Cerita bodoh bin tolol ini dipersembahkan oleh
situasi yang akward.
Benyada Remals "dyzcabz"
Situasi dimana saya sedang tidak ingin diajak jalan,
tapi terpaksa harus ikut jalan.
Hari dimana, salah seorang kenalan mama melakukan hal
paling goblok bin bodoh.
Yaitu, mengenalkan saya pada seseorang!
Ngejodohin kali ya bahasa kerennya.
Siang itu
saya baru bangun jam 13.30. lo kebo amat nyed,
sampe bangun sesiang itu! Apa saya akan
dimaafkan bila saya bilang saya baru melepas rindu dengan kasur jam 09.00 pagi,
setelah jaga?
Rumah sepi, mama pergi ke gereja, amor kuliah, eset
juga. Si mbak lagi didapur. Saya beranjak dengan malas keluar kamar, minum air
dan menyalakan TV. Ada acara yang menarik? Ngga, okeh National Geograpic
chanel is the answer. Tiba-tiba saya mendengar
ketukan dipintu depan, bukan pagar ya. Pintu depan. Bener-bener pintu teras.
Saya terdiam dan memanggil mbak. Ternyata, si mbak lagi dikamar mandi. Jadilah
saya berjalan gontai ke pintu dan membukanya.
Duar...
Seorang cowo berambut ikal, tinggi, berkulit sawo matang, menatap saya.
"cari
siapa?" tanya saya dengan nada tidak bersahabat
"dokter
yedy"
Deg! Mampus. Kok bisa? Dan dokter yedy itu gue! Teriak
saya dalam hati. Kesan pertama yang hancur total. Bisa dibayangkan saya dengan
muka bangun tidur yang terlalu mengenaskan. Baju kaos belelnya papa dan legging
kesayangan yang robek dibeberapa bagian. Daaan, oh itu dia... Rambut yang berantakkan.
"dokter
yedynya lagi keluar."ucap saya tenang dan
berusaha terlihat santai. Heiiii,brooooh... Saya bukan pembohong yang handal.
Dia tertawa.
Dan entah kenapa, ditelinga dan mata saya itu terdengar seperti
"ejekkan". Dia mengeluarkan Hpnya dan menunjukkan foto saya. Bangsat dan terkutuklah manusia yang mengirim foto
itu. Juga yang merancangkan hal tertolol yang saya benci ini.
"ini LO
'kan?" ucapnya sambil berusah menahan ketawa dan berusaha bermuka sangat
serius.
Saya tertawa, hampir seperti meringis sih ya.
"ada perlu apa?"
"Gue ga
boleh masuk dulu? Lumayan panas diluar."
"gue ga
kenal lo, dan gue ga bisa jamin lo orang baik."
Dia
mengangguk-angguk sebentar sambil memegang dagunya.
"gue disuruh sama tante **** untuk ketemu sama lo."
"buat?" tanyaku
"buat?" tanyaku
"LO
baru bangun ya?"
"hm"
"kita
beneran bakalan bicara kayak gini?"
"hm.
Gue ga kenal lo. Dan tingkat kejahatan didepok tinggi. Lo aja bisa nyelonong
masuk sampe teras. Seharusnya lo teriak dulu dari pagar. Maling sekarang makin
cerdas loh, bahkan lebih rapi dan parlente dari orang kantoran."
Dia tertawa lagi,
kali ini dengan mimik geli. Entah bagian mana yang lucu dari omongan saya.
"Oke.
Gue Daniel. Gue keponakannya tante ****, entah
gimana gue harus ngejelasin ke lo, bahwa gue akhirnya setuju ketemu lo hari
ini. Sorry gue ganti kata "setuju" dengan mau ketemu lo."
"gue ga
mau ketemu siapapun. Lagian gue jaga sore. Bentar lagi gue berangkat." dan yes, sekali lagi lo berbohong,nyed!
"Kata
Tante Sin, hari ini lo free kok."
Ketika mendengar dia menyebutkan nama TANTE SIN yang adalah mama saya! Saya seperti
asfiksia mendadak. Saya butuh bantuan nafas, boleh tolong NRM please. Jadi mama
tau? Jadi mama kenal? Jadi mama?
"Lo
ketemu sama mama?" Dia mengangguk dengan sangat tenang.
"Gue
boleh duduk didalam bentar ya. Diluar panas banget. Gue bukan orang jahat kok.
Mau liat KTP?"
