Langsung ke konten utama

Bahasa yang tidak dibahasakan. (*Diam)

Diam adalah bahasa.
Bahasa yang tidak dibahasakan. Bahasa yang tidak terkatakan.

Diam, salah satu caramu berbicara pada sekitar, kamu tidak ingin bersuara dan diganggu.

Diam, salah satu cerita yang tidak dilantunkan dengan lantang. Bahasanya adalah sepi.

Diam adalah nyanyian hati terdalam, bumi tidak perlu tau, apa yang harus dibisikkan pada langit.

Diam adalah amarah yang tersembunyi diantara gelegar tawa sumbang si empunya pesta.

Diam adalah cara tertawar untuk menata hidup dan gerakan selanjutnya. Tawar? Karna akan manis bila segala hal bisa dibicarakan dengan benar, bukan dibungkam atas nama bela rasa.

Tidak semua cerita perlu dibahasakan. Tidak juga harus diceritakan. Luka yang terbuka kembali-pun tidak pantas untuk diteriakkan kembali rasa sakitnya. Kenangan yang lalu pun tidak seharusnya digaungkan terus.

Ada waktunya, kamu diam. Menunggu. Melihat. Hingga memutuskan, kapan harus mengakhirinya? Sampai berapa lama lagi harus menunggu? Seberapa jauh lagi bertahan?

Kadang cerita yang terlihat orang, tidak semanis apa yang kamu jalani. Semua hanya mengira dan menilai. Kamu? Kamu tersesat dalam cerita ini. Kamu terlalu patuh untuk menggugatnya, hingga akhirnya kamu mendiamkannya.

Suaramu tertahan oleh tembok-tembok besi bernama belas kasihan. Tangismu terbentur atap kokoh yang kamu bentuk, kesabaran. Caci makimu, tertutup pada dasar bangunan lapuk itu, cinta.

Bila aku boleh menjadi sebodoh kamu, siapa yang ingin kamu bahagiakan disana?
Siapa yang ingin kamu pertahankan didalam kekosongan itu?
Cinta? Dia? Harga dirimu? Kisah masa lalu?

Bila aku boleh menjadi senaif kamu,
Untuk siapa kamu menguatkan dirimu, diantara kehancuran rumah impian mu?

Bila aku boleh memberi nasihat,
Diammu tidak memberikan jalan keluar apapun. Teriakan, umpatan, makian, tangisan pun tidak mengubah apapun.

Yang harus kamu lakukan, bangun dan keluar!

Diam hanya masalah waktu. Kediamanmu hanya mengulur waktu dan menambah sakit itu. Bisakah sekali saja, kamu menjadi pemberontak? Menjadi kamu yang saya kenal dulu? Bisakah kamu mengembalikan kamu yang dulu saya kagumi?

Jangan matikan dirimu yang dulu untuk tenggelam menjadi patung bodoh yang ditiupkan nafas. Kamu lebih dari itu.

Beer kita sudah habis, potato wedges pun sudah kosong. Rokokmu masih tersulut. Kita duduk terdiam ditengah sepinya cafe itu. Cafe yang belasan tahun lalu, kamu ceritakan berita bahagia itu. Hingga akhirnya kamu ceritakan bagian lain dari cerita bahagia itu.

Kita masih sama. Sama seperti dulu, 2 perempuan "gila" yang memiliki mimpi tentang menaklukkan dunia. Dengan cara yang berbeda.

Bahagia selalu punya versi sendiri-sendiri.
Entah versi mana yang kamu pilih. Ending mana yang kamu inginkan. Aku tidak tau, bahkan tidak berani memikirkannya.

Lanjutkan hidupmu, hentikan diammu.

Hidup tidak pernah sejahat ini, walaupun tidak juga sebaik itu. waktu tidak akan mengampunimu, yang coba memelankannya. Tidak ada yang salah dengan cinta. Hanya saja, kamu harus memahami dalam beberapa versi, cinta harusnya membahagiakan bukan meluluh-lantahkan.

Cinta sanggup memaafkan, kita tau itu. Tapi, mungkinkah Cinta yang dia beri, membalut luka yang dia hadirkan?

Bahkan dalam keadaan sebodoh inipun, kamu selalu ada dipihaknya.

Aku pernah melihat cinta seperti ini. Kamu tau bagaimana akhirnya? Salah satu dari mereka harus kehilangan. Pergi ketempat dimana segala hal jauh lebih baik. Cinta mereka abadi, hanya saja, dalam sebuah komitmen seumur hidup kamu membutuhkan lebih dari sekadar cinta.

Pernah dengar kalimat ini "untuk mencintai, cinta saja tidak pernah cukup"

Salah satu hari di awal oktober,
Bersama sahabat dekat saya.

Mengapa sulit sekali mencintai dengan benar, bila kamu sudah dicintai dengan sangat sempurna?

Ah, saya lupa... Bila ada cinta yang sempurna, orang ke 3 seharusnya Tuhan, bukan orang lain yang sengaja kamu hadirkan atas nama kesempurnaan cinta.

Bersyukurlah atas segala hal yang kamu miliki hari ini. Sebelum semesta mengalamatkan balasan yang setimpal atas namamu. Tidak hari ini, bukan juga saat ini, nanti... Ada waktunya, saat kamu lupa. Saat kamu merasa hidupmu sedang baik-baik saja.

Benyada Remals "dyzcabz"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...