Langsung ke konten utama

Something Unspoken (*bila aku jatuh cinta)

Cerita bodoh bin tolol ini dipersembahkan oleh situasi yang akward.

Situasi dimana saya sedang tidak ingin diajak jalan, tapi terpaksa harus ikut jalan.

Hari dimana, salah seorang kenalan mama melakukan hal paling goblok bin bodoh.
Yaitu, mengenalkan saya pada seseorang!
Ngejodohin kali ya bahasa kerennya.

Siang itu saya baru bangun jam 13.30. lo kebo amat nyed, sampe bangun sesiang itu! Apa saya akan dimaafkan bila saya bilang saya baru melepas rindu dengan kasur jam 09.00 pagi, setelah jaga?

Rumah sepi, mama pergi ke gereja, amor kuliah, eset juga. Si mbak lagi didapur. Saya beranjak dengan malas keluar kamar, minum air dan menyalakan TV. Ada acara yang menarik? Ngga, okeh National Geograpic chanel is the answer. Tiba-tiba saya mendengar ketukan dipintu depan, bukan pagar ya. Pintu depan. Bener-bener pintu teras. Saya terdiam dan memanggil mbak. Ternyata, si mbak lagi dikamar mandi. Jadilah saya berjalan gontai ke pintu dan membukanya.

Duar...

Seorang cowo berambut ikal, tinggi, berkulit sawo matang, menatap saya.
"cari siapa?" tanya saya dengan nada tidak bersahabat
"dokter yedy"
Deg! Mampus. Kok bisa? Dan dokter yedy itu gue! Teriak saya dalam hati. Kesan pertama yang hancur total. Bisa dibayangkan saya dengan muka bangun tidur yang terlalu mengenaskan. Baju kaos belelnya papa dan legging kesayangan yang robek dibeberapa bagian. Daaan, oh itu dia... Rambut yang berantakkan.

"dokter yedynya lagi keluar."ucap saya tenang dan berusaha terlihat santai. Heiiii,brooooh... Saya bukan pembohong yang handal.
Dia tertawa. Dan entah kenapa, ditelinga dan mata saya itu terdengar seperti "ejekkan". Dia mengeluarkan Hpnya dan menunjukkan foto saya. Bangsat dan terkutuklah manusia yang mengirim foto itu. Juga yang merancangkan hal tertolol yang saya benci ini.
"ini LO 'kan?" ucapnya sambil berusah menahan ketawa dan berusaha bermuka sangat serius.

Saya tertawa, hampir seperti meringis sih ya. "ada perlu apa?"
"Gue ga boleh masuk dulu? Lumayan panas diluar."
"gue ga kenal lo, dan gue ga bisa jamin lo orang baik."
Dia mengangguk-angguk sebentar sambil memegang dagunya. "gue disuruh sama tante **** untuk ketemu sama lo."
"buat?" tanyaku
"LO baru bangun ya?"
"hm"
"kita beneran bakalan bicara kayak gini?"
"hm. Gue ga kenal lo. Dan tingkat kejahatan didepok tinggi. Lo aja bisa nyelonong masuk sampe teras. Seharusnya lo teriak dulu dari pagar. Maling sekarang makin cerdas loh, bahkan lebih rapi dan parlente dari orang kantoran."
Dia  tertawa lagi, kali ini dengan mimik geli. Entah bagian mana yang lucu dari omongan saya.
"Oke. Gue Daniel. Gue keponakannya tante ****, entah gimana gue harus ngejelasin ke lo, bahwa gue akhirnya setuju ketemu lo hari ini. Sorry gue ganti kata "setuju" dengan mau ketemu lo."
"gue ga mau ketemu siapapun. Lagian gue jaga sore. Bentar lagi gue berangkat." dan yes, sekali lagi lo berbohong,nyed!
"Kata Tante Sin, hari ini lo free kok."
Ketika mendengar dia menyebutkan nama TANTE  SIN yang adalah mama saya! Saya seperti asfiksia mendadak. Saya butuh bantuan nafas, boleh tolong NRM please. Jadi mama tau? Jadi mama kenal? Jadi mama?