Saya tertawa
mendengarnya. Tapi saya masih bergeming untuk mempersilahkan dia masuk. Mau bicara apa? Aduh, kampreeet. Mau ngomongin apa
coba. Pertama gue belom mandi. Kedua ini adalah me time gue. Dan,
aahhhh....elaaaah...kenapa jadi seribet ini sih!
Babbbbiiiiiiiiiiikkkkkkkkkk..... Selamat nyed, lo mulai panik!
"gue
lagi males ketemu sama siapapun plis. Besok aja ya. Gue ga jaga kok besok"
alasan yang baik dan kejujuran yang
"retorik" sekali.
Dia tertawa
lagi. Ini orang ngeliat saya kayak pelawak kali ya.
"Lo
kenapa ketawa terus sih? Ada yang lucu?"
"Ya
udah, gue tungguin diluar. Mandi dulu gih. Abis itu kita makan. Gue sengaja ga
makan dirumah supaya punya alasan ngajak lo
jalan."
Fuccccck! Dan ini ga lucu. Dan ini ga beneeeeerrrr. Paaaaa,
aduh... Aduh, dan saya tidak siap. Saya beneran ga siap. Bisa... Aduh. Lo
aseli panik nyed. Panik!
"serius
mau ngajak makan sekarang? Gue kalo siap-siap lama banget loh. Mandi 1 jam.
Dandan dan milih baju 2 jam. 3 jam loh. Bisa nunggu?" tantangku, dan saya benar-benar berharap manusia ini
illfeel dan melangkah pergi dan tolong jangan datang lagi.
Dia tertawa
lagi. Kali ini dia menatap saya dengan mimik serius. "santai aja, saya sudah dilatih kok sama tante
sin"
Dan saya
"ter-nga-nga" dan saya kehilangan alasan saya untuk mendebat dan cara
lain untuk mengusiar dia. Lo bisa bayangin,
mama sudah melatih dia? Sejak kapan mama begitu baik untuk melatih anjing yang
tidak dikenal, oh maaf... Orang yang tidak dikenal? Aduuuuuh, sial apa coba
hari ini.
"beneran
lo bisa nungguin selama itu?" gumamku lagi kali ini dengan suara yang
sedikit pelan
"Boleh
minta air es?"
"Kita
mau makan dimana? Gue ga mau makan ditempat mahal! Gue ga suka makan
ditempat-tempat formal."
"Jadi,
mau makan dimana?" tanyanya dengan nada
yang cukup manis untuk didengar. Come on nyed, ada gitu nada yang
"manis". Jangan tolol deh.
"pecel
lele depan lampu merah aja. Itu enak kok."
"Pecel
lele? Udah buka jam segini?"
"kan
kita berangkatnya jam 6-an. Pasti udah buka dong" tekanku tidak mau kalah dan berusaha supaya dia malas. Lalu akhirnya
pulang tanpa perlu saya usir. Ide yang cukup tolol nyed!
"gimana
kalo angkringan?" usulnya
Percaya ngga, obrolan tanpa makna ini terjadi dengan
latar 2 orang yang tidak saling kenal dengan baik. Yang satu didepan pintu
masuk, dan yang lain berdiri 2 meter diseberangnya. Bahkan yang punya rumah
inipun tidak bersedia mempersilahkan masuk atau minimal menyuruhnya duduk
dikursi teras.
"angkringan
itu bukanya malem."
"kalo
gitu nonton dulu?"
"LO bisa nahan laper sampe malem?"
Dia
menggeleng dan tersenyum. Boleh bilang kalo
senyumnya itu manis ga? Nyed, plis lo bahkan ngga tau dia siapa. Dan
beberapa menit lalu lo baru saja memutuskan untuk tidak ikut. Oh...okay.
"jadi?"
"Gimana
kalo lo mandi aja dulu dan kita omongin setelahnya. Jadi kita bisa langsung
jalan kan?"
Setelah
mempertimbangkan dengan sangat amat teliti. Saya mempersilahkan dia masuk. Dan ada malaikat baik dari mana tiba-tiba... "Kalo
lo laper, sambil nunggu buat roti aja. Atau mau dibuatin?"
Dia menatap
saya cukup lama, "Dibuatin aja ya."
"LO
biasa pake apa rotinya?"
"Meises
aja."
"Nutela
adanya. Atau mau dicampur pake skippi? Itu enak loh." tawarku
"LO
baik juga."
