Langsung ke konten utama

Tentang Noke #28 (the evils side of NOKE)

Rasanya menuliskan tentang berbagai kehebatan Noke dimata saya, dinilai tidak adil. Sebab tidak mungkin ada manusia yang sempurna seperti yang saya tulis. Iyakan?

Jadi, saya akan menulis sisi jelek dari seorang Noke. Sisi yang selalu ditampilkan di depan umum. Sisi yang membuat sebagian besar orang selalu menjatuhkannya dan memakainya sebagai alat untuk melawannya.

Sisi yang lain, yang membuat Noke selalu dinilai dengan sangat negatif.

Noke adalah manusia yang sangat perfeksionis. Dalam segala hal. Apapun itu. Kesalahan kecil, bahkan sekecil apapun akan meledakkan emosinya. Noke tidak bisa menerima sebuah kesalahan kecil menjadi bagian dari sebuah kehidupan. Takut ya?

Seumur hidup saya, Noke membentuk karakter kami mengikuti caranya berpikir dan bertindaknya. Noke menanamkan ke-perfeksionis-an itu didalam kehidupan kami. Walaupun kami jauh lebih baik dalam menghadapi sebuah kesalahan.

Noke adalah seorang teolog biblica. Beliau mengambil tesisnya dan skripsinya mengenai perjanjian lama. Sehingga noke sangat oldtestament. Manusia yang tidak berkompromi dengan kejahatan dan tidak menerima sebuah kesalahan.

Bila kamu berpikir bahwa hanya kalian yang ditunjukkan keras dan tegasnya beliau. Kalian salah. Didalam rumah, Noke mendidik kami dengan ketegasan, kekerasan, kedisiplinan yang bahkan tidak akan pernah bisa kamu bayangkan. Caranya mendidik kami, bukan sesuatu hal yang bisa dikatakan "pada umumnya". Noke memilki cara yang bahkan tidak bisa kamu terima.

Motto Noke itu didalam rumah saya tidak boleh ada orang goblok! Jadi, kalian tau kan, kenapa kami lebih mementingkan sekolah dulu, ketimbang nyebar undangan?

Peraturan dasar didalam rumah kami, hanya orang yang BEROTAK yang boleh mengemukakan pendapatnya dan mendebat noke. Sebab, untuk bisa berdebat dengan Noke kamu perlu menguasai banyak hal supaya dalam "berbicara" dengan beliau, kamu tidak terlihat sangat bodoh. Didalam rumah kami, ini aturan baku kalo kamu ingin "melawan" noke.

Sejak saya kecil, papa tidak pernah menerima bila nilai 7 ada dirapor. Beliau akan ngamuk dan marah bila saya mendapat nilai 7. nilai yang bagi sebagian orang sudah sangat cukup. Tapi tidak bagi seorang Noke, sudah saya bilangkan beliau itu PERFEKSIONIS?

Kenapa saya bilang didikan Noke sangat "tidak pada umumnya"? Pernah saya pulang sekolah dan nilai saya jelek, saya mendapat nilai 7 untuk matematika. Kamu tau apa yang beliau buat? Saya hanya boleh makan nasi, garam dan kerupuk selama beberapa hari. Karna bagi Noke, dia tidak pernah melahirkan anak yang goblok. Kembali pada motto tadi, didalam rumahnya tidak boleh ada orang goblok!

Di kali lain, saat kita pindah di surabaya dan saya masuk SD PETRA XI. Saya baru saja menjadi siswa baru, hingga nilai saya dari palembang jatuh. Mau tau apa yang Noke buat? Beliau mengusir saya dari rumah. Beliau menyuruh saya keluar dari rumah, dan saat itu saya baru berumur 7 tahun kelas 4 SD. Mau kemana coba, anak umur 7 tahun. Oh iya, kalo ada yang bertanya kok bisa 7 tahun kelas 4 SD? Karena saya mulai sekolah umur 4 tahun kurang. Sehingga saya adalah siswa termuda di SD Xaverius 9 D di Palembang. Kok boleh masuk umur segitu? Karena ketika di tes oleh kepala sekolahnya, saya sudah bisa menghafal huruf dengan lengkap, membaca, berhitung, dan menulis dengan baik. Coba tebak karena siapa? NOKE!