"Lo ketemu sama mama?" Dia mengangguk dengan sangat tenang.
"Gue boleh duduk didalam bentar ya. Diluar panas banget. Gue bukan orang jahat kok. Mau liat KTP?"
Saya tertawa mendengarnya. Tapi saya masih bergeming untuk mempersilahkan dia masuk. Mau bicara apa? Aduh, kampreeet. Mau ngomongin apa coba. Pertama gue belom mandi. Kedua ini adalah me time gue. Dan, aahhhh....elaaaah...kenapa jadi seribet ini sih! Babbbbiiiiiiiiiiikkkkkkkkkk..... Selamat nyed, lo mulai panik!

"gue lagi males ketemu sama siapapun plis. Besok aja ya. Gue ga jaga kok besok" alasan yang baik dan kejujuran yang "retorik" sekali.
Dia tertawa lagi. Ini orang ngeliat saya kayak pelawak kali ya.
"Lo kenapa ketawa terus sih? Ada yang lucu?"
"Ya udah, gue tungguin diluar. Mandi dulu gih. Abis itu kita makan. Gue sengaja ga makan dirumah supaya punya alasan ngajak lo jalan."
Fuccccck! Dan ini ga lucu. Dan ini ga beneeeeerrrr. Paaaaa, aduh... Aduh, dan saya tidak siap. Saya beneran ga siap. Bisa... Aduh. Lo aseli panik nyed. Panik!

"serius mau ngajak makan sekarang? Gue kalo siap-siap lama banget loh. Mandi 1 jam. Dandan dan milih baju 2 jam. 3 jam loh. Bisa nunggu?" tantangku, dan saya benar-benar berharap manusia ini illfeel dan melangkah pergi dan tolong jangan datang lagi.
Dia tertawa lagi. Kali ini dia menatap saya dengan mimik serius. "santai aja, saya sudah dilatih kok sama tante sin"
Dan saya "ter-nga-nga" dan saya kehilangan alasan saya untuk mendebat dan cara lain untuk mengusiar dia. Lo bisa bayangin, mama sudah melatih dia? Sejak kapan mama begitu baik untuk melatih anjing yang tidak dikenal, oh maaf... Orang yang tidak dikenal? Aduuuuuh, sial apa coba hari ini.

"beneran lo bisa nungguin selama itu?" gumamku lagi kali ini dengan suara yang sedikit pelan
"Boleh minta air es?"
"Kita mau makan dimana? Gue ga mau makan ditempat mahal! Gue ga suka makan ditempat-tempat formal."
"Jadi, mau makan dimana?" tanyanya dengan nada yang cukup manis untuk didengar. Come on nyed, ada gitu nada yang "manis". Jangan tolol deh.
"pecel lele depan lampu merah aja. Itu enak kok."
"Pecel lele? Udah buka jam segini?"
"kan kita berangkatnya jam 6-an. Pasti udah buka dong" tekanku tidak mau kalah dan berusaha supaya dia malas. Lalu akhirnya pulang tanpa perlu saya usir. Ide yang cukup tolol nyed!

"gimana kalo angkringan?" usulnya
Percaya ngga, obrolan tanpa makna ini terjadi dengan latar 2 orang yang tidak saling kenal dengan baik. Yang satu didepan pintu masuk, dan yang lain berdiri 2 meter diseberangnya. Bahkan yang punya rumah inipun tidak bersedia mempersilahkan masuk atau minimal menyuruhnya duduk dikursi teras.
"angkringan itu bukanya malem."
"kalo gitu nonton dulu?"
"LO bisa nahan laper sampe malem?"
Dia menggeleng dan tersenyum. Boleh bilang kalo senyumnya itu manis ga? Nyed, plis lo bahkan ngga tau dia siapa. Dan beberapa menit lalu lo baru saja memutuskan untuk tidak ikut. Oh...okay.
"jadi?"
"Gimana kalo lo mandi aja dulu dan kita omongin setelahnya. Jadi kita bisa langsung jalan kan?"

Setelah mempertimbangkan dengan sangat amat teliti. Saya mempersilahkan dia masuk. Dan ada malaikat baik dari mana tiba-tiba... "Kalo lo laper, sambil nunggu buat roti aja. Atau mau dibuatin?"
Dia menatap saya cukup lama, "Dibuatin aja ya."
"LO biasa pake apa rotinya?"
"Meises aja."
"Nutela adanya. Atau mau dicampur pake skippi? Itu enak loh." tawarku
"LO baik juga."

