyelimut hatiku,
Juga pelapis panas kulitku.
Aku tidak akan pernah berlindung bila Hujan turun,
Sederas, atau selebat apapun itu.
Menari didalam hujan adalah kenangan yang selalu aku hidupkan.
Karna disana ada kamu.
Kamu yang aku simpan dalam sudut terjauh hatiku.
Hanya hujan yang mampu memanggilmu kembali.
Lupakah kau, akan wangi hujan pertama KITA,
Saat tangan kita bersentuhan,
Kau membetulkan kacamatamu, membungkusku dengan jaket, berlari menerobos hujan.
Aku berhenti disana dan tertawa.
Hujan bukan untuk ditakuti,
Tapi untuk dinikmati.
Tetesannya tidak melukai kita.
Justru membingkai kenangan tentang kita.
Dihari, kita tidak saling memiliki lagi.
Hujan tau, bagaimana caranya aku menemukanmu dalam balutan kenangan KITA,
Menghadirkan sketsa dirimu dalam temaram langit mendung tak berawan,
Perlahan aku tegak, dan memanggil pulang rasa yang dulu ADA, saat HUJAN menemani langkah KITA.
Sebutlah aku, pluviophile...
Aku pengagum sang hujan.
Mencintai hujan bukanlah sebuah kesalahan.
Bila akhirnya hujan menyakitipun,
Itu adalah pilihan yang aku buat.
Tapi, sore ini...
Aku hanya menatap derai hujan dari balik kaca.
Bukan tidak ingin, menyapanya seperti biasa.
Bukan berarti kekagumanku padanya luntur.
Hanya saja, seiring berjalannya waktu...
Aku mulai mengenal hal-hal lain,
Yang harus aku pertimbangkan keberadaannya.
Hujan sore ini,
Aku berdiri dan hanya menatapnya.
Rintik yang jatuh, seolah mengajakku pulang pada KITA yang dulu.
Aku bahkan tidak mencium wangi petrichor itu.
Hanya saja,
Aku sedang ingin menatapnya bukan menikmati basahnya.
Hujan sore ini,
Mengajarkan rasa lain padaKU,
Bila selama ini, HUJAN hanya menghadirkanMU,
Tapi sore ini,
HUJAN menghadirkan dia untukku.
Cerita yang berbeda, pemeran utama yang berbeda,
Sekalipun latarnya tetap sama.
Semoga HUJAN yang aku tatap sore ini,
Mengenalkan rasa lain juga padaMU.
Menghadirkan dia, yang mengajarkanMU cara menikmati HUJAN dari sudut yang berbeda...
Mungkin dengan berteduh pada payung.
KITA tau ada berbagai cara menikmati HUJAN,
Kali ini aku memilih menatapnya dari kejauhan.
Benyada Remals "dyzcabz"
Kamu dan Hujan, adalah 2 hal yang aku sukai namun tidak bisa aku inginkan(*untuk selalu ada) disini.
Komentar
Posting Komentar