Noke benar-benar memeras otak saya untuk menjadi yang terbaik. Beliau mendidik saya dengan sangat keras. Amat keras, bahkan semua yang pernah ada dirumahpun mengakui. Bagaimana gilanya Noke mendidik kita!
Lalu lo diusir terus? Saya berjalan kaki disepanjang monginsidi lalu lanjut kearah kantor gereja Eben Haezer Surabaya. Saya berteduh ditaman samping gereja dekat Siola Swalayan. Saya pasrah aja sama Tuhan Yesus. Mau papa cari atau tidak. Tapi, saya menyadari satu hal saat itu, saya salah. Seharusnya saya belajar dengan baik. Bukan hanya bermain. Tiba-tiba, Om Mess Syaranamual melihat saya dan membawa saya ke rumahnya. Thanks GOD. Sore nya, Om Veki datang dan memastikan bahwa saya disana. Malamnya, Papa menjemput saya. Walaupun papa dimarahin oleh Om Mess, karena mengusir saya. OM Mess itu masih sodara dekat dengan papa. Dan sampai hari ini, beliau masih ada dan hidup.

Kenapa lo ga benci sama Noke? Ngga, ngga pernah ada alasan untuk benci sama Noke. Yang saya tau saat itu, saya mengecewakan papa. Yang saya pahami saat itu, papa selalu memberikan yang terbaik untuk saya. Jadi, sebagai imbalannya sudah seharusnya saya menyenangkan beliau dengan prestasi saya. Benci? Gimana caranya saya membenci, orang yang menyayangi saya begitu besar dan hebat. Dia, papa saya, dan saya tau, semua didikanya untuk menjadikan saya lebih baik dan lebih hebat dari kemaren.

Tidak selesai sampai disitu. Noke semakin ekstrim. Setiap pulang sekolah harus tidur siang, tidak ada keluar dan bermain. Bangun sore, mandi dan belajar. Malamnya noke atau sinsi yang akan tentir belajar. Jadi kalian benar-benar anak rumahan ya? Ga pernah bergaul? Yup, Noke menyediakan segala sesuatu dirumah. Mulai dari jajanan, hometheater, segala permainan dan buku cerita. Siapa yang membuat kami tergila-gila pada buku? NOKE! Noke meletakkan dasar untuk harus mencintai buku. Dimulai dengan buku-buku komic dan cerita. Langganan majalah bobo dan donald bebek.

Dulu di Makasar, setiap kali Noke pulang pembinaan, beliau akan mampir ke Gramed dan borong komic berseri, mulai dari conan, the legend of condor, slam dunk dan banyak lagi. Sampai pegawai Gramed itu kenal dan hafal dengan papa. Setiap kali kita ke gramed dengan Noke, mereka pasti menunjukkan komic dan buku bacaan terbaru. Beliau membelinya, agar kami tidak bosan dirumah. Noke membatasi pergaulan kami dengan mencukupkan semua kebutuhan kami. Kami tidak boleh bermain diluar rumah sembarangan, kecuali sekali-kali beliau menginjinkan. Dengan patokan waktu dan diawasi oleh Mbak.

Noke memang mengunci kami didalam rumah dengan aturan-aturannya. Namun, disisi lain, beliau menumbuhkan kebiasaan lain yang melekat, kami adalah anak rumahan, sejauh apapun kami berjalan dan melangkah, kami selalu merindukan rumah. Beliau membuat kami mencintai membaca. Beliau menyediakan hal-hal yang menghibur kami didalam rumah. Dan, bila kami sudah selesai belajar lalu noke dan sinsi sudah selesai pelayanan, kami akan keluar untuk menikmati kota diwaktu malam. Noke selalu menyeimbangkan segala hal didalam hidup kami. Beliau tau bagaimana mendidik kami dengan keras dan tegas. Namun beliau tidak lupa memanjakan kami dengan kasih sayang dan perhatian.

Amor? Hhahahahahhahahahaaaa.... Kerasnya Noke itu rata. Atau mungkin, terlalu keras untuk saya dan mulai melunak untuk amor eset. Pernah sekali, saat kita lagi jalan-jalan, Noke bertanya sama amor tentang perkalian. Lalu amor menjawab dengan kocaknya "Perkalian mana,pa? Surabaya atau Ujung pandang?" dan saya sukses menahan ketawa dibangku belakang.  Dan mau tau selanjutnya? Amor diturunin disitu, di jalan gunung nona. Hahahahahahhahahaaaa... Kalian pasti mikir, dimana lucunya sampe lo harus ketawa,nyet?  Kalo dulu memang ga lucu, tapi kalo diceritain ulang itu sangat menggelikan! Kita putar balik lagi dan amor kembali naik mobil. Noke memang keras untuk kami, tapi dia tidak akan pernah membunuh kami.