Saya menyerahkan roti berisi skippi mix nutella. Segelas sirup leci dingin. Dia cukup terkejut mendapatkan keramahan yang luar biasa ini. Menurut saya ini sangat ramah versi saya, memberi makan-minum pada orang asing, itu patut dikategorikan ramah'kan?
"Nih. Ga pernah ada orang yang kuat buat nunggu saya "siap untuk jalan". Kalo lo nyerah dan ngerasa kelamaan, lo taukan pintu keluarnya dimana. Tolong sekalian tutup pagarnya." ucap saya sambil berlalu ke kamar.

Dia masih menonton TV saat saya selesai mandi. Saya mengeringkan rambut di FAN ruang TV juga. Dan sepanjang proses ini, dia diam. Saya? Ya samalah. Apa juga yang mau saya omongin. Saya bukan seorang "teman" yang cukup ramah untuk memulai sebuah obrolan. Saya masuk kekamar dan memulai ritual wajib saya. Dandan. Pake hand body. Milih baju. Dengerin lagu sambil liat-liat IG. Mikirin banyak hal dulu, sebelum akhirnya mutusin harus pake baju yang mana. Lalu berdiri didepan kaca, bukan ngeliat diri sendiri, tapi lebih ke... Mikirin apa yang harus dibuat nanti, pasien yang kemaren gimana. Kepanikkan saya membuat flight of idea yang lumayan membingungkan! Dan yang terakhir, milih parfum...

3 jam 20 menit.

"Mau jalan sekarang?"
Dia menatap saya dalam diam. Mungkin dia berharap lebih kali ya. Hahahhahahahaa... Untuk manusia yang dandan selama itu, dan lo keluar cuman pake sweater coklat dan jeans belel plus hi-heels. Any better idea?
"Nyalain lampu dulu, rumahnya gelap."
"bentar gue panggil mbok dulu." Saya bergegas ke belakang dan pamit sama mbok. Dan bilangin sama mama, INI HAL TOLOL dan KAKAK MARAH! Saya menitip pesan pada mbok yang tersenyum geli melihat saya ngedumel. Sudah terlalu lama, beliau tidak melihat sama keluar dengan cowo. Atau dijemput cowo.

Saya kembali ke ruang TV dan menyalakan lampu-lampu. Lalu melewati Buffet Gucinya papa, saya berdiri sebentar dan pamit "paa, saya jalaan dulu, ini gara-gara mama loh,pa. Papa taukan saya ga suka hal bodoh ini,pa!"  Saya terkejut melihat dia berdiri tepat dibelakang saya.

"Abunya Om Noke?"
"OM? Lo kenal sama papa?" tidak semua orang bebas memanggil OOM. Hanya segelintir orang dekat yang tau nama kecil itu. Atau orang yang sudah mengenal papa sejak lama. Lamaaaaa sekali.
"Hai, Oom. Saya Daniel. Kita pernah ketemu diacara ultahnya Pdt X. Ijin ajak Yedy jalan,Oom. Dipulanginnya utuh dan tidak terlambat,Oom."
Saya menatap kearahnya dan tersenyum. Something unspoken happening right now. Make me flatter.

"LO ga berasa gila ngomong sama benda mati? Itu ABU." ledekku
Dia tertawa. "seenggaknya gue ga gila sendirian." hahahahhahahahahahaa....

Depok itu macet. Apalagi pas jam pulang kantor. Sangat amat macet. Dan kita stag di margonda.

"Turut berduka untuk Oom Noke."
"Bisa ya ngga usah bicarain itu. By the way, thanx."
"gue dateng waktu hari pertama, mungkin lo ga liat gue. Lo berdiri dipinggir dengan 2 teman cowok lo."
"Banyak orang,dan. Gue emang ga merhatiin siapa yang datang. Bambang dan Riky."

Dan hening. Jeda seperti ini yang paling saya benci. Tapi saya bingung mau memulai darimana. Huuuppppfffff....

