Skype pertama kita, bukan berisi cerita tentang "hows life" beberapa hari terakhir ini. Namun lebih kepada "kok ga keliatan", "sinyalnya kurang bagus".
Berasak kembali ke hutan loh,Dan. Bahkan ketika saya ada didepan rumah jam 04.30 pagi, karna perbedaan waktu kita hampir 12 jam. Lalu, kamu baru kembali ke mess mu, tempat istirahatmu jam2 dimana orang timur masih bobo dengan cantik.
Lalu beberapa hari kemudian, kamu menelpon.
Saya bahkan tidak tau harus bercerita apa. Harus ngomong santai yang gimana. Saya hanya menjawab seperlunya. Kamu? Kamu bertanya dengan nada canggung yang sulit saya terka. Perlu kamu tau, saya benci situasi ini.
Saya bukan orang "rutinitas" yang akan senang dengan pertanyaan "hai lagi ngapain?", "Udah makan?", "Lagi dimana?", "Sama siapa?". Pertanyaan wajib yang membuat saya mual. Walaupun kadang, pada beberapa kesempatan kita perlu berbasa-basi. Saya memang begini. Saya bukan orang "pada umumnya" dan tidak akan menjadi bagian dari itu.
Lalu lo mau-nya dia harus gimana,nyed?
Ceritain aja apa yang terjadi disana. Gimana dia disana. Apa yang dia lakuin. Apa yang dia lihat disana. Dengan begitu, saya pikir, obrolan akan jauh lebih menarik. Saya selalu suka hal2 yang tidak saya ketahui dengan baik. Kerja dipemboran minyak lepas pantai, salah satunya. Akan sangat menyenangkan bila dia bercerita tentang harinya disana. Tentang hidupnya disana. Mungkin itu membosankan untuknya, tapi saya bersedia mendenngarnya. Ketimbang saya yang bercerita tentang dunia medis, bahwa tadi ada pasien fraktur terbuka pedis sinistra dengan rupture tendon achillesnya, karna tertabrak dan tergilas truk. Atau stroke haemorhagik dengan penurunan kesadaran. Atau Tamponade Cardiac atau AMI Anteroseptal. Atau Peritonitis ec Ileus Obstruksi. Atau Hirsprung Disease. Atau Subdural Hematoma. Atau Hipertensi Heart Disease dengan komplikasi Oedem Pulmo.
Apa kamu mau mendengar itu? Bukankah dari namanya saja sudah sangat melelahkan untuk didengar bahkan dilafalkan bagi orang awam layaknya kamu. Apa iya, kamu akan begitu tertarik mendengar cerita bagaimana saya bekerja di UGD? Menolong partus presipitatus yang tiba2 datang lalu presentasi bokong dan kepalanya "tertahan" pada "pintu jalan lahir"? Apa itu terdengar menarik untuk diceritakan? Atau pasien KLL yang datang dengan trauma thorax, yang mengalami benturan hebat dan mematahkan beberapa tulang iganya, lalu membuat perdarahan pada paru dan sebagian udara terjebak, hingga needle compresion harus dibuat. Harus saya buat karna itu emergensi. Apa kamu mau mendengar itu?
Yang terjadi didalam dunia nyatanya...
Dan : *menghembuskan nafas berat setelah jeda lama yang tercipta.
Saya : dan?
Dan : ya?
Saya : lo capek ya? Ya udah istirahatlah. Nanti aja ya, baru telpon lagi.
Dan : Nona sibuk?
Saya : Ngga, tapi suara lo kedengeran banget ngantuk dan capek. Istirahat aja,Dan.
Dan : iya,non. Tapi, saya janji mau nelpon kan?
Saya : Dan, saya bukan anak kecil. Yang akan merengek dan menangis, bahkan ngambek hanya karena kamu ndak nelpon. Saya tau, kamu capek. Disana udah waktunya tidur.
Dan : iya, saya tau, nona pasti bilang begitu. Tapi bolehkan saya denger bahwa nona pengen banget saya nelpon.
Saya : sepengen apapun saya, kalo kamu capek, apa saya harus maksa? Ngga kan. Sama seperti saya, yang kalo lagi capek ga mau diganggu. Saya pikir, kamu seharusnya begitu. Iyakan?