Saya
menyerahkan roti berisi skippi mix nutella. Segelas sirup leci dingin. Dia cukup
terkejut mendapatkan keramahan yang luar biasa ini. Menurut saya ini sangat ramah versi saya, memberi makan-minum pada
orang asing, itu patut dikategorikan ramah'kan?
"Nih.
Ga pernah ada orang yang kuat buat nunggu saya "siap untuk jalan".
Kalo lo nyerah dan ngerasa kelamaan, lo taukan pintu keluarnya dimana. Tolong
sekalian tutup pagarnya." ucap saya sambil berlalu ke kamar.
Dia masih
menonton TV saat saya selesai mandi. Saya mengeringkan rambut di FAN ruang TV
juga. Dan sepanjang proses ini, dia diam. Saya?
Ya samalah. Apa juga yang mau saya omongin. Saya bukan seorang
"teman" yang cukup ramah untuk memulai sebuah obrolan. Saya masuk
kekamar dan memulai ritual wajib saya. Dandan. Pake hand body. Milih baju.
Dengerin lagu sambil liat-liat IG. Mikirin banyak hal dulu, sebelum akhirnya
mutusin harus pake baju yang mana. Lalu berdiri didepan kaca, bukan ngeliat
diri sendiri, tapi lebih ke... Mikirin apa yang harus dibuat nanti, pasien yang
kemaren gimana. Kepanikkan saya membuat flight of idea yang lumayan
membingungkan! Dan yang terakhir, milih
parfum...
3 jam 20
menit.
"Mau
jalan sekarang?"
Dia menatap
saya dalam diam. Mungkin dia berharap lebih
kali ya. Hahahhahahahaa... Untuk manusia yang dandan selama itu, dan lo keluar
cuman pake sweater coklat dan jeans belel plus hi-heels. Any better
idea?
"Nyalain
lampu dulu, rumahnya gelap."
"bentar
gue panggil mbok dulu." Saya bergegas ke belakang dan pamit sama mbok. Dan bilangin sama mama, INI HAL TOLOL dan KAKAK
MARAH! Saya menitip pesan pada mbok yang tersenyum geli melihat saya ngedumel.
Sudah terlalu lama, beliau tidak melihat sama keluar dengan cowo. Atau dijemput
cowo.
Saya kembali
ke ruang TV dan menyalakan lampu-lampu. Lalu melewati Buffet Gucinya papa, saya
berdiri sebentar dan pamit "paa, saya
jalaan dulu, ini gara-gara mama loh,pa. Papa taukan saya ga suka hal bodoh
ini,pa!" Saya terkejut
melihat dia berdiri tepat dibelakang saya.
"Abunya
Om Noke?"
"OM? Lo
kenal sama papa?" tidak semua orang bebas
memanggil OOM. Hanya segelintir orang dekat yang tau nama kecil itu. Atau orang
yang sudah mengenal papa sejak lama. Lamaaaaa sekali.
"Hai,
Oom. Saya Daniel. Kita pernah ketemu diacara ultahnya Pdt X. Ijin ajak Yedy
jalan,Oom. Dipulanginnya utuh dan tidak terlambat,Oom."
Saya menatap
kearahnya dan tersenyum. Something unspoken
happening right now. Make me flatter.
"LO ga
berasa gila ngomong sama benda mati? Itu ABU." ledekku
Dia tertawa.
"seenggaknya gue ga gila sendirian." hahahahhahahahahahaa....
Depok itu
macet. Apalagi pas jam pulang kantor. Sangat
amat macet. Dan kita stag di margonda.
"Turut
berduka untuk Oom Noke."
"Bisa
ya ngga usah bicarain itu. By the way, thanx."
"gue
dateng waktu hari pertama, mungkin lo ga liat gue. Lo berdiri dipinggir dengan
2 teman cowok lo."
"Banyak
orang,dan. Gue emang ga merhatiin siapa yang datang. Bambang dan Riky."
Dan hening. Jeda seperti ini yang paling saya benci.
Tapi saya bingung mau memulai darimana. Huuuppppfffff....
"Sorry,
gue boong. Soal tante ****, gue mau dateng ke lo, karena gue mau. Lo ga inget
gue?"
"memangnya kita pernah ketemu? Selain di
hari penghiburan papa?"
"LO
lupa palembang? LO lupa permainan kotak pos kita? LO beneran lupa, anak cowo
yang lo pukul karena petikkin bunganya Oom Noke ditaman deket pastori? LO tetep
semenarik dulu."
