Tolong dengar, aku mau bercerita.
Cerita tentang sebuah generasi bobrok. Yang memuja drugs dan menuhankan free sex. Cerita bodoh yang terangkai hanya demi "eksistensi" sebuah golongan. Cerita tolol dari negeri antah berantah untuk memuaskan nafsu liar ala anak ABG. Masih virgins suck!
Cerita ini ditemukan pada sebagian besar kaum remaja menjelang dewasa. Mungkin kalian akan bertanya dimana salahnya. Apa urusanmu kalo kami ngdrugs? Bukankah tugasmu adalah meminjam kembali nyawa kami dari malaikat maut, saat OD menjumpai kami terlalu pagi? Bukankah tugasmu menyelamatkan kami dari perdarahan akut pasca aborsi yang ilegal? Bukankah keberadaan kami memenuhkan pundi2 tabunganmu,doc? Jadi? Apa pantasnya kamu mengeluh? Apa hebatnya kamu menasehati!
Cerita ini kian terasa pengap. Ketika anak remaja hari ini lebih gemar membuat anak ketimbang bermain boneka. Mereka jauh menggemari boneka hidup. Namun prematurnya peran ibu dan ayah baru, justru menciptakan sebuah malapetaka baru.
Memberi sebuah tabggung jawab besar untuk orang yang tidak kompeten adalah kesalahan fatal.
Mau dengar lagi kuceritakan sebuah kisah pilu?
Tentang dua anak manusia, yang seharusnya berakal budi namun sayangnya mereka menyimpannya hanya untuk mendebati hal2 tidak penting. Hal2 bodoh. Hal2 yang seharusnya mampu mereka tangkal. Namun mereka tidak cukup kuat untuk berdiri ddengan nalarnya sendiri.
Mereka saling mencintai, entah cinta bagaimana yang mereka maknai, hingga menghembuskan nafas lain dalam tubuh seorang gadis belia. Entah cinta atau nafsu. Entah dibuat dengan tujuan atau ketidaksengajaan. Entah cinta model apa yang bisa ditawarkan oleh dua orang yang sakau. Semesta sedang berbaik hati hingga kepulangan mereka kesana, tertunda.
Nafas kecil yang bertumbuh pada rahim sang gadis, kian berkembang menjadi sebuah bayi. Malaikat kecil yang dititipkan pada calon orang tua yang prematur. Menurutmu apa yang bisa dimengerti oleh gadis belia tentang menjadi seorang ibu? Dia memiliki naluri! Dia tetap seorang ibu. Apa hakmu menghakiminya? IBU? bila dia seorang IBU, lalu dimana perasaannya ketika merokok saat mengandung? Bila kamu membelanya karena dia seorang IBU, dimana hati paitnya ketika dia tetap memilih sakau saat dia tau, dia bernafas untuk dua jiwa?
Cerita bodoh ini tidak berhenti sampai disini. Dua orang yang dimabuk cinta itu, memutuskan untuk legalkan apa yang sudah dibuka segelnya. Cerita lamakan? Cerita yang sama tapi pemerannya bertukar. Mereka sah dimata agama dan negara. Lalu, mereka menerima hadiah terindah itu. Menjadi ayah dan ibu. Mereka akan berubah menjadi lebih baik. Mereka akan sadar dan mulai membenahi hidup.
Nyatanya? 6 bulan kemudian si suami meninggal karena HIV-AIDS. Si istri begitu gila dan marah. Mulai menyalahkan semesta dan lingkungan. Menelantarkan si anak. Lalu kalian tetap membela dia? Mengatakan dia memiliki naluri IBU? Dengarkan cerita inj baik2, si istri bahkan tidak bergerak untuk berobat dan bertobat. Dia malah tenggelam dalam dunianya. Menyerahkan tanggung jawab itu pada kakek-nenek. Menjadi liar bahkan binal lebih dari sebelumnya. Drugs. Freesex. Menjadi penjaja dunia malam. Hingga akhirnya 1,5 tahun berlalu dan semesta memintanya pulang. Ditemukan DO dikamar kosan.