"Sorry, gue boong. Soal tante ****, gue mau dateng ke lo, karena gue mau. Lo ga inget gue?"
 "memangnya kita pernah ketemu? Selain di hari penghiburan papa?"
"LO lupa palembang? LO lupa permainan kotak pos kita? LO beneran lupa, anak cowo yang lo pukul karena petikkin bunganya Oom Noke ditaman deket pastori? LO tetep semenarik dulu."
"Dan? Kita pernah ketemu waktu kecil?"
"itu udah 20 tahun yang lalu ya? Masih inget Oma Pelupessy yang jual es mambo deket gereja? Yang selalu kita beli sambil nungguin gerobak makanan itu? Aduh, gue lupa namanya. Lo ga inget?"
"satu-satunya yang tersisa dari palembang itu tentang sari, bu bernadet, mbak erna, dan kota kelahiran eset."
"gapapa, ga semua orang harus ada untuk diinget."

"Jadi masih tinggal di palembang?"
"Udah ngga, sejak mama meninggal. Dan papa bawa kita pindah ke jakarta."
"kenapa lo ga nyamperin gue waktu ngelayat papa?"
"Gue harus ngumpulin nyali untuk berhadapan sama lo,yed."
Saya tertawa mendengarnya. Nyali? Memangnya saya semenakutkan itu? Gilaaaak kalah dong godzilla?

"lalu sekrang nyali lo udah banyak dong? Udah 5 bulankan?"
"Kangen. Mungkin itu jauh lebih tepat. Gue kangen sama lo."
Saya terkejut mendengar jawabannya, bukan jawabannya sih, tapi caranya menjawab. Nadanya. Dan saya lebih terkejut saat menoleh kearahnya lalu menemukan dia sedang menatap saya.

"jadi makan dimana kita?" ucap saya tiba-tiba
"Pecel lele?"
"LO bisa makan lele?"
Dia menggeleng. "Lalu apa dong?"
"Sushi?"
"Ngga saya ngga suka,dan." jawab saya cepat.
"Apalagi yang kamu ga suka?"
"ya?" ada banyaklah, tapi apa saya cukup sopan untuk bilang semua hal yang saya ngga suka?

"Makanan apa yang kamu ga suka?" dan entah kenapa, dia mulai memakai KAMU. Aduuuuh, bisa ga sih ini di skip aja. Orang ini bilang dia mengenal saya puluhan tahun lalu. Dia dari masa lalu saya yang bahkan ingat saja tidak. Lo kenapa sih nyed? Saya sedang tidak siap menghadapi kejutan apapun.

"makan SAPO TAHU aja yuk. Gue lagi pengen makan itu."
"Dimana?"
"Dan, gue ga tau sih kalo didepok. Soalnya gue juga jarang keluar rumah."
Dia tersenyum dan mengangguk. "Oke, jadi kita cari aja ya, SAPO TAHU."
"LO juga suka SAPO TAHU?"
"Gue ikut aja. Nanti biar gue yang menyesuaikan."
"jangan dong, lo mau makan apa. Kalo nanti disana ngga ada yang lo mau gimana?
"Bikinin roti yang tadi aja, itu udah lebih dari cukup"
"Makanan apa yang lo suka?"
"Pokoknya jangan pedes."

Lalu dia sibuk melihat Hpnya. Entah apa yang membuat dia begitu telaten melihat Hpnya.
Tiba-tiba dia memutar mobilnya kembali ke arah jalan pulang.

"Kata Mas Tino, di Rumah Makan Sari Kembar itu sapo tahunya enak, ayam kuah jahenya juga enak."
"Jadi dari tadi lo nanya sama temen lo?" tanyaku sambil menahan tawa siapa suruh lo ga tau tempat sapo tahu nyed. Itulah lo adalah manusia yang maunya semua beres!
Dia mengangguk. "Mas Tino itu tinggal didaerah Depok II, dia supir dirumah. Kita pake Waze aja ya?"
Saya mengangguk.

1 jam 20 menit, sampai di Restoran yang dimaksud.

"Sapo Tahu seafoodnya 2, cumi goreng mentega 1, nasi putih 2, tumis toge ikan asin 1. Ada lagi,yed?"
"Ngga udah. Minumnya?"
"Saya Jus Tomat, lo?"
"Es jeruk nipis  tapi gulanya dikit ya."
"Kalo SAPO TAHU disini ngga sesuai selera lo, artinya kita harus makan ditempat lain lagi, besok."
"Besok?"
"Kan lo ga jaga besok."
"iya sih. Cuman, harus banget gitu besok?"
"Saya di jakarta sampe hari sabtu."
"Oh... Lo kerja diluar kota?"
Dia mengangguk dan menatap saya cukup lama. Bahkan ketika minuman kita datang, dia tidak beralih.

