Saya tidak pintar untuk "berbasa-basi"
dengan begitu baik.
Bahkan ketika saya mencoba ramah, justru terkesan
mengejek pada beberapa orang. Poor of me?
PMS bukan
sebuah masalah besar untuk saya. Saya tidak
sensitif dan saya bisa mengontrol "emosi". Setidaknya dilingkungan
dimana saya sedang berada.
Tapi tidak hari itu.
Kita
berempat memutuskan untuk makan di pecenongan. Jauh
banget?
Kita lagi
kangen makan seafood. Dan saya pikir, pecenongan adaalah pilihan terbaik. Salah satunya.
Karna tempat
yang biasa kita makan penuh, kita mencoba tempat yang katanya mama sih enak. Membawa nama papa dan indera perasa papa sebagai
penentu bahwa rumah makan itu enak, adalah jaminan buat kita bertiga percaya. Apa
yang papa bilang enak, artinya enak! Lidahnya
NOKE tidak pernah salah.
Akhirnya
kita masuk dan duduk. Dimeja terdepan didekat kasir. Seperti biasa kita akan
memesan apa yang menjadi favorite masing-masing. Saya? Sapo tahu seafood. Standart ya? Ahhahahhahaa...
Pesanan
ditulis, dan pelayan itu pergi.
10 menit
kemudian dia datang kembali. Dia menjelaskan bahwa sapo tahu saya, tidak ada.
Mau pesan yang lain.
Saya
mengganti dengan TOM YAM SEAFOOD. Dia pergi lagi.
10 menit
kemudian, dia datang kembali dan menjelaskan bahwa tomyam kosong.
Saya menatapnya. Hanya menatapnya. "mau
diganti apa?" tanyanya
Saya tidak
menjawab, saya hanya menatapnya. Tanpa diminta, dia
langsung menjelaskan semua makanan yang masih ada. Dan mengulangi lagi,
"jadi, mau diganti apa'kak?" dengan nada lebih rendah dan
pelan
Saya? Saya
menatapnya. Tanpa bicara. Eset menyepak kaki saya. "diganti apa, kak?"
Pelayan itu
masih berdiri dan menunggu. Diruangan berventilasi baik itu, dia berkeringat.
Saya menoleh pada meja seberang saya.
"itu
TOM YAM. Dan BARU DISEDIAIN."
Dia terkejut menatap saya.
"LO TAU TOMYAM kan? PERNAH MAKAN TOMYAM?"
Dengan satu
gerakan cepat, saya pergi ke meja seberang dan "permisi" untuk
memastikan indera penghidu saya masih baik,
saya bisa mencium wangi tom yam dengan sangat baik. 3 makanan berkuah yang saya
sukai dan gilai, BAKSO KUAH, TOMYAM dan SAPO TAHU. Ibu dan bapak itu
mengangguk bahwa iya mereka memesan tomyam.
Saya
berjalan ke arah dapur dan salah satu chefnya keluar. Tom yam-nya tinggal 3 lagi, kalo mau pesan. Saya bilang, bahwa
saya pesan satu. Lalu, saya berjalan kembali ke meja makan tadi. Pelayan tolol
bin goblok itu masih berdiri disana layaknya patung.
"Tau
ngga kurang lo dimana?" tanya saya sambil menatapnya
Dia tertegun
diam sambil memeluk buku menu. Amor mencubit
lengan saya.
"LO
kerja. OTAK LO DITINGGAL DIRUMAH! KALO LO GA PUNYA OTAK, gue maklum. TAPI
TOLONG, JANGAN JADI PEMALAS. Masih untung manusia malas kayak lo dikasih kerja.
Sebaiknya pake otak lo, supaya lo jadi manusia yang utuh."
Dia
mengangguk dan matanya berair. Saya?
Masih menatapnya sama seperti tadi. Dan setelah
itu, dia tidak terlihat sama sekali.
Amor "kak, stop deh. Ko apaan sih. Dia ngga tau,kak."
"dia pelayanan disini, bukan di indomaret.
Gimana caranya dia ngga tau, menu2 disini. "
Eset tertawa
dan merangkul saya. "udaaah, ini minum dulu. Hawamu udah beda, kak. Papa
banget."