Dan : Oh, okay. Jadi kalo saya capek, saya harus tidur ya? Nadanya berubah, "caranya" menjawa berubah. Entah bagaimana mengartikannya. Tapi, ada nada dingin disana. Nada kesal karna mungkin saja, dia tidak mengharapkan jawaban sperti itu dari saya.
Hening.
Saya : Dan?
Dan : ya?
Saya : Kamu masih mau bicara? Kalo ngga, tidur aja ya.
Dan : Nona ga ada yang mau diceritain untuk saya?
Saya : istirahat aja dulu. Nanti kalo kamu bangun, baru kita ngobrol lagi. Kamu ngantuk,dan. Yang kamu butuh itu tidur, bukan bercerita.
Dan : *nguap Non, kita serius kan?
Saya : serius? Sambil mikir, serius apa ya?
Dan : Serius sama saya,non.
Kriiiiik.....kriiiiikkk....kriiiiik.... Ah ini lagi. Gini lagi.
Saya : menurut kamu? Saya main2?
Dan : karna nona terdengar kayak ga mau bicara dengan saya,non. Saya nahan ngantuk supaya bisa bicara dengan nona. Saya harus jalan dari mess untuk ketempat sinyal. Lalu, nona begini?
Ini adalaah bagian paling rese dalam sebuah hubungan yang selalu saya "hindari". bahwa "seharusnya" lebih nyaman ketika diganti dengan "boleh tidak?". Itu jauh menyamankan saya.
Saya : dan, kamu ngga harus ngelakuin itu kalo kamu capek. Saya ngga akan nuntut kamu, untuk harus selalu bisa nelpon saya. Saya mengerti keadaan disana. Kamu udah cerita itu dari email dan buat saya, saya ga bisa memaksa kamu untuk harus menelpon saya setiap waktu seperti gaya pacaran orang kebanyakan. Email kamu cukup,dan. Penting untuk saya tau, bahwa kamu baik2 saja disana. Tapi, kalo untuk hal itu, kamu harus mengorbankan waktu istirahatmu, saya pikir saya terlalu egois."
Dan : itu bukan egois. Itu diperjuangkan. Dalam bahasa sederhana saya, itu berjuang,non.
Saya : kamu beneran mau ngebahas ini? Lalu kamu ga istirahat dengan bener? Trus besok kamu harus bangun pagi dan kerja lagi. Kerjanya kamu itu ga sesimpel itu, Dan. Kamu butuh istirahat yang cukup, sekangen apapun kamu dengan saya. Tolong jangan korbanin waktu kamu untuk istirahat. Saya ga mau kamu sakit.
Dan : *menghela nafas berat jadi gini rasanya pacaran sama dokter?
Saya : *tertawa hm, apalagi kalo menikah, mungkin separoh penyakit bakalan kamu "cobain"
Dan : *tertawa
Saya : ya udah, istirahatlah.
Dan : nona lagi ngapain sih? Sibuk?
Saya : lagi nonton sambil liat2 rontgen. Saya ngga sibuk, tapi disana udah jam 2 pagi. Lalu kamu harus bangun jam 6'kan? Trus tidur 4 jam untuk kerja lebih dari 10 jam, itu butuh istirahat, Dan.
Dan : iya. Ya udah, saya tidur ya
Saya : Dipantry-nya ada jus?
Dan : ada.
Saya : jangan lupa minum jus setiap hari. Jus buah apa aja.
Dan : adanya buah naga sama pomegranat.
Saya : ya udah, itu aja. Minta tolong dibuatin jus aja, supaya tiap pagi kamu minum.
Dan : *tertawa trus saya harus ngapain lagi?
Saya : minum air putih yang banyak 4 L. Itu 12 gelas,Dan. Saya dokter banget ya? *Tertawa
Dan : hm. Namanya juga dokter, tapi itu terdengar lebih seperti nasehat dokter ke pasien,non. Bukan ke pacaarnya.
Saya : lalu kammu pikir, amor, eset mama, ga ngerasa kayak gitu?
Dan : oh, baiklah. Saya ngga sendirian.