Keras, disiplin dan tegasnya Noke semakin menjadi saat saya diterima di FK. Saat itu tabungan noke dan sinsi tidak cukup untuk uang masuk. Sehingga saya berpikir untuk mencari kuliah lain. Tapi, Yesus mendengar doa saya, ada seorang donatur yang menyumbang. Tau ga, apa yang Noke bilang pada saya dihari pertama saya kuliah? Kaka, harus tekun dan selesai tepat pada waktunya. Kamu adalah contoh bagi amor eset. Kalau kamu berhasil mereka akan berhasil. Kaka harus tau, uang yang kamu gunakan untuk sekolah adalah uang jemaat. Uang persembahan dan perpuluhan yang masuk dengan berbagai pergumulan mereka pada Yesus. Jangan main-main kuliahnya, ingat sampai sejauh ini, Yesus sudah menolong kamu. Papa akan bekerja lebih keras untuk kalian. Tapi ingat, yang paling utama, ucaplah syukur atas segala hal dan dasar dari ilmu yang kaka pelajari adalah Takut akan  Tuhan. Kata-kata ini beliau bilang 13 tahun yang lalu, saat itu saya 16 tahun, saya adalah mahasiswa baru yang baru akan memulai kuliah. Papa mengantarkan saya dipelataran parkir.

Ketika saya mencari kosan, tau ga apa yang papa bilang? Cari kosan yang murah, ga usah kebanyakan gaya. Kamu bukan anak orang kaya! Cukup 400 rb ya! Kalo tidak ada, ya udah ga usah ngekos. Saya terdiam saja ketika mendengar papa bilang begitu. Akhirnya, dapat... Kosan saya 350 rb, tanpa AC, kamar mandi luar, ukurannya 3x4. sangat sederhana. Saat papa datang untuk pindahan, papa liat keadaan kamarnya lalu bilang bertahan disini, bukan kosan bagus yang membuat orang berhasil! Tapi kemauan, ketekunan dan passion. Mau tinggal ditempat sehebat apapun, kalo dasarnya kamu bodoh dan bermain, kamu tidak akan jadi apa2.
See? Saya anaknya sendiri aja, digembleng segitu hebatnya. Segitu kerasnya. Saya diajar untuk tidak mengeluh atau menyerah pada keadaan.

Dan, 6 tahun kemudian, saya memberikan undangan itu, undangan pelantikan dokter. Dan untuk pertama kalinya, papa menangis. FYI, papa tidak pernah menangis untuk hal-hal sentimentil. Atau bahkan ketika beliau dimaki-maki. Beliau menangis, kalo anak-anaknya menunjukkan nilai dan hasil yang baik. 21 Desember 2011, papa berdiri dan menghadiri pelantikan saya. Ketika saya membacakan sumpah dokter, beliau menangis ditempat duduknya. Saat saya maju keatas podium untuk menerima piagam dan ijazah, beliau keluar. Karna beliau tidak tahan melihatnya. Akhirnya ada dokter dirumah ya,bang, ucap papa begitu acara selesai.

Sampai saat ini, saya masih mengingat dengan jelas raut wajah papa ketika melihat saya berdiri melafalkan sumpah dokter itu. Wajah bangga, haru, terima kasih. Keringatnya, airmatanya, perjuangannya semua terbayarkan dengan lunas hari itu. Hari dimana saya menganggakat muka papa dengan bangga dihadapan banyak orang, bahwa anaknya seorang dokter. Saat itu papa bertugas di Medan, dan keadaan disana sedang tidak aman apalagi nyaman. Dan, keberhasilan saya setidaknya menyejukkan papa. Ketika saya keluar dari ruangan, saya belari dan memeluk papa. Papa menangis sambil berucap "makasih ya,non. Papa bangga." kata-kata itu lebih dari cukup. Melihat papa bangga, sudah lebih dari cukup. Ketimbang apapun yang bisa saya dapatkan. Itu penghargaan tertinggi untuk saya. Kebanggaan papa.