"Dan?
Kita pernah ketemu waktu kecil?"
"itu
udah 20 tahun yang lalu ya? Masih inget Oma Pelupessy yang jual es mambo deket
gereja? Yang selalu kita beli sambil nungguin gerobak makanan itu? Aduh, gue
lupa namanya. Lo ga inget?"
"satu-satunya
yang tersisa dari palembang itu tentang sari, bu bernadet, mbak erna, dan kota
kelahiran eset."
"gapapa, ga semua orang harus ada untuk diinget."
"Jadi
masih tinggal di palembang?"
"Udah
ngga, sejak mama meninggal. Dan papa bawa kita pindah ke jakarta."
"kenapa
lo ga nyamperin gue waktu ngelayat papa?"
"Gue
harus ngumpulin nyali untuk berhadapan sama lo,yed."
Saya tertawa
mendengarnya. Nyali? Memangnya saya
semenakutkan itu? Gilaaaak kalah dong godzilla?
"lalu
sekrang nyali lo udah banyak dong? Udah 5 bulankan?"
"Kangen.
Mungkin itu jauh lebih tepat. Gue kangen sama lo."
Saya
terkejut mendengar jawabannya, bukan jawabannya sih, tapi caranya menjawab.
Nadanya. Dan saya lebih terkejut saat menoleh
kearahnya lalu menemukan dia sedang menatap saya.
"jadi
makan dimana kita?" ucap saya tiba-tiba
"Pecel
lele?"
"LO
bisa makan lele?"
Dia
menggeleng. "Lalu apa dong?"
"Sushi?"
"Ngga
saya ngga suka,dan." jawab saya cepat.
"Apalagi
yang kamu ga suka?"
"ya?"
ada banyaklah, tapi apa saya cukup sopan untuk
bilang semua hal yang saya ngga suka?
"Makanan
apa yang kamu ga suka?" dan entah kenapa,
dia mulai memakai KAMU. Aduuuuh, bisa ga sih ini di skip aja. Orang ini bilang
dia mengenal saya puluhan tahun lalu. Dia dari masa lalu saya yang bahkan ingat
saja tidak. Lo kenapa sih nyed? Saya
sedang tidak siap menghadapi kejutan apapun.
"makan
SAPO TAHU aja yuk. Gue lagi pengen makan itu."
"Dimana?"
"Dan,
gue ga tau sih kalo didepok. Soalnya gue juga jarang keluar rumah."
Dia
tersenyum dan mengangguk. "Oke, jadi kita cari aja ya, SAPO TAHU."
"LO
juga suka SAPO TAHU?"
"Gue
ikut aja. Nanti biar gue yang menyesuaikan."
"jangan
dong, lo mau makan apa. Kalo nanti disana ngga ada yang lo mau gimana?
"Bikinin
roti yang tadi aja, itu udah lebih dari cukup"
"Makanan
apa yang lo suka?"
"Pokoknya
jangan pedes."
Lalu dia
sibuk melihat Hpnya. Entah apa yang membuat dia begitu telaten melihat Hpnya.
Tiba-tiba
dia memutar mobilnya kembali ke arah jalan pulang.
"Kata
Mas Tino, di Rumah Makan Sari Kembar itu sapo tahunya enak, ayam kuah jahenya
juga enak."
"Jadi
dari tadi lo nanya sama temen lo?" tanyaku sambil menahan tawa siapa suruh lo ga tau tempat sapo tahu nyed. Itulah
lo adalah manusia yang maunya semua beres!
Dia
mengangguk. "Mas Tino itu tinggal didaerah Depok II, dia supir dirumah.
Kita pake Waze aja ya?"
Saya
mengangguk.
1 jam 20
menit, sampai di Restoran yang dimaksud.
"Sapo
Tahu seafoodnya 2, cumi goreng mentega 1, nasi putih 2, tumis toge ikan asin 1.
Ada lagi,yed?"
"Ngga
udah. Minumnya?"
"Saya
Jus Tomat, lo?"
"Es
jeruk nipis tapi gulanya dikit ya."
"Kalo
SAPO TAHU disini ngga sesuai selera lo, artinya kita harus makan ditempat lain
lagi, besok."
"Besok?"
"Kan lo
ga jaga besok."
"iya
sih. Cuman, harus banget gitu besok?"
"Saya
di jakarta sampe hari sabtu."
"Oh...
Lo kerja diluar kota?"