Saya : Dan, ini udah mau setengah 3. Kamu beneran ga butuh istirahat?
Dan : Pas setengah 3 nanti.
Saya : dan, ini serius. Saya ngerti kalo kamu capek. Kamu ga perlu harus nelpon semalam ini. Cukup email aja. Saya bukan anak abg yang selalu harus dengar kabar dan telpon kamu. Saya mengerti gimana keadaan kamu disana. LDR itu tentang percaya, Dan. Sebanyak apapun kamu nelpon, ngabarin, ga akan menjamin bahwa kamu ga selingkuh kan? Dan, saya jauh lebih senang, kamu jaga kesehatan kamu disana. Biar kamu bisa balik kesini dengan utuh. Ok?
Dan : hm. Hm. Iya,non. Saya hanya pengen dikangenin. Tapi itu terlalu sulit untuk nona ya?
Saya : dikangenin? Itu penting?
Dan : buat saya itu penting. Itu membuat saya tau bahwa nona itu nyata.
Saya : dan? Kamu bicara dengan manusia nyata dan hidup.
Dumb! Ini hal2 sereceh ini yang selalu saya hindari. Inj bukan receh,nyed! Ini terlalu berat untuk manusia serasional lo.
Dan : bukan nyata itu. Nyata bahwa nona mulai suka dengan saya.
Saya : *tertawa saya ngga tau kalo kamu se"melow" ini, dan.
Dan : ini melow buat nona?
Saya : lalu apa, kalo bukan melow?
Dan : memastikan nona milik saya, itu bukan melow, non. Itu hak saya, sebagai orang yang cintanya udah jadi prasasti buat nona.
Saya : *tertawa prasasti? Udah ditaruh dipelataran borobudur? Atau ratu boko?
Dan : *tertawa jijik ya kedengarannya? Hanya buat nona, saya mau jadi se"jijik" ini.
Kita tertawa.
Saya : dan udah setengah 3.
Dan : nona, bener2 tau caranya mengusir.
Saya : istirahatlah, Dan. I miss you. Dah.
Klik. Itukan yang dia mau. Dikangenin.
Mungkin bagi beberapa orang, dikangenin itu menyenangkan. Tapi bagi saya, itu perlu dipelajari dengan baik.
Mungkin lo harus belajar untuk membiarkan dia mencintai lo dengam caranya. Itu kemewahan yang sulit ditolak. Dicintai dengan cara yang berbeda, dari apa yang lo mau. Tom2.
Benyada Remals "dyzcabz"
Saya harus terbiasa, untuk hal semelankolis itu. Seperti kata tom2, membiarkan dia, melakukannya dengan caranya.
Tom2 betul. Kalo kamu ngga betah dengan caranya... anggap aja itu pengorbanan. Bukankah hubungan cinta butuh pengorbanan...? Apalagi LDR
BalasHapusKalo cintanya ke kamu sudah seperti prasasti (saking lamanya dipendam) sementara kamu masih sejengkal atau setitik atau sepotong... Pasti butuh waktu untuk menyamakan perasaan kalian. Dia harus sabar membangun "rasa"itu di kamu dan dia bisa. Tapi saat kamu bertemu nanti sebaiknya kamu ngomong seterang terangnya apa yang kamu ngga suka supaya dia ngerti sebab kalo ngomongnya ditelepon bisa salah ngerti atau salah paham... apalagi kalo dia lagi capek banget...atau ada masalah di sana....mood nya bisa jadi jelek...trus berantakan deh... padahal sepertinya dia cowok yang baik. Soal dia jodoh kamu atau bukan itu urusan YANG DI ATAS. Tapi hati kecil saya berkata dia yang akan mengenakan cincin itu di jari kamu (hehehe. .. sotoy loe!!)... semoga langgeng ya... Kalo ngga betah di betah betahin aja... (cuma saran)
Soalnya saya punya pengalaman... bicaranya di tahan tahan... akibatnya dia salah ngerti lalu hilang padahal kita punya perasaan yang sama dan dia tahunya setelah puluhan tahun kita ketemu lagi tapi sudah terlanjur.
Ditunggu cerita selanjutnya....