Sejak itu, Noke jauh lebih melunak. Tidak sekeras dulu. Tidak se-strike dulu. Walaupun masih tetap tegas dan disiplin. Hanya saja, dengan amor, Noke selalu merasa berat. Dari awal amor kuliah teologi, Noke adalah penentang terberat. Walaupun cita-cita amor dari dia kecil adalah menjadi seperti papa seutuhnya. Seutuh-utuhnya. Amor mulai menyadari panggilannya menjadi pendeta saat dia berumur 7 tahun di Makassar. Sore itu dia berdoa di meja makan dan dia meminta itu pada Yesus. Dia mengidolakan Noke. Segala hal tentang Noke. Hanya saja, Noke membenci cita-cita itu. Amor dan Noke seperti dua sisi yang bertolak belakang. Saya memahami mengapa Noke tidak mau amor menjadi seperti dia. Tapi, bagaimana mencegah hal yang sudah mengalir didalam aliran darah dan sulit disangkal? Untuk menjadi pendeta, amor melewati berbagai kekerasan dan kekasaran Noke. Noke mati-matian menolak amor mengikuti jejaknya. Mungkin karena dia sudah tau apa yang terjadi didalam gereja. Hingga meloloskan cita-cita amor mengikuti jejaknya, bukan salah satu mimpi Noke. Biarpun dimarahin, dipukul, ditampar bahkan diusir. Amor tidak gentar. Tujuannya satu menjadi pendeta seperti papa.

Hingga suatu malam, saya mendengar papa berbicara dengan amor. Berdua. Diruang kerja papa. Amor menunjukkan papa, bahwa IP-nya bagus. Amor juga berkeras pada papa, kalau papa tidak mau membiayai, dia akan mencari beasiswa sendiri. Setelah hari itu, papa tidak lagi menentangnya. Mereka justru sering bertukar pikiran. Mereka sering bercerita dan berdebat dengan tempo yang lambat dan suasana bersahabat. Dan sekarang, amor sedang mengambil S2 seperti yang papa mau. Dia ingin menjadi saingan papa. Idola masa kecilnya dan saingan masa depannya. Sejauh yang saya tau, amor selalu mau menjadi papa, bukan hanya bayang-bayang papa.

Eset? Noke jauh lebih lunak dengan bungsu. Noke selalu memaafkan kenakalan-kenakalan bodoh dari eset. Noke tidak lagi sekeras dulu, seperti yang dia buat untuk saya dan amor. Eset sedang di Teknik Mesin. Memperjuangkan mimpinya yang tertundda sebagai pilot. Saat saya dan amor selesai S1, Noke memanggil kita ber3, beliau menitipkan eset pada kami. Eset butuh kalian untuk mengawasi dan mensupportnya. Kalian tidak perlu khawatir tentang apapun. Papa sudah menyiapkan segalanya. Kalian hanya perlu belajar dengan tekun. Nama baik papa, ada pada kalian. Kesuksessan kalian adalah keberhasilan papa. Melangkah dengan benar, kalian bukan lagi anak kecil. Kalian sudah dewasa, arahkan pandangan kalian untuk melihat masa depan bersama Yesus. Kemanapun kalian diutus, lakukanlah dengan tulus dan bertanggung jawab. Ingat, ada nama Ihalauw yang kalian harus jaga, dan lebih dari itu, ada nama Yesus yang harus kalian muliakan.

Noke itu PERFEKSIONIS. Saya sudah pernah menuliskan hal ini. Kekerasan dan kedisiplinan yang muncul dalam dirinya karna dia tidak bisa menerima sebuah kesalahan sekecil apapun itu. Bagi NOKE, ketidak teraturan dalam sebuah aturan adalah sebuah bencana. Dan itu yang berlaku didalam rumah kita. Sehingga kami mengenal NOKE yang selalu kamu bilang kasar dan keras itu. Noke memegang teguh aturan-aturan baku yang dia buat dan menjalani sama baiknya dengan dia bernafas. Noke sangat teliti. Sangat detail. Dirumah, kami sangat tau, ketika kami melanggar aturan main NOKE, kami akan berhadapan langsung dengan amarahnya yang meluap. Kesalahan kecil dimata orang normal, bisa menjadi boomerang dan genderang perang bagi NOKE. Untuk itu, kamu jangan terkejut bila menemuka NOKE sedang membentak, memaki, atau memarahi kami didepan umum. Caranya tidak sebiasa yang kalian bisa terima, namun kami memahami maksudnya adalah benar.

