Seperti SINSI
Saya ingin menjadi seperti SINSI.
Tahun lalu, saat saya libur kejakarta. Saya menemani mama ke sebuah acara, di acara itu ada sebuah talkshow interaktif. Mama salah satu pembicaranya. Acara ini dalam ruang lingkup gereja. Membahas tentang peran Ibu dalam keluarga.
Pembawa acaranya, seorang Ibu Muda. Sangat komunikatif dengan peserta yang hadir. Setelah mama menjelaskan pandangannya mengenai peran Ibu dari sudut pandang kristen dan Alkitab. Dibukalah sesi tanya jawab. Ada beberapa penanya. Saya juga tidak begitu memperhatikannya.
Sampai tiba2, si pembawa acaranya, menyodorkan mic ke arah saya. Dengan senyum manis mengejutkan, dia bertanya "kalo menurut "adek", sperti apa IBU yang ideal?"
Saya kaget. Saya tidak siap. Saya sedang main game. Saya gelagapan. Saya ber-"em-em" cukup lama, sampai otak saya pulih dari kekagetannya.
Let me said this. (*ini jawaban saya dalam versi lancar ketika kekagetan saya berhasil dihandle)
"Ibu yang ideal adalah Mama saya. Fransien. Nama kecilnya Sinsi. Bagi saya, mama patut dijadikan contoh. Karena mama, mampu membagi waktunya dengan baik. Sebagai seorang wanita karier dengan pelayanannya yang seabrek. Juga sebagai ibu dan istri yang sangat kami butuhkan dirumah. Mama selalu mengosongkan hari sabtu dan minggu untuk bersama kami. Kecuali saat benar2 ada pelayanan yang mendesak. Mama pernah mengorbankan "karier"nya saat kami masih "anak sekolah" yang butuh perhatian ekstra dari mama. Mama melakukan tugasnya sebagai ibu dengan sangat baik. Mama adalah contoh perempuan yang tidak melupakan kodratnya saat memperjuangkan emansipasinya sebagai seorang wanita karier"
Aseli saya berusaha berbicara dengan teratur meskipun sangat susat mengatur debaran jantung saya. Saya sangat jarang, memuji mama saya. Berbicara tentang beliau apalagi. Pada waktu2 tertentu saja saya bisa membicarakannya. Maksudnya memujinya. Mama saya. Ibu saya. Perempuan yang melahirkan saya. Manusia berhati lembut yang menasehati tanpa menggurui. Pahlawan saya. Orang yang tidak pernah tidur duluan saat saya belum masuk rumah. Selalu khawatir dengan saya, sebesar apapun saya hari ini. Bahkan saat saya sudah menelepon bahwa saya pulang telatpun, mama tetap menunggu. Thats my mom.
Cerewet banget saat ga ada yang makan masakannya. Memaksa kita harus bangun dan makan, sekalipun kita bilang udah kenyang. Menyembunyikan indomie yang kita beli ditempat antah berantah. Yang mengenalkan saya pada choki2 dan tidak lupa menyediakannya dirumah untuk saya.
I love my sinsi.
Bila suatu hari nanti, saya menjadi seorang ibu...
Mama adalah rule's model yang saya ikuti.
Saya tidak perlu mencari panutan diluar rumah, sebab segala hal yang terbaik dari seorang IBU, saya dapatkan pada Sinsi.
Semua yang terbaik, yang ada pada kami hari ini,
Sebagian besar diturunkan dari Sinsi.
Perpaduan unik Sinsi dan Noke, menghasilkan kami hari ini.
Dengarkanlah, semua anak gadis diluar sana...
Untuk bisa menjadi IBU yang baik, perbaikilah dirimu dengan akhlak yang terpuji serta pengetahuan yang memadai, sebab saat Tuhan menganugrahkan berkatnya untukMU, Tuhan melihat bahwa kau layak daan mampu menjaga apa yang Tuhan beri.
Sebelum Sinsi mengakhiri acara ini, Sinsi berpesan pada ibu-ibu ini...
Sebagai ibu, kita merupakan jembatan bagi anak2 untuk melihat masa depan. Apakah jembatan itu kuat atau rapuh? Tergantung pada kita. Sebab, akan ada waktu dimana anak berdiri dan berkaca pada "cara didik" didalam rumah. Apa yang menguatkannya untuk menatap hari esok dengan baik adalah apa yang kita tanamkan dan pupuk dirumah. Jadilah ibu yang cerdas, karna bagi seorang anak, mereka tidak pernah terlalu tua untuk mengeluh pada ibunya.
Sebab ibu, hanyalah pengantar anak memasuki pintu-pintu kehidupan yang dihadiahkan oleh semesta. Setiap pintu ada dengan kejutannya sendiri. Dan setiap anak punya ceritanya masing2.
Terima kasih,SINSI.
Sejauh dan sehebat yang saya tau,
Saya ingin menjadi seperti Sinsi.
Benyada Remals "dyzcabz"
Komentar
Posting Komentar