Mama
tertawa. "ko ngga liat dia kayak mau STROKE?"
Saya hanya
diam. I have a BAD TEMPER! VERY BAD TEMPER. Saya
bisa mentolelrir kebodohan, tapi tidak dengan kemalasan. Tidak dan tidak akan
pernah. Saya menerima kesalahan, tapi tidak
dengan pelayanan yang buruk.
Saya tidak
akan meminta maaf, karena saya tidak salah. Dia
sebagai pelayanan salah. Dia seharusnya bertindak dan berlaku sesuai dengan
tugasnya. Mencatat makanan yang habis. Dan memastikan bahwa apa yang dia bilang
tidak ada, benar-benar tidak ada. Bukan hanya
asal balik dan bilang "yang ini habis". Saya menghargai
pekerjaanmu apapun itu, tapi saya tidak bisa
menerima bila kamu tidak mengerjakannya pada porsi yang benar. Bahkan ketika kamu, seorang pembuka pintu lobby, saya
akan tetap menghargai keberadaanmu. Selama kamu mengerjakannya dengan benar!
"udahlah,
ga usah gitu kak. Mukamu ngeri loh. Auramu beda. Auramu bisa buat dia
keringatan diruangan yang sama sekali tidak panas ini." ledek eset
"Aduh,
anaknya NOKE. Bener-bener ikut NOKE ya?" ucap mama
PMS ini harus disalahkan, pikir saya. Sepertinya
gara-gara PMS ini saya menjadi super sensitif! Ah....enggak! Dasarnya lo
emang sejahat itu. Lo emang sefrontal itu untuk semua hal yang ga bener dimata
lo. LO MEMANG SEKERAS ITU. Dan LO ADALAH NOKE
dalam versi yang hampir tidak berbeda dalam hal ini. MENGKOREKSI TEPAT PADA
SASARAN. Selamat,nyed...
Ketika
makanan itu datang, tau ngga apa yang tiba
didepan saya? SAPO TAHU SEAFOOD yang si tolol itu bilang ngga ada. Saya
menatap CHEF yang membawa itu dengan heran.
"ini
sapo tahu, karena tadi pesanan pertama Mbaknya begitu. Kami buatkan, sebagai
maaf untuk ketidaknyamanan tadi."
"ADA
SERVIS SEPERTI INI DISINI? SERVIS PERMINTAAN MAAF?" tanya saya sambil
menatapnya
"JADI
SETIAP KETOLOLAN YANG DILAKUKAN OLEH PELAYAN DISINI, AKAN DIGANTIKAN DENGAN
MAKANAN YANG TADINYA DIBILANG TIDAK ADA?"
CHEF itu terkejut dengan tanggapan saya, dia sangat
mencoba untuk ramah dan tenang. Dia menggangguk.
"MAAF,
tadi pelayannya baru 1 minggu. Dia tidak tahu tentang sapo tahu dan tom
yam." jelasnya pelan
"LALU
NGGA ADA YANG BERTUGAS MENGAJARI? LALU KALO BEGITU SETIAP PELANGGAN YANG DATANG
HARUS MEMAKLUMI, SEORANG PELAYAN YANG BARU 1 MINGGU? MANAGERNYA HARUS DIDIDIK, GA GITU CARANYA MEREKRUT ORANG! SEKALIPUN INI
HANYA RESTORAN! KAMU HARUS KERJA DENGAN PROFESIONAL." ucap saya
dengan nada yang meninggi dan mimik muka yang kalo dipotong dengan parangpun,
ga akan berdarah.
"saya
minta maaf,mbak. Lain kali ngga begini. Dia sudah saya suruh bantu
didapur."
Kemudian dia
berlalu.
"kak, ko tau ngga, ko buat suasana makan disini
jadi "SERAM" bahkan ibu diarah jam 8 mu, dia sampe balik dan tengok
kau loh."