Dia
mengangguk dan menatap saya cukup lama. Bahkan ketika minuman kita datang, dia tidak beralih.
"Lo
kaget ya, gue dateng?"
"iyalah.
Coba kalo lo sms dulu kek. Atau minimal ada intro apa kek. Bukan tiba-tiba
nongol didepan pintu rumahkan?"
"untuk nemuin lo dan berdiri didepan lo, gue
persiapannya banyak. Gue bahkan harus mengalahkan rasa takut dan gugup
gue."
"Emang
gue se-menakutkan itu ya? Dan, lo lebai kali."
"LO
bukan menakutkan. Cuman, lo sangat jago menolak orang. Dan gue ga siap kalo lo
tolak."
"Masak
sih? Kok gue ga tau ya, gue se jahat itu?"
Makanan
datang dan tanpa perintah kami melahapnya dalam
hening. Tidak ada pembicaraan, kecuali saya yang memaksa otak saya
memutar memory lama di Palembang untuk menemukan DIA. Benarkah ada dia disana? Dulu? Nyatanya memory saya tentang wajah dan
nama orang sangat buruk.
"Gue
boleh minta tolong? Temenin cari hadiah buat MUSA. Boleh?"
Saya
mengangguk. "Biar kita bagi dua aja bill-nya,dan." usulku
Dia
menggeleng dan membawa bill itu ke kasir.
"SAPO
TAHUnya sesuai selera?"
"kalo
mau ngajak makan lagi, billnya harus bagi dua. Kalo ngga, ga usah."
"Bagi dua? Gue mampu kok bayarin makan kita, besok
bahkan sampe nanti."
Dan giliran
saya yang terhenyak mendengar jawabannya. Dia
orangnya sespontan itu ya?
"Bukan
gitu,Dan. Saya cuman ngga mau ngerepotin aja. Kita temen dan...
"ngerepotin? Yang ngajak lo keluar itu gue. Dan yang
ngerepotin itu gue. Jadi? Kenapa harus dibagi dua? Gue ga biasa dibayarin makan
sama cewe. Dan kalo lo mau bayarin gue, jadi istri gue dulu."
Apaaaaan siiiih! Aduh aduh, ah gilak ini sih. Ah! Dan
setelah jawaban itu, saya diam. Saya benar-benar diam. Tiba-tiba aja, saya
panic attack, entah gimana ceritanya tapi tiba-tiba aja saya ketakutan. Gimana caranya orang ini bisa menembak saya dengan
satu tembakan langsung. Bahkan tanpa basa-basi.
Kita mampir
disalah satu MALL di CIBINONG. Menemani dia membeli hadiah untuk MUSA. Yang
entah siapa itu, yang bahkan seperti apa orangnya-pun, saya tidak tau. Yesus, bukankah skenario ini terlalu absurd? Serius
saya harus menemui manusia ini lagi?
"Musa
itu adik bungsu kita. Sepupu kecil gue, tapi besar dan tinggal sama gue."
Saya
mengangguk. Kita memasuki salah satu distro yang menunjukkan Sweater dan
Hoddie. Mungkin pada dasarnya, saya terlalu sering menemani seluruh laki-laki
dalam hidup saya untuk belanja, mulai dari sahabat-sahabat saya, Rasta, rong2,
mbul, gorce, riky, teo, lalu sepupu2 saya, melf, nankus, eldon, lofri, adik2
saya, amor, eset dan pastinya papa. Jadi, saya memahami dengan sangat baik kata
"goodlooking" saat mereka memakai sweater dan hoodie. Saya sangat mengagumi cowo yang badannya keren saat
memakai SWEATER ABU-ABU atau HITAM, atau punggung belakangnya yang terlihat
kokoh saat mengenakan HOODI E TOSCA. Jadi saya melihat-lihat sweater dan
dia entah kemana. Ada satu Sweater menarik berwarna abu-abu tua yang kalo
dipake sama cowo yang badannya tinggi. Itu
pasti dan dijamin terlihat sangat "MANIS". Saya mengangkat
sweater itu dan... Dia berdiri disebelah saya. Tepat disebelah kanan saya.
"Buat
siapa?"