"Lo kaget ya, gue dateng?"
"iyalah. Coba kalo lo sms dulu kek. Atau minimal ada intro apa kek. Bukan tiba-tiba nongol didepan pintu rumahkan?"
"untuk nemuin lo dan berdiri didepan lo, gue persiapannya banyak. Gue bahkan harus mengalahkan rasa takut dan gugup gue."
"Emang gue se-menakutkan itu ya? Dan, lo lebai kali."
"LO bukan menakutkan. Cuman, lo sangat jago menolak orang. Dan gue ga siap kalo lo tolak."
"Masak sih? Kok gue ga tau ya, gue se jahat itu?"

Makanan datang dan tanpa perintah kami melahapnya dalam hening. Tidak ada pembicaraan, kecuali saya yang memaksa otak saya memutar memory lama di Palembang untuk menemukan DIA. Benarkah ada dia disana? Dulu? Nyatanya memory saya tentang wajah dan nama orang sangat buruk.

"Gue boleh minta tolong? Temenin cari hadiah buat MUSA. Boleh?"
Saya mengangguk. "Biar kita bagi dua aja bill-nya,dan." usulku
Dia menggeleng dan membawa bill itu ke kasir.

"SAPO TAHUnya sesuai selera?"
"kalo mau ngajak makan lagi, billnya harus bagi dua. Kalo ngga, ga usah."
"Bagi dua? Gue mampu kok bayarin makan kita, besok bahkan sampe nanti."
Dan giliran saya yang terhenyak mendengar jawabannya. Dia orangnya sespontan itu ya?

"Bukan gitu,Dan. Saya cuman ngga mau ngerepotin aja. Kita temen dan...
"ngerepotin? Yang ngajak lo keluar itu gue. Dan yang ngerepotin itu gue. Jadi? Kenapa harus dibagi dua? Gue ga biasa dibayarin makan sama cewe. Dan kalo lo mau bayarin gue, jadi istri gue dulu."

Apaaaaan siiiih! Aduh aduh, ah gilak ini sih. Ah! Dan setelah jawaban itu, saya diam. Saya benar-benar diam. Tiba-tiba aja, saya panic attack, entah gimana ceritanya tapi tiba-tiba aja saya ketakutan. Gimana caranya orang ini bisa menembak saya dengan satu tembakan langsung. Bahkan tanpa basa-basi.

Kita mampir disalah satu MALL di CIBINONG. Menemani dia membeli hadiah untuk MUSA. Yang entah siapa itu, yang bahkan seperti apa orangnya-pun, saya tidak tau. Yesus, bukankah skenario ini terlalu absurd? Serius saya harus menemui manusia ini lagi?

"Musa itu adik bungsu kita. Sepupu kecil gue, tapi besar dan tinggal sama gue."
Saya mengangguk. Kita memasuki salah satu distro yang menunjukkan Sweater dan Hoddie. Mungkin pada dasarnya, saya terlalu sering menemani seluruh laki-laki dalam hidup saya untuk belanja, mulai dari sahabat-sahabat saya, Rasta, rong2, mbul, gorce, riky, teo, lalu sepupu2 saya, melf, nankus, eldon, lofri, adik2 saya, amor, eset dan pastinya papa. Jadi, saya memahami dengan sangat baik kata "goodlooking" saat mereka memakai sweater dan hoodie. Saya sangat mengagumi cowo yang badannya keren saat memakai SWEATER ABU-ABU atau HITAM, atau punggung belakangnya yang terlihat kokoh saat mengenakan HOODI E TOSCA. Jadi saya melihat-lihat sweater dan dia entah kemana. Ada satu Sweater menarik berwarna abu-abu tua yang kalo dipake sama cowo yang badannya tinggi. Itu pasti dan dijamin terlihat sangat "MANIS". Saya mengangkat sweater itu dan... Dia berdiri disebelah saya. Tepat disebelah kanan saya.