"saya
mendidik orang untuk profesional! Dia bukan bodoh, tapi malasnya itu jadiin dia
goblok! Ko kira sa ndak liat dia? Dia ndak tanya kedapur, dia hanya bawa itu
kemeja kasir. Mana ada orang dikasir tau, apa yang habis didapur! Pelayanan
yang bener itu, saat pelayannya langsung mengantar menu pesanan ke chef, dan
dia akan kasih tau pelanggan, mana yang ga ada. Itu baru namanya KERJA YANG
PROFESIONAL!"
"udaaahlah
makan dulu, nanti laper"
"sa
udah ga laper, sa bungkus aja."
Ini adat paling brengsek dari saya! Ketika saya
jengkel, sebel, marah akan, sesuatu, MOOD saya akan SWING. Untungnya ketika
jaga UGD hal ini tidak berlaku. Dan MOOD SWING SAYA, biasanya diredam dengan
PAPA.
Papa yang
biasanya membujuk saya. Crybaby ya? Childish
mampus ya? Iya, saya. Mengontrol
EMOSI didepan orang banyak, bagi saya perlu
dilatih dengan baik. Ada kalanya saya tidak sebrengsek itu. Namun, ada
kalanya saya jauh lebih brengsek dari ini. Jadi,
bisa tau ya, kenapa saya bilang, tidak semua orang sabar menghadapi saya? Saya.
Saya. yedijah!
Entahlah
mungkin keperfeksionisan papa dalam mendidik terlalu kental untuk disangkal.
Atau terlalu encer untuk disaring kembali. Bagaimana
bisa, sifat seseorang menurun secara genetik bahkan kurang sedikitpun tidak.
Dan,ah....
Itu dia, muka galak bin juteks. Tatapan
"bangsat" yang bisa membuat orang tunduk. AURA "seram" dan
"marah" itu selalu mengelilingi saya, bahkan ketika saya diam dan
hanya menatap orang lain. Padahal saya dalam kondisi baik-baik aja. Orang yang melihat saya duduk sendiri dan membaca
sesuatu, tidak akan pernah mengganggu saya. Kenapa? Karna "aura"mu
beda. Dan caramu menjawab, melirik dan menatap orang itu berbeda.
Pernah
sekali, temannya eset datang kerumah. Saya sedang membaca di ruang TV. Eset
mengenalkan mereka. Mereka berdiri tegak diseberang saya, ketika mereka mau
maju dan mengulurkan tangan, dengan tenang saya bilang ga usah, nama kamu udah cukup. Dan saya lanjut membaca. Padahal, kalo kamu mengenal saya dengan baik, saya
tidak semenyebalkan itu. Beneran. Hanya aja, saya tidak suka terlalu basa basi ndak penting.
Mau tau apa
yang mereka bilang pada eset? Kakak lo angker
banget loh,Ben. Dokter kayak gitu, pasiennya baik2 aja? Hahahahhahahahhaaa...
Kampret ya?
Kali lain,
ketika mengikuti persidangan tahunan dengan papa. 8 tahun lalu dijakarta, saat
itu saya masih koass. Saya duduk minum teh dengan papa. Saya mendengarkan papa
bercerita. Sampai ada satu momen, dimana ada pendeta yang menyapa kita. Dan, rupanya beliau tidak tahu, bahwa NOKE memiliki anak
perempuan, yang terkenal cuman anak laki-lakinya. Sehingga dia bertanya dengan
nada bercanda.
Saya
mengulurkan tangan dengan muka datar. Saya menatapnya.
"Menurut pak pendeta, saya siapanya?"
Saya tidak
tertawa, karena tidak ada yang cukup lucu untuk ditertawakan. Dia tersenyum
canggung dan menatap papa.
"Ngga,non.
Om ini ngga tau, kalo nona anaknya papa. Waktu datang kemedan tahun lalu, hanya
amor dan eset."
"ngga terlihat dipastori bukan berarti saya bukan
anaknya'kan?" ucap saya lagi
Dia
mengangguk dan permisi. Saya menatap papa yang menggeleng dengan sikap saya.
Jangan menasehati, karena saya tau, bahwa seharusnya
saya tidak sekaku itu. Hanya saja, saya memang selalu begitu. Pada orang asing,
orang yang saya tidak kenal. Saya bukan asosial, saya alergi terhadap basa basi
busuk. Tersenyum dan berbasa-basi busuk, bukan wilayah saya.
