Hari ke 150 tanpa papa.
Kita baik2 aja pa.
Kita sudah mulai ngepak2 barang,pa. November akhir, kita sudah jadi warga DKI Jakarta lagi. Tgl 28 nanti, mama serah terima,pa.
Mama keren'kan pa? Kalo papa selalu bilang "Papa bangga sama Mama. Istrinya siapa dulu." Pa, mereka mempercayakan mama menjadi KMJ kembali. Papa tau? Ketika menerima SK itu, mama menangis.
Yesus punya skenario yang tidak pernah kita duga,pa. Papa menikah diusia 31 tahun, papa meninggal diusia pernikahan ke 31 tahun. Sejak menikah dengan papa, mama menjadi PELUM. Baru diaktifkan kembali 12 tahun lalu. Dan, akhirnya diusia pernikahan ke 31 ini, mama kembali menjadi KMJ. Papa memberikan penghargaan tertinggi pada mama,pa. Mengembalikan beliau kepada posisinya sebelum menikah dengan papa. Mama bilang papa mau mama pensiun sebagai KMJ. Begitu 'kan pa? Dan lagi, Yesus mengabulkan apa yang papa mau.
Siapa yang bisa menyangka dalam periode kepegawaian mama di GPIB, mama akhirnya 2 kali menjadi KMJ, pertama saat beliau diteguhkan menjadi pendeta di GPIB Bukit Kasih Surabaya, KMJ sekaligus pendeta pertama disana. Dan yang kedua, menjelang masa pensiun beliau, Yesus menganugrahkannya menjadi KMJ sekali lagi di GPIB SION Kota, tepat pada tanggal 28 Oktober, hari diteguhkannya mama sebagai Pendeta. 35 tahun melayani Yesus.
Keren kan' pa?
Saya tidak bilang, bahwa kepergian papa membuat segala hal menjadi baik. Saya ingin papa ada, melihat semua ini. Seperti ketika papa mengatakan nya dimobil yang membawa papa dan mama ke RS Hermina, "nona jadi KMJ ya? Nanti saya bilang sama sinode. Saya ngga kuat. Biar jadi PJ ajalah." Walaupun beberapa orang menentang dan mama menolak. Papa tetap berkeras "ini bukan untuk saya, tapi ini penghargaan untuk istri saya. Biar dia pensiun sebagaai KMJ. Saya sudah cukup dengan semuanya,non. Ya?"
Seperti biasa, mama hanya tersenyum, walaupun mama tidak pernah mau melangkahi papa. Tidak dalam segala hal. Mama selalu menghormati apa yang papa katakan. Apa yang papa putuskan. Dan apa yang papa pikirkan.
Dulu, sinode pernah menawari beliau untuk menjadi KMJ juga. Namun mama menolak dengan tegas. Karna pada dasarnya peraturan GPIB tidak mengizinkan dua pendeta suami-istri menjadi KMJ. Walaupun, ada beberapa yang "dikondisikan" begitu. Mama tidak, beliau sama seperti papa yang berdiri diatas aturan. Sama seperti kenapa mama bisa menjadi PELUM dulu. Karna saat itu, GPIB masih kesulitan membiayai gaji pendeta yang suami-istrinya dua2 pendeta organik GPIB.
Ketika di persidangan tahunan mama beserta 8 orang lainnya, akhirnya diperjuangkan untuk aktif kembali. Papa dan mama itu sepikiran. Mereka berjalan diatas aturan main. Sama ketika dulu, mereka bilang mama tidak bisa dapat pensiun, papa bilang buat mama "ada pensiunnya saya. Kita berdua bisa hidup dari itu. Nona tidak perlu susah. Melayani itu pengabdian. Yesus akan mencukupkan kita."
Pa, mama ai, om jemy, om jhon, tante wid, mereka mau hadir pada Serah Terima Jabatannya mama. Dan kita akan merayakannya,pa. Tapi kali ini, tanpa papa.
Mama kehilangan teman debat dan diskusi. Kehilangan sosok untuk bertanya tentang aturan. Kehilangan teman persiapan. Kehilangan tempat bercerita.
Mama bilang Sinode mengembalikan mama menjadi KMJ salah satunya karena penghargaan terhadap papa. Tapi, bagi saya, ini waktu Tuhan untuk mama. Mama memang layak dan kompeten untuk itu,pa. Papa setuju'kan? Karya besar papa, tidak bisa digantikan oleh apapun atau ditakar berapapun. Dia selamanya hidup didalam setiap diskusi dan gerakan kerja sinode.
Saya benci mengatakan ini, namun disaat2 seperti ini saya butuh mendengar lelucon papa. Saya butuh dengar pendapat papa, arahan papa dan ajakan papa untuk keluar makan malam.