"Buat siapa?"
Saya menatapnya. Dan kecepatan mulut saya, membuat saya merutuki itu 5 menit setelah kata itu saya ucapkan. "ini bagus untuk lo, cobain deh"
dia mengambil sweater itu dan mencobanya di kamar pas. Saya? Sibuk memaki diri sendiri diantara lusinan hoodie dan sweater. Apa2an sih nyed. Sok asik. Sok akrab! Lo bahkan ngga kenal dia. Ga tau dia yang mana. Sok banget milihin baju untuk dia! Dasar bego!

Ketika dia keluar dari kamar ganti, dia berjalan ke arah saya. Dan dia memang "semanis" itu. Kali ini sulit untuk berbohong. "Bagus,dan. Cocok untuk lo."
"Iya,mas. Itu keluaran terbaru dari brand ini. Pas banget,mas. Manis dipake sama Mas. Pinter nih istrinya. Milih warnanya pas."
Tolong bilang kalo saya salah dengar! Tolong.. ISTRInya.
"Tolong bungkusin baju ini,mbak, Sweater PILIHAN ISTRI saya, langsung saya pakai."
Saya menatapnya dan dia tersenyum senang. Ini mulai ga lucu. Lagian ini gara-gara ke-tololan lo yang sok-sokan milihin sweater itu. Bisa ga sih lo nyadar, bahwa lo itu bukan siapa2. dia bukan rasta, tom2, melf atau amor. Ngapain lo sibuk sekali buat milihin!

"Bagusan warna broken white atau hijau army?" tanyanya menunjukkan Hoodie yang dia bawa
"Mana sih yang namanya MUSA? Boleh gue liat? Biar gue tau mana yang bagus"

Dia menunjukkan FOTOnya. "Hijau Army."
"bentar,non. Saya kekasir bayar dulu."  NON? NON? Kepala saya tiba-tiba terasa sakit sebelah.

Setelah dari situ, kita beli ICE CREAM sebentar. Lalu menuju mobil.

"Non, kamu pasti mikir saya mainin kamu ya?"
"NON? Bisa panggil yedy aja ngga?"
"Oh, kamu ngga suka saya panggil NONA?"
"itu panggilan khusus untuk PAPA."
"Kalo saya minta ijin sama Oom, boleh manggil NONA?"
"dan, stop. Itu ga lucu."
"Nona itu panggilang sayang untuk orang ambon"
"Saya tau. Ga perlu kamu jelasin."

Ah, saya benci situasi ini. Situasi dimana saya terjebak dengan orang yang tidak saya kenal. Dan saya berusaha menghormati dia. Yesus, boleh tolong di skip aja ngga bagian ini.

"saya ngga mau main-main. Saya mau serius dengan kamu. Saya ngga datang ke kamu untuk berteman, yed. Saya datang ke kamu, untuk meminta kamu, menjadi istri saya."
Dan tanpa sebab saya tersedak. Saya terbatuk-batuk sampai 3 menit setelah pernyataan paling berani yang pernah saya dengar. Saya pernah menghadapi "tembakan" yang memuakkan, menggelikan, mengharukan, membingungkan tapi baru kali ini... Saya menghadapi tembakan segila ini, kita bahkan baru bersama kurang dari 10 jam! Dia ngga minta saya jadi pacar, tapi jadi istri. Dan itu permintaan yang terlalu serius untuk diabaikan. Yed? Serius?

"saya serius. Saya menginginkan kamu. Saya tidak bisa menjanjikan bahwa saya akan selalu membahagiakan kamu. Tapi, dalam 20 tahun terakhir ini, nama kamu yang selalu saya sebut didalam doa saya tentang teman hidup. Saya mencintai kamu, jauh sebelum kita sadar, itu cinta."
Kali ini saya menoleh ke arahnya. Saya benar-benar menatapnya. Dan saya melihat itu. Saya melihat hal yang tidak pernah saya temukan pada orang lain. Mata yang tersenyum. Mata yang menatap penuh pada saya. Mata itu membahasakan bahasa terdalam dari yang memilikinya.