Dan ketika
besoknya, saya ketemu lagi sama papa. Papa cerita, Oom itu bilang anaknya Bung NOKE yang sulung itu sikapnya
mirip ya, sama papanya.
Dan karena ini, orang selalu memeteraikan kata
"anaknya pendeta ihalauw yang pertama itu sombong" dan saya
tidak peduli.
"lo emang
nge-he sih! Lo tuh didepan banyak orang, lo ga bisa luwes!" kritik Rasta
selalu.
"makanya lain kali, jangan cuman berteman sama
buku dan laptop. Gih keluar cari manusia" rong2
"orang yang ga kenal kau, pasti ga akan sangka
ko dokter. Ko bahkan lebih pantas jadi polwan. Cara ko bicara dan menatap
orang, itu bukan cara manusia normal. Ko tau? Cara ko menatap orang itu, adalah
tatapan penilaian bukan persahabatan. Dan cara ko liat, ngerling dan bicara
dengan nada yang tegas, ko bisa bunuh dia sekaligus. Apalagi, kalo dia ada
salah dengan ko. Selesai!" Amor
"Nona, jangan begitu. Cukup papa yang begitu.
Ikutiin aja yang baik, jangan yang buruknya. Nanti orang takut mau kenalan
loh." papa
"Bikin aja terus,kak. Jalan dengan ko itu, kalo
ngga diliatin dan ko ngga "negur", kita berdua lebih cocok jadi
tukang jagal" eset hahahahahhaaahhaahhahhaahahaaaaa
Mama?
Mama selalu tersenyum dan melemparkan kesalahan
"adat jelek" ini pada NOKE. "itukan, dia contoh apa yang kau
buat! Semua. Kerasnya. Tegasnya. Bahkan caramu menegur orang. Dan
"cara"mu berbicara dengan orang."
Dan papa, akan tersenyum geli. Dan saya, akan selamanya begini.
Ehm, gini2... Saya tidak akan membela diri
saya. Iya cara saya salah. Iya, emosi saya
kadang sulit saya kontrol. Iya, saya memang sebrengsek itu.
Tapi PMS ini
mengambil tanggung jawab dan porsi lebih untuk yang hari ini. LEBIH DARI YANG
SAYA BISA LAKUKAN BILA TIDAK PMS.
Tapi mengkritik yang salah, akan selalu saya lakukan.
Tapi, menatap orang dengan tatapan yang "biasa" akan selalu seperti
itu. Abis mau gimana, cara saya ngeliat emang udah gitu. Ga bisa diperbaiki dan
dikurangi. Bahkan ketika saya mencoba menatap orang dengan bersahabatpun, tetep
juga disalah artikan!
The point
is... Hari itu adalah BAD TEMPER DAY of MINE! Bangke
ya? Jadi semua manusia harus ngertiin lo gitu? Bukan, seenggaknya jangan lakukan kesalahan yang ga perlu
saat lo didepan gue. Deal ya?
21 October
Dan ketika kita lagi jalan ke mobil, pelayan tadi itu
berlari membawa bungkusan.
"mbak, ini TOM YAM SEAFOOD. Maaf sekali
lagi."
"BUAT APA?" tanya saya bingung. Banyak amat yang baik sama gue hari ini.
"dari
saya, buat mbak. Minta maaf untuk tadi."
"GA
USAH. UDAH KENYANG."
"MOHON
DITERIMA,mbak."
Saya
menatapnya. Amor, Eset, Mama dan beberapa pelayan disitu berdiri memperhatikan
kita. Tukang parkirpun ikut melihat.
"kerja yang bener. Jangan diulangin lagi. Makasih buat
tomyamnya."
Dia
menyerahkan bungkusan itu. Lalu masih berdiri disamping mobil. Saya keluar dari
mobil dan menyelipkan "si merah"
dikantongnya.
"eh mbak..."
Saya menurun
kaca. "ambil aja, buat beli cerebrovit"
Benyada
Remals "dyzcabz"
"kenapa lo mau berteman dengan kukang?"
Tom2 tertawa
geli. "karena