Saya
menatapnya. Dan kecepatan mulut saya, membuat saya merutuki itu 5 menit setelah
kata itu saya ucapkan. "ini bagus untuk
lo, cobain deh"
dia mengambil sweater itu dan mencobanya di kamar pas. Saya? Sibuk memaki diri sendiri diantara lusinan hoodie dan sweater. Apa2an sih nyed. Sok asik. Sok akrab! Lo bahkan ngga kenal dia. Ga tau dia yang mana. Sok banget milihin baju untuk dia! Dasar bego!
dia mengambil sweater itu dan mencobanya di kamar pas. Saya? Sibuk memaki diri sendiri diantara lusinan hoodie dan sweater. Apa2an sih nyed. Sok asik. Sok akrab! Lo bahkan ngga kenal dia. Ga tau dia yang mana. Sok banget milihin baju untuk dia! Dasar bego!
Ketika dia
keluar dari kamar ganti, dia berjalan ke arah saya. Dan dia memang "semanis" itu. Kali ini sulit untuk berbohong.
"Bagus,dan. Cocok untuk lo."
"Iya,mas.
Itu keluaran terbaru dari brand ini. Pas banget,mas. Manis dipake sama Mas.
Pinter nih istrinya. Milih warnanya pas."
Tolong bilang kalo saya salah dengar! Tolong..
ISTRInya.
"Tolong
bungkusin baju ini,mbak, Sweater PILIHAN ISTRI saya, langsung saya pakai."
Saya
menatapnya dan dia tersenyum senang. Ini mulai
ga lucu. Lagian ini gara-gara ke-tololan lo yang sok-sokan milihin sweater itu.
Bisa ga sih lo nyadar, bahwa lo itu bukan siapa2. dia bukan rasta, tom2, melf
atau amor. Ngapain lo sibuk sekali buat milihin!
"Bagusan
warna broken white atau hijau army?" tanyanya menunjukkan Hoodie yang dia
bawa
"Mana
sih yang namanya MUSA? Boleh gue liat? Biar gue tau mana yang bagus"
Dia
menunjukkan FOTOnya. "Hijau Army."
"bentar,non.
Saya kekasir bayar dulu." NON? NON? Kepala saya tiba-tiba terasa sakit sebelah.
Setelah dari
situ, kita beli ICE CREAM sebentar. Lalu menuju mobil.
"Non,
kamu pasti mikir saya mainin kamu ya?"
"NON?
Bisa panggil yedy aja ngga?"
"Oh,
kamu ngga suka saya panggil NONA?"
"itu
panggilan khusus untuk PAPA."
"Kalo
saya minta ijin sama Oom, boleh manggil NONA?"
"dan,
stop. Itu ga lucu."
"Nona
itu panggilang sayang untuk orang ambon"
"Saya
tau. Ga perlu kamu jelasin."
Ah, saya benci situasi ini. Situasi dimana saya
terjebak dengan orang yang tidak saya kenal. Dan saya berusaha menghormati dia.
Yesus, boleh tolong di skip aja ngga bagian ini.
"saya
ngga mau main-main. Saya mau serius dengan kamu. Saya ngga datang ke kamu untuk
berteman, yed. Saya datang ke kamu, untuk meminta kamu, menjadi istri
saya."
Dan tanpa sebab saya tersedak. Saya terbatuk-batuk
sampai 3 menit setelah pernyataan paling berani yang pernah saya dengar. Saya
pernah menghadapi "tembakan" yang memuakkan, menggelikan,
mengharukan, membingungkan tapi baru kali ini... Saya menghadapi tembakan
segila ini, kita bahkan baru bersama kurang dari 10 jam! Dia ngga minta saya
jadi pacar, tapi jadi istri. Dan itu permintaan yang terlalu serius untuk
diabaikan. Yed? Serius?
"saya
serius. Saya menginginkan kamu. Saya tidak bisa
menjanjikan bahwa saya akan selalu membahagiakan kamu. Tapi, dalam 20 tahun
terakhir ini, nama kamu yang selalu saya sebut didalam doa saya tentang teman
hidup. Saya mencintai kamu, jauh sebelum kita sadar, itu cinta."
Kali ini
saya menoleh ke arahnya. Saya benar-benar menatapnya. Dan saya melihat itu. Saya melihat hal yang tidak pernah saya temukan
pada orang lain. Mata yang tersenyum. Mata yang menatap penuh pada saya. Mata
itu membahasakan bahasa terdalam dari yang memilikinya.
"Bagi
kamu ini terlalu cepat. Tapi untuk saya yang menunggu selama itu, inilah waktunya. Waktu yang saya persiapkan untuk
menemui kamu. Dan memintamu dari Oom Noke dan Tante Sin."