"Bagi kamu ini terlalu cepat. Tapi untuk saya yang menunggu selama itu, inilah waktunya. Waktu yang saya persiapkan untuk menemui kamu. Dan memintamu dari Oom Noke dan Tante Sin."
Meminta? Oh my god, aduh.... Aduh gila,,, aduh mampus. Ash sinting. Ini aduh. Ah. Aduh. Saya bahkan tidak bisa berpikir tentang appaun. Segala hal bermain dan berputar dikepala saya. Kemana lo selama ini? Kenapa baru hari ini lo muncul dan tiba-tiba lo bilang ini semua?

"Kalo kamu mau nolak, jangan hari ini ya. Saya lagi senang, ketemu kamu. Kalo mau nolak, besok aja ya. Seenggaknya kamu tau, saya datang, bukan untuk main2. saya datang untuk tinggal dengan kamu."

"Dan, lo ga lagi ngapalin dialog kan?" ucapku mencoba mencairkan suasana tolol ini. Walaupun jantung saya sudah mondarmandir kemana-mana. Bukan lagi berdetak tidak karuan, tapi MONDAR-MANDIR.

"Dialog ini, saya siapin dari 15 tahun yang lalu. Waktu kita ketemu di Wisma PGI Puncak. Oom Noke sedang membina disana, kamu dan tante sien, amor eset semua ikut."
"15 tahun lalu? Dan kamu ngga nyamperin saya? Kamu ngga...?"
"apa saya terlalu terlambat ya?"
"Bukan. Saya hanya ngga habis pikir aja. Lo bisa ingat itu sedetail itu."
"kamu pake jeans gunung, kaos tangan buntung helo kitty, rambutmu panjang dan tebal. Kamu selalu semanis itu, dari dulu. Dari kita kecil."
Saya menatapnya. Gilaaaak, dia hafal sedetail ini loh. Asssuuuuh.... Dan gue bahkan ngga tau siapa dan dimana dia. Dan gue bahkan ngga pernah ingat, apa kita pernah ketemu?

"Dan,..."
"Jangan tolak saya hari ini,yed. Besok aja ya?"
"saya bukan mau nolak..."
"jadi kamu terima?"
"Bukan. Saya... Saya butuh waktu untuk berpikir. Permintaan kamu adalah hal yang besar dan serius. Kepergiaan papa adalah hal yang harus saya lewati dengan tenang. Setelah itu, saya masih mau sekolah. Menikah adalah hal kesekian untuk saya. "
"Lakukan semua hal itu, dengan berada disamping saya."
"Pacaran?"
Dia tertawa sambil mengedipkan matanya.

23.00

Kami sampai didepan rumah. Eset keluar menyambut kami. Amor dan mama belum pulang. Saya mengantar dia ke mobil.

"Mulai hari ini atau besok ya?"
"apanya?" tanya saya kikuk
"Officially yours"
"ya?"
"hari jadian kita."
Saya menatapnya dan tidak tahu harus berkata apa. Saya bahkan tidak berani mengeluarkan apapun juga. Ini hal gilaaaa yang saya buat tanpa berpikir panjang. Menjawab ajakan "yours" tanpa pertimbangan.

"penting banget gitu?"
"biar kayak kids jaman now, bahwa kamu pacar saya."
"Dan, masanya kita udah bukan masa kids jaman know. Masanya kita itu ngga lagi mementingkan hal seremeh itukan?"
Dia tertawa dan mengangguk. "Kamu tau apa yang syukuri malam ini?"
Saya menggeleng. "mungkin saya belum memenangkan hatimu, tapi setidaknya saya mendapatkan jawabanmu. Setelah lama menunggu. Jadi, saya boleh manggil NONA?"
"Boleh."
"Besok saya jemput jam brapa untuk makan sapo tahu lagi?"
Saya tertawa. "Besok makan malam aja ya? Soalnya siangnya, saya harus temanin mama dulu. Jam 7 an aja,dan."

"Non, boleh saya minta satu hal?" saya mengangguk.
"Sesibuk apapun kamu, jangan abaikan saya. Saya mengerti pekerjaan nona, tapi saya hanya ingin dengar suara nona atau tau kabar nona hari ini."
Baguuuuusssskan,nyed. Dan lo? Lo adalah manusia yang paling males jawab WA, LINE dan sebagainya. Lo paling lama bales SMS. Dan kadang mengabaikan panggilan masuk.