Nasib si anak? Si anak positif HIV AIDS. Disedang terbaring lemah menghadapi meningo-enchepalitis. Jangan tanya bagaimana bisa. Jangan tanya bagaimana mungkin. Apa yang bisa diharapkan oleh seorang anak yang lahir, dari mereka yang mempermainkan alat kelaminnya dengan cara yang tidak bertanggung jawab? Apa yang bisa ditawarkan pada seorang anak, yang orang tuanya membuat dia dari unsur ketidak sengajaan? Apa yang dimiliki seorang anak, yang dihadirkan karna keterpaksaan sebuah situasi?
Bahkan dari dalam kandungannya, dari tempat pertamanya dia ditiupkan nafas, dia tidak dihargai oleh ibunya sendiri. Ayahnya tidak mengindahkan anugrah semesta. Boleh saya bertanya, apa salah anak ini?
Dia sedang berjuang melawan sakitnya. Dia sedang menghadap pada semesta meminta belas kasihnya.
Entah apa isi doa anak ini untuk semesta.
Ambil aku pulang. Buat aku bertahan. Aku ingin kembali pada ibu.
Saya tidak pernah semarah ini pada keluarga pasien. Mereka hanyalah orang yang saya temui karna panggilan hidup saya. Namun hari ini, saya berdiri didepan kaca pembatas ini. Saya memohon pada semesta, bila engkau berkenan mengambilnya pulang, lakukanlah. Bila engkau, memiliki tujuan dengan hidupnya, sembuhkanlah. Selama dia hidup, dia tidak merasakan dengan benar kasih sayang dalam sebuah keluarga yang layak. Engkau menghadirkannya, ditengah pasangan labil, yang bahkan labil menentukan arah hidupnya.
Jadi bila saya punya hak untuk meminta. Tuhan yang baik, pertimbangkanlah keberadaan anak ini. Selamatkanlah dia melewati masa kritis ini. Bilapun engkau ingin mengambilnya, lakukanlah. Saya pikir, dia jauh lebih bahagia bermain ditaman surgamu.
Bila sebagai manusia, kamu tidak menghargai hidup dan kehidupanmu. Jangan permainkan kelaminmu dengan sembarangan. Ini bukan peringatan. Ini ancaman.
Sebab bila semesta menghendaki, nafas hidup lain akan dititipkan padamu. Jangan lukai hadirnya dengan caramu yang tidak menghargai hidupmu sendiri. Dia tidak minta dihadirkan, namun semesta memilihmu untuknya. Jangan ciptakan lagi generasi bobrok yang mengulang sejarah bodoh ini.
Jangan lagi, kamu lukai jiwa kecilnya. Jangan kamu hadirkan dia, melalui nafsu sesaat. Lalu kamu perlakukan dia dengan tidak layak. Bahkan binatang saja tau caranya menjaga darah dagingnya.
Bersyukurlah pada semesta, ketika kamu diberi anugrah menjadi IBU. Dan dipanggil ayah oleh darah dagingmu sendiri. Karna ada sebagian orang, yang mengupayakan begitu banyak cara untuk mendapatkannya namun hasilnya nihil.
Bila tidak bisa menjadi orang tua yang bertanggung jawab, jaga lakumu, jaga "barang" dibalik celana dalammu, jaga nafsumu. Karna salahmu, kamu bisa membunuh 1 generasi baru yang bisa hidup. Karna kebodohanmu, kamu bisa menghancurkan penerus bangsa ini.
Ini sebuah cerita yang diambil didepan sebuah PICU. Diceritakan oleh kakek dan nenek si anak. Cerita riwayat hiduo si adek, kenapa bisa sakit begini. Kenapa tanpa orang tua. Dan menjawab pertanyaan2 kenapa lainnya.
Semoga cerita ini tidak mampir pada jalan hidup kita. Drugs dan free sex bukan sebuah musibah oleh Tuhan. Namun, kita yang mencptakan budaya laknat itu. Setelah kita terjerumus, lalu bilang "ini musibah ", "ini cobaan".
Situ waras?
Benyada remals "dyzcabz"
Tuhan semesta alam menjagamu, melindungimu dan menaungimu.
Semoga masa kritismu berakhir,nak.
Dan aku akan menceritakan padamu sebuah cerita tentang begitu banyak doa yang terlantun agar kau melewati pintu kaca ini dengan senyum kemenangan.
Komentar
Posting Komentar