Meminta? Oh my god, aduh.... Aduh gila,,, aduh
mampus. Ash sinting. Ini aduh. Ah. Aduh. Saya bahkan tidak bisa berpikir
tentang appaun. Segala hal bermain dan berputar dikepala saya. Kemana lo selama
ini? Kenapa baru hari ini lo muncul dan tiba-tiba lo bilang ini semua?
"Kalo
kamu mau nolak, jangan hari ini ya. Saya lagi senang, ketemu kamu. Kalo mau
nolak, besok aja ya. Seenggaknya kamu tau, saya datang, bukan untuk main2. saya
datang untuk tinggal dengan kamu."
"Dan,
lo ga lagi ngapalin dialog kan?" ucapku mencoba mencairkan suasana tolol
ini. Walaupun jantung saya sudah mondarmandir
kemana-mana. Bukan lagi berdetak tidak karuan, tapi MONDAR-MANDIR.
"Dialog
ini, saya siapin dari 15 tahun yang lalu. Waktu kita ketemu di Wisma PGI
Puncak. Oom Noke sedang membina disana, kamu dan tante sien, amor eset semua
ikut."
"15
tahun lalu? Dan kamu ngga nyamperin saya? Kamu ngga...?"
"apa
saya terlalu terlambat ya?"
"Bukan.
Saya hanya ngga habis pikir aja. Lo bisa ingat itu sedetail itu."
"kamu pake jeans gunung, kaos tangan buntung helo
kitty, rambutmu panjang dan tebal. Kamu selalu semanis itu, dari dulu. Dari
kita kecil."
Saya
menatapnya. Gilaaaak, dia hafal sedetail ini
loh. Asssuuuuh.... Dan gue bahkan ngga tau siapa dan dimana dia. Dan gue bahkan
ngga pernah ingat, apa kita pernah ketemu?
"Dan,..."
"Jangan
tolak saya hari ini,yed. Besok aja ya?"
"saya
bukan mau nolak..."
"jadi
kamu terima?"
"Bukan.
Saya... Saya butuh waktu untuk berpikir. Permintaan kamu adalah hal yang besar
dan serius. Kepergiaan papa adalah hal yang
harus saya lewati dengan tenang. Setelah itu, saya masih mau sekolah. Menikah
adalah hal kesekian untuk saya. "
"Lakukan semua hal itu, dengan berada
disamping saya."
"Pacaran?"
Dia tertawa
sambil mengedipkan matanya.
23.00
Kami sampai
didepan rumah. Eset keluar menyambut kami. Amor dan mama belum pulang. Saya
mengantar dia ke mobil.
"Mulai
hari ini atau besok ya?"
"apanya?"
tanya saya kikuk
"Officially
yours"
"ya?"
"hari
jadian kita."
Saya
menatapnya dan tidak tahu harus berkata apa. Saya bahkan tidak berani
mengeluarkan apapun juga. Ini hal gilaaaa yang
saya buat tanpa berpikir panjang. Menjawab ajakan "yours" tanpa
pertimbangan.
"penting banget gitu?"
"biar kayak kids jaman now, bahwa kamu
pacar saya."
"Dan,
masanya kita udah bukan masa kids jaman know. Masanya kita itu ngga lagi
mementingkan hal seremeh itukan?"
Dia tertawa
dan mengangguk. "Kamu tau apa yang syukuri malam ini?"
Saya
menggeleng. "mungkin saya belum
memenangkan hatimu, tapi setidaknya saya mendapatkan jawabanmu. Setelah lama
menunggu. Jadi, saya boleh manggil NONA?"
"Boleh."
"Besok
saya jemput jam brapa untuk makan sapo tahu lagi?"
Saya
tertawa. "Besok makan malam aja ya? Soalnya siangnya, saya harus temanin
mama dulu. Jam 7 an aja,dan."
"Non, boleh saya minta satu hal?" saya
mengangguk.
"Sesibuk apapun kamu, jangan abaikan saya. Saya
mengerti pekerjaan nona, tapi saya hanya ingin dengar suara nona atau tau kabar
nona hari ini."
Baguuuuusssskan,nyed. Dan lo? Lo adalah manusia yang
paling males jawab WA, LINE dan sebagainya. Lo paling lama bales SMS. Dan
kadang mengabaikan panggilan masuk.
"ada
yang nona mau minta?"
"Satu
hal yang paling saya takuti, berhenti dicintai.