Sebagian barang sudah terpak, papa tau? Karton buku2 nya papa aja ada lebih dari 14 karton. Hahahahahahahaaa... Bahkan yang bantuin ngepak bilang "lumayan nih kalo di loakin." tapi tenang,boss... Semuanya selalu mengikuti yang papa mau. Tidak akan disentuh dan ditata rapi nanti. Dan satu lagi, gucinya papa. Itu akan ikut dengan kita. Butuh kawalan khusus? Hahahahahahahahaa....
Ketika kita lagi ngepak, tiba2 eset menatap guci papa "pa, ini barangnya kebanyakan loh. Kalo papa ada, pasti semua ini dikasih aja ke jemaat. Iyakan pa?" Saya menatap eset dengan geli. Iya sih, kalo papa ada, pasti semua ini dikasih aja ke jemaat. Selalu begitu. Papa ndak suka bawa barang banyak. "Nanti papa beli baru buat kalian." Selalu begitu.
Paaa...
I miss you, so bad.
Hari ke 150 tanpa papa.
Cengeng? Masih,pa. Sesekali ketika saya ingin papa disini. Ketika saya tidak bisa menyelesaikan masalah saya.
Hari ke 150 tanpa papa.
Ada yang datang namanya Daniel. Papa kenal dia? Jangan mengerling,pa. Jangan nahan senyum. Dia masih teman "baru dekat", statusnya masih disitu,pa. Melangkah maju? Nanti,pa. Bukan sekarang. Saya masih ingin seperti ini. Saya tidak siap menghadapi hal besar lainnya dalam waktu dekat ini. Kehilangan papa, sudah cukup meruntuhkan setengah semangat saya.
Hari ke 150 tanpa papa.
Saya melihat papa begitu bahagia disana. Tertawa dan bernyanyi sukacita. Papa menemukan rumah yang senang dan tenang bersama Yesus.
Hari ke 150 tanpa papa.
Hidup akan baik2 saja, karna Yesus ada.
Kita akan terus merayakan kehilangan ini. Dengan caranya masing2. Papa selalu tau, bahwa rumah terasa lengang tanpa papa. Karna papa adalah dunia yang menggerakan rasio dan mimpi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dan Yesus? Sumber dan tujuan dari segala gerakan itu.
Benyada remals "dyzcabz"
Kantor Sinode. 11 Oktober.
Saya, mama, amor sedang berdiri didepan GPIB Imanuel Gambir, menungu grab. Tiba2 ada bapak pake motor, berhenti didepan kita. Karna macet juga sih. Tapi dari jauh dia sudah memperhatikan Amor. Hingga tiba didekat kita.
Dia tersenyum kearah kita. Papa tau, apa yang dia bilang? Dia menatap Amor. "Anaknya Pdt. Ihalauw ya?"
Amor mengangguk. Saya mengamatinya. Apa kita kenal ya? Pernah kenal?
"Mirip sama papa. Dari jauh saya kira bapak. Turut berduka untuk bapak pendeta."
Lalu dia jalan. Saya, mama, amor tertawa setelahnya. Ya iyalah mirip Noke. Amorkan anaknya! Kalo amor mirip tukul baru tuh geger.
Tapi amor memang seutuhnya muka Noke. Siapapun yang melihat amor, mereka akan menemukan wajah Noke. Mungkin dengan muka lebih bersahabat kali ya. Tapi, itu tetap wajahnya NOKE.
Seperti keinginan masa kecilnya "saya ingin seperti papa seutuhnya"
Dan 27 tahun kemudian, mukanya, geraknya, gayanya, bahasa tubuhnya, seutuhnya mirip bapaknya.
Setidaknya, Noke masih bisa dilihat dalam versi yang lebih fresh. Hahhahahahahahaa...
Puji Tuhan ibu pdt Sien jadi KMJ lagi. .. Selamat ya bu. saya ikut senang. Pertama dan terakhir. Walaupun ibu masih sangat berduka dan kesepian tapi Tuhan memberikan sukacita dan penghiburan buat ibu yang akan membangkitkan semangat ibu. Semangat melayani Tuhan Yesus seperti suami ibu. Semua itu bukan kebetulan terjadi pas 35 tahun pelayanan ibu tapi memang semua rancangan Tuhan terjadi tepat pada waktunya dan indah pada akhirnya.
BalasHapusAmor....
Emang mirip banget sih... Sumpah... Saat malam pengucapan syukur kedukaan saya membuktikan sendiri melihat Amor seperti melihat pdt Ihalauw hidup lagi (kata orang saat ayah /ibu seseorang meninggal wajah mereka tetap ada pada anak mereka dan lebih nyata). Itulah Amor.