Jadi, bila ada orang diluar rumah kita, yang merasa sangat mengenal NOKE hanya karena berpapasan muka, bercdrita asal bunyi atau bersamanya melayani lebih dari 3 tahun, saya pikir kamu hanya mengenal kulit luarnya. Tempramen, kasar, ga tau mau, keras, disiplin, tegas, jujur dan yang pasti pintar. Kalian hanya memahami apa yang kalian ingin pahami. Namun saya tidak akan memungkiri, NOKE memang begitu.

Pernah disuatu kali, saya duduk berdua dengan beliau, menunggu mama rapat di sinode. NOKE bercerita tentang banyak hal, hingga kesalahan-kesalahan yang membuat darahnya mendidih. Saya menatap kearahnya, "pa, tidak semua orang bisa menangkap arah dan pola pikir papa yang jauh 1 langkah didepan mereka. Papa bisa membaca keadaan dengan benar. Papa bisa memilah dan memilih situasi dengan tepat. Papa bisa mengendalikan medan yang berat. Tapi, kadang papa lupa, orang-orang yang disekitar papa harus mengerti dulu maksud papa. Kalo ngga, papa pasti kesusahan untuk menyamakan langkah dengan mereka,pa."
"saya memang tidak bisa kerja dengan manusia goblok!"
Seeee? Thats MY NOKE. Ketika dia merasa pola pikir orang lain terlalu lamban dan lama, bahkan cenderung kearah yang salah. NOKE akan memeteraikan orang itu dengan label GOBLOK!

Saya pernah mendapati salah seorang junior pendeta yang begitu takut dan gugup saat melihat papa. Akhirnya saya bertanya pada salah seorang teman pendeta papa yang sama-sama senior. Mau tau Oom itu bilang apa? Dalam suatu debat dipersidangan beberapa tahun lalu, si junior ini mengemukakan pendapatnya tapi sayangnya itu melenceng dari permasalahan yang dibahas saat itu. Satu kali papa biarkan. Dua kali papa belum bereaksi. Mungkin karena dia merasa "bener", dia lanjut terus padahal pembahasannya tidak membuahkan appaun. Dan tidak menghasilkan apapun, hanya membuang waktu. NOKE? Tiba-tiba berdiri dan memotong pembicaraannya "KAMU BARU JADI PENDETA? KALO KAMU MASIH ANAK KEMAREN SORE, DUDUK DIAM. JANGAN BICARA SOK TAU  SEOLAH-OLAH KAMU PALING TAU. BELAJAR DULU YANG BANYAK BARU BICARA." lalu NOKE melanjutkan dengan kajian teologi berdasarkan tata gereja yang ada. Oh, satu lagi.... Kalo kamu mau debat sama NOKE tentang TEOLOGI dan GPIB, tolong baca dulu semua buku-buku aturan TATA GEREJA dan PEMAHAMAN IMAN GPIB, dan tolong kamu harus "BERISI" untuk bisa sampai pada tahap "PENDAPATMU DIDENGARKAN OLEH SEORANG NOKE".

Sama seperti kita dirumah. Untuk bisa duduk dan bercerita dengan santai dengan NOKE, kami harus memiliki TITEL dulu. Itu harga matinya papa. KALO KAMU MAU SAYA DENGARKAN PENDAPATMU, DUDUK DENGAN SAYA SEBAGAI SEORANG SARJANA. SAYA TIDAK MENDENGARKAN PENDAPAT ANAK INGUSAN! Itu kata-kata wajibnya NOKE, setiap kali saya, amor dan eset beragumen dengan dia. Horor amat bokap lo? Ngga, bagi saya apa yang NOKE lakukan itu membentuk karakter dan watak kami, kami tidak mudah tunduk sekalipun dibentak. Kami tidak mundur sekalipun diancam. Kami diajar untuk mengeluarkan pendapat berdasarkan logikan dan fakta bukan hanya opini dan rengekan cengeng anak manja.