Saya tau, watak dan karakter saya susah dimengerti, tapi kalo kamu ingin
tinggal dengan saya, kamu harus sabar
menghadapi saya,dan. Saya tidak akan menjajikan hal yang hebat tentang
kita. Saya bahkan baru pertama kali berada diposisi ini, ditembak pada
pertemuan pertama. Sudah lama, saya tidak menjalani hubungan serius dengan cowo
manapun. Dan, kamu ada. Dan... Saya tidak akan
meminta banyak atau menuntut banyak, karna mungkin sama seperti yang lain, kamu
akan menyerah pada saya akhirnya. Saya hanya ingin dicintai dengan sederhana,
sesederhana kamu jujur tentang apapun yang kamu tidak suka dari saya."
Dia
mengangguk.
"Dan,
udah malam, pulanglah. Kalo udah sampe jangan lupa SMS ya."
"Nona
tau, saya punya nomornya nona?"
Saya
tertawa. "kalo kamu menyebut nama Tante
Sin, artinya kamu tau jauh lebih banyak dari yang seharusnya,Dan."
Dia masuk ke
mobilnya. Saya masih berdiri dan mengamatinya. Perlahan mobil itu bergerak dan
segera menghilang setelah belokan. Saya masih berdiri diteras setelah 10 menit
berlalu.
Jadi kalo sama yang ini papa setuju? gumam saya dalam
hati
Oktober.
Selalu punya kejutan manis.
Semoga oktober-oktober berikutnya,
Akan selalu semanis ini.
Saya tidak
akan berharap lebih pada kisah baru ini. Meng-klaimnya pun, rasanya terlalu
dini. Saya akan menjalaninya dengan baik. Saya akan memperjuangkannya dengan
benar.
Saya memang belum siap menjalani sebuah hubungan,
namun bukan berarti saya tidak akan berjuang untuk melayakkannya. Dia sudah
menunggu saya, selama ini. Bahkan dia menyimpan salah satu foto kecil saya,
saat paskah di halaman gereja PNIEL PALEMBANG. Saat itu saya mengikuti lomba
mencari ayat yang terselip, katanya. Dia ada disana.
Apa yang
bisa membuat LO mengiyakan ajakannya. Menerima pernyataannya?
Matanya, matanya yang tersenyum. Dan entah kenapa,
saya sangat menyukai cowo yang memilki mata yang tersenyum. Smily Eyes. Mata
yang melengkung membentuk pelangi, saat dia tersenyum.
Mata yang menatap tajam ke arah saya. Mata itu, saya
ingin memilikinya.
Seperti mata Noke, mata yang tersenyum. Mata yang
membahasakan, apa yang dilengkungkan oleh bibir.
Tunggu, lo beneran jatuh cinta sama DANIEL?
Ada sesuatu
yang terjadi, saat dia menatap saya dan mengutarakan perasaannya. Ada sesuatu
yang "melting" ketika dia meminta ijin didepan guci papa. Sesuatu yang sulit saya jelaskan, namun pasti saya
rasakan "hadir"nya. Ada sesuatu yang bergejolak, saat matanya
tersenyum menatap saya dan menyebut saya NONA. Ada sesuatu tentang DIA, yang
saya inginkan menetap selamanya disini. Jatuh cinta? Bolehlah.
Pa, kali ini boleh ya? Tekan saya sekali lagi,
saat saya melewati guci papa.
Benyada Remals "dyzcabz"
30 menit
kemudian, saya menemukan diri saya jingkrak2an dikamar sambil video call dengan
RASTA, MBUL dan TOM-TOM. Nyed, lo udah ampir 30
tahun dan lo masih "gelagapan" saat cowo nyatain cintanya? Owh...ini
keterlaluan, seharusnya lo bisa jauh lebih "mature". "jadi dia seganteng apa,nyed?"
teriak tom2
Tapi bukankah, jatuh cinta memang menggelisahkan?
Hahhahahahahahhahahahahahhahhahaaaa.....
jadi ini tentang LO 'kan,nyed? Bisa jadi iya, bisa jadi bukan hahahhahhahahaa....
jadi ini tentang LO 'kan,nyed? Bisa jadi iya, bisa jadi bukan hahahhahhahahaa....
Kisah kamu kali ini lucu banget. Sangat lucu sampai saya tertawa geli terus terusan tapi saat kamu menyinggung papa kamu saya selalu terharu. Selamat ya...dapat gebetan baru... Kalo Tuhan berkenan... Kamu ngga sendirian lagi...
BalasHapus