"ada yang nona mau minta?"
"Satu hal yang paling saya takuti, berhenti dicintai. Saya tau, watak dan karakter saya susah dimengerti, tapi kalo kamu ingin tinggal dengan saya, kamu harus sabar menghadapi saya,dan. Saya tidak akan menjajikan hal yang hebat tentang kita. Saya bahkan baru pertama kali berada diposisi ini, ditembak pada pertemuan pertama. Sudah lama, saya tidak menjalani hubungan serius dengan cowo manapun. Dan, kamu ada. Dan... Saya tidak akan meminta banyak atau menuntut banyak, karna mungkin sama seperti yang lain, kamu akan menyerah pada saya akhirnya. Saya hanya ingin dicintai dengan sederhana, sesederhana kamu jujur tentang apapun yang kamu tidak suka dari saya."
Dia mengangguk.
"Dan, udah malam, pulanglah. Kalo udah sampe jangan lupa SMS ya."
"Nona tau, saya punya nomornya nona?"
Saya tertawa. "kalo kamu menyebut nama Tante Sin, artinya kamu tau jauh lebih banyak dari yang seharusnya,Dan."

Dia masuk ke mobilnya. Saya masih berdiri dan mengamatinya. Perlahan mobil itu bergerak dan segera menghilang setelah belokan. Saya masih berdiri diteras setelah 10 menit berlalu.

Jadi kalo sama yang ini papa setuju? gumam saya dalam hati


Oktober.
Selalu punya kejutan manis.
Semoga oktober-oktober berikutnya,
Akan selalu semanis ini.

Saya tidak akan berharap lebih pada kisah baru ini. Meng-klaimnya pun, rasanya terlalu dini. Saya akan menjalaninya dengan baik. Saya akan memperjuangkannya dengan benar.

Saya memang belum siap menjalani sebuah hubungan, namun bukan berarti saya tidak akan berjuang untuk melayakkannya. Dia sudah menunggu saya, selama ini. Bahkan dia menyimpan salah satu foto kecil saya, saat paskah di halaman gereja PNIEL PALEMBANG. Saat itu saya mengikuti lomba mencari ayat yang terselip, katanya. Dia ada disana.

Apa yang bisa membuat LO mengiyakan ajakannya. Menerima pernyataannya?
Matanya, matanya yang tersenyum. Dan entah kenapa, saya sangat menyukai cowo yang memilki mata yang tersenyum. Smily Eyes. Mata yang melengkung membentuk pelangi, saat dia tersenyum.
Mata yang menatap tajam ke arah saya. Mata itu, saya ingin memilikinya.
Seperti mata Noke, mata yang tersenyum. Mata yang membahasakan, apa yang dilengkungkan oleh bibir.

Tunggu, lo beneran jatuh cinta sama DANIEL?
Ada sesuatu yang terjadi, saat dia menatap saya dan mengutarakan perasaannya. Ada sesuatu yang "melting" ketika dia meminta ijin didepan guci papa. Sesuatu yang sulit saya jelaskan, namun pasti saya rasakan "hadir"nya. Ada sesuatu yang bergejolak, saat matanya tersenyum menatap saya dan menyebut saya NONA. Ada sesuatu tentang DIA, yang saya inginkan menetap selamanya disini. Jatuh cinta? Bolehlah.

Pa, kali ini boleh ya? Tekan saya sekali lagi, saat saya melewati guci papa.


Benyada Remals "dyzcabz"

30 menit kemudian, saya menemukan diri saya jingkrak2an dikamar sambil video call dengan RASTA, MBUL dan TOM-TOM. Nyed, lo udah ampir 30 tahun dan lo masih "gelagapan" saat cowo nyatain cintanya? Owh...ini keterlaluan, seharusnya lo bisa jauh lebih "mature".  "jadi dia seganteng apa,nyed?" teriak tom2

Tapi bukankah, jatuh cinta memang menggelisahkan?
Hahhahahahahahhahahahahahhahhahaaaa.....

jadi ini tentang LO 'kan,nyed? Bisa jadi iya, bisa jadi bukan hahahhahhahahaa....

Komentar

  1. Kisah kamu kali ini lucu banget. Sangat lucu sampai saya tertawa geli terus terusan tapi saat kamu menyinggung papa kamu saya selalu terharu. Selamat ya...dapat gebetan baru... Kalo Tuhan berkenan... Kamu ngga sendirian lagi...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...