Kedisplinan NOKE tidak sampai pada tahap itu saja. Dia selalu mendisiplinkan kita untuk tidak menghambur-hamburkan uang. Setiap kali gajian, NOKE dan SINSI akan memanggil kita ke kamar, dan menghitung semua uang gaji mereka. Semuanya tanpa terkecuali. Setelah itu beliau akan membaginya dengan rata dan adil. Sisanya ditabung.
"Bulan ini, jangan ada jajan2 diluar dulu ya. Uangnya udah dipake buat tabungan kalian dan uang sekolah. Nanti, kalo TUHAN YESUS kasih papa pembinaan atau pelayanan diluar, baru kalian boleh minta. Pake uang hati-hati. Ingat, perjalanan kalian masi panjang"
Nasehat NOKE setiap bulan ketika menerima gaji. Jadi, kita tau, kapan papa ada uang. Kapan kita boleh minta. Kapan papa bisa membelikan keperluan mendadak kita. Walaupun, berkat itu ada aja. Kalian tidak akan pernah, menemukan masa kecil kita merengek untuk meminta mainan dijalan-jalan atau di mall. Karena, papa sudah bilang dari rumah, KITA PERGI UNTUK MAKAN ICE CREAM ya? Dan itulah yang kita lakukan.

Noke itu BOSSY. Mungkin ini bawaan dari lahir ya, anak sulung! Sehingga tangan-kakinya NOKE itu seperti pensiun, untuk ambil ini dan itu harus ada SINSI. Untuk buatin ini dan itu harus ada SINSI. Kalo nanti SINSI marah dan protes, jawabannya singkat dan konyol "Soalnya nona selalu manjain saya." geli ya? Geli kearah jijik ya? Hahhhahahahahhahahhaa... Tapi itu beneran, seandainya kamu ada disebuah acara-acara penting, dan menemukan mereka berdua, kamu akan melihat bahwa SINSI-lah yang menimba makanan buat NOKE. NOKE hanya duduk diam kayak balita. Hahahahhahahahahahaa...  Karena SINSI tau, selera NOKE. SELALU TAU.

The EVIL SIDE of NOKE.

Semua kekerasan, ketegasan, kejujuran, didikan, kedisiplinan dan kasih sayang NOKE, membentuk kami yang kalian temui hari ini.

Pernah suatu waktu kita ikut papa PEMBINAAN di MALANG, tiba-tiba papa marahin AMOR didepan pendeta-pendeta. Lalu seorang pendeta datang ke papa pada malamnya...
"Bung NOKE janganlah kasar ke anak-anak, kasian masih kecil mereka."
"itu bukan kasar, itu tegas! Kalo salah harus dimarahi, kalo dari kecil kamu didik mereka dengan manja dan lembek. Ketika besar mereka tidak akan kuat menghadapi tantangan,"
"gimana kalo mereka malah lari dari Bung NOKE?"
NOKE tertawa. "Sejauh apapun mereka pergi, mereka kenal bapaknya dengan baik. Saya mendidik bukan membunuh. Anak selamanya anak, mereka boleh menjauh tapi tidak akan hilang."

Dan benar, memasuki usia dewasa, perdebatan demi perdebatan muncul, perselisihan tentang cara papa memperlakukan kita-pun selalu ada, hingga pergi dari rumah-pun ada. Tapi kenapa kita selalu kembali? Karena tidak ada tempat ternyaman selain RUMAH. Bagaimanapun menjengkelkannya NOKE dan omelan-omelan pedesnya beliau, anak adalah anak. Kami tidak akan hilang dan mengasingkan diri, hanya karena NOKE memaki kami. NOKE membentak kami, tidak. Kami tidak diajar seperti itu. Kami menjauh untuk menenangkan amarah dan mengaburkan ego yang tersulut. Kami berpaling untuk melihat lebih jauh, kenapa NOKE marah. Selalu ada alasan dibalik itu. Saat segalanya tenang, RUMAH selalu menjadi tempat menyenangkan untuk kembali. Pelukan PAPA adalah hal yang dinantikan diakhir hari yang berat. NOKE tidak membentuk kami dengan "kesenangan" dan memanjakan kami dengan "uang", tapi NOKE menghadiahkan kami hal yang selamanya hidup didalam kami. WATAK dan KARAKTERNYA. Watak tidak mudah menyerah, karakter yang pantang dianggap lemah.

Ketika malam itu kami makan sate di SABANG, tiba-tiba NOKE berbicara untuk kami.
"papa tidak bisa mewariskan apa-apa yang berharga untuk kalian. Warisan papa untuk kalian adalah pendidikan kalian. Gelar yang kalian perjuangkan untuk masa depan. Jangan bangga dengan harta, karena untuk apa harta tanpa talenta? Tuhan memberkati orang yang tekun dan rajin mengolah talentanya menjadi berkat. Bukan orang yang mengandalkan hartanya. Kalo papa sudah tidak ada nanti, kalian harus buat papa bangga dengan mengembangkan apa yang kalian punya. Bukan untuk nama papa, tapi untuk YESUS yang menitipkan kalian untuk papa dan mama."
Hari itu, JUMAT 23 MARET, beberapa tahun lalu. NOKE tidak pernah mengenal tempat untuk menasehati kita. Dalam setiap jalan2 denganNYA, NOKE selalu membahas banyak hal tentang hidup. NOKE selalu mengingatkan kita tentang banyak hal. NOKE adalah sosok yang selalu membuat jalan-jalan terasa seperti KULIAH PARUH WAKTU.

Seiring berjalannya waktu, NOKE tidak lagi setajam dulu. Walaupun pada beberapa hal NOKE masih seperti yang dulu. NOKE tidak lagi sekeras dulu, walaupun untuk masalah pencurian KERASNYA tidak luntur sedikitpun. NOKE tidak lagi se-perfeksionis dulu, walaupun ADA BEBERAPA HAL yang MENYANGKUT ATURAN GEREJA yang kalo dilanggar, SINGANYA LANGSUNG BANGUN! NOKE sudah banyak berubah, mungkin gulanya membuat dia mengalahkan egonya sendiri. Walaupun tetap aja, kalo dipersidangan2 besar GPIB, kalo NOKE belum bicara artinya SEGALA SESUATU MASIH LURUS. Atau KALO NOKE UDAH BERDIRI, artinya SIAP-SIAP DIKOREKSI!

Kadang, orang tidak bisa memahami caranya. Cara yang NOKE buat untuk menyampaikan pendapat terlalu ekstrem. Emosinya kadang sulit terkontrol. Saya pikir satu-satunya pendeta GPIB yang berani mengeluarkan kata2 OTAKMU BELUM ADA SEJENGKEL dari TELAPAK KAKI SAYA dengan "gaya sombong"nya cuman NOKE. Hahahhahahahahhahaaaaa.... Memang pendeta itu salah, DIA menjelek-jelekkan teman pendeta lain supaya ditolak masuk ke jemaatnya. Tapi, NOK... Serius, harus segitunya? NOKE bukan manusia "ngomong belakang", dia jujur, transparan dan apa adanya. Ketika dia tidak suka seseorang dia akan lugas mengatakan itu. Dia tidak pendendam. DIA MARAH DETIK ITU, didetik lain dia selesai dan tertawa. Orang tidak bisa membaca NOKE dengan baik. Karena NOKE SANGAT SITUASIONAL.

Contohnya nih, ketika NOKE berhasil membuka pintu GPIB  IMANUEL GAMBIR, dia duduk bersama majelis jemaatnya dan ibu2 PKP, duduk makan gogos, panada dan tertawa denganNYA. Padahal pendeta-pendeta yang lain bingung dan bertanya pada mama "Usi Sin, bung noke ngapain disana?", mama hanya tertawa saja. "BIARIN AJA NOKE-kan memang begitu."


Kenapa lo membuat THE EVILS SIDE of NOKE?

Supaya berimbang. Supaya orang tau, bahwa karakter dan watak NOKE yang selalu saya tulis tidak sesempurna itu. Dia manusia biasa yang memilki kekurangan. Bukankah sudah saya bilang, dia memiliki banyak kekurangan. Sangat banyak. Ini adalah salah satu dari sekian banyak.

Kita bertiga tidak membencinya. Justru apa yang NOKE lakukan dan ajarkan memberikan kita pembelajaran yang benar dan baik dalam hidup. Mungkin dulu sebagai anak kecil, liat NOKE marah dan ngamuk karena kesalahan kita. Kita menganggapnya sebagai monster. Kita berusaha menghindar. Tapi, lambat laun... Kita sadar, papa membentuk kita dengan cara yang tidak biasa. Papa membuat kkita menemukan "DIRI KITA" dengan cara yang luar biasa.

Bila saya dibesarkan dengan "cara yang biasa" rasanya saya tidak akan bisa menaklukkan hutannya PAPUA saat PTT dulu. Saya akan berlari pulang dan meninggalkan tanggung jawab saya. Saya akan menangis dan mengadu, bila setiap kami pusling selalu harus naik GETEK ditengah laut lepas. Bertemu buaya dihutan bakau. Saya akan jiper menghadapi pasien-pasien yang "ganas"nya luar biasa. Namun, karena saya dibesarkan dengan CARANYA NOKE, saya menghadapi badai dengan tertawa. Saya sudah terlatih. Bentakkan tidak membuat saya tunduk. Teriakkan tidak memundurkan saya. Cacian tidak menghentikan saya.

Seperti yang selalu saya bilang sejauh yang saya tau, semua kebaikkan yang ada didalam diri saya berasal dari didikan NOKE dan kelemah lembutan SINSI.

"saya buat anak dan bertanggung jawab. Sebab ada masa dimana anak-anak  tidak bisa diperlakukan sebagai anak2 lagi. Mereka akan duduk bersama sebagai sahabat. Kita bukan lagi membicarakan hal-hal sepele, namun orang yang memiliki logika dan pertimbangan yang sama matangnya untuk membicarakan masa depan bersama."

Sampai saya membuat note ini, saya selalu mensyukuri kehadiran saya ditengah hidup NOKE dan SINSI. Yesus telah menitipkan saya pada tangan yang benar. Tangan yang membentuk saya menjadi pribadi yang sekarang. Tangan yang memeluk saya dengan doanya. Tangan yang menenangkan saya disaat kesedihan menerpa.  Tangan yang melindungi mimpi-mimpi saya. Tangan yang menengadah untuk YESUS, agar berkat dikaruniakan untuk saya. Tangan yang menggendong saya pertama kali setelah keluar dari perut SINSI, dan menyebut saya "BENNU BEKHORAH JEDIJAH"

Terima kasih karna menjadi papa-nya saya seumur hidup saya.

14 OCTOBER

The EVILS SIDE of NOKE.

Bahkan dalam sisi gelapnya, NOKE tetap ayah terbaik untuk kita.
Bahkan dalam sisi terburuknya, NOKE tetap ayah terhebat untuk kita.
Bahkan dalam semua kekurangannya, NOKE adalah tangan yang tepat untuk KITA.


Dear,dad...

Maaf pa, saya harus membuka "sdikit" kisah kita. Nostalgila kita. Tentang cara papa mendidik. Sebab, beberapa dari mereka tidak percaya bila saya bilang papa itu hebat. Mereka terbiasa mendengar cerita papa yang negatif dan menghakimi papa berdasrkan hal itu.

Ngga papa ya,pa? Dikit doang kok. Dikiiiit doang.

Ini kepanjangan nyed. Karena menceritakan keunikkan karakter NOKE tidak akan ada habisnya. Mengenangnyapun tidak akan ada matinya. Seperti merindukannya yang selalu dan terus saya lakukan.

Nok, you're secrets are safe with me!


Benyada Remals "dyzcabz"


Komentar

  1. Saya kaget banget papa kamu mendidik anaknya seperti itu...diusir!! Papa kamu memang tahu persis apa yang harus dia lakukan untuk membuat anak anaknya " berhasil " sebab semakin kesana dunia ini semakin "keras". Beliau memang orang tua yang cerdas.
    Saya kira Amor bakal menjadi pengganti papa kamu yang lebih hebat dari beliau. Kemampuan dan minat yang begitu kuat krn dari kecil bermimpi menjadi seperti papanya itu karena dia sangat mengidolakan papanya. Sayang banget papa kamu ngga sempat menyaksikan yg kedua kalinya anak yang membanggakan beliau saat diteguhkan sebagai pdt yang sudah master. Tapi saat nanti Amor berkarier di GPIB orang akan segan dengan dia walaupun dia masih muda karena Amor adalah copy nya papa kamu tapi dengan kualitas yang lebih baik dan mungkin lebih tenang. Saya yakin. Buktinya kamu bilang "belum apa-apa Amor sudah dipanggil sinode" padahal dia kan masih mhs dan belum jadi pegawai GPIB walaupun sesungguhnya saya kesel banget tahu Amor dipanggil sinode untuk kepentingan mereka. Mereka lupa ya... telah memperlakukan papa kamu "habis manis sepah dibuang". Itu bikin saya kesel.
    Saya doakan Amor sukses mengukir prestasi dan membuat papa kamu bangga agar orang orang yang sok suci sok pintar sok hebat itu bungkam.
    Btw... saya pernah loh ngerasain dibentak dan dimaki papa kamu (kasssar sekali) karena saya berbuat sesuatu yang salah dimatanya walaupun maksud saya baik tapi beliau ngga bisa terima. Tapi hal itu tidak mengurangi rasa hormat dan kagum saya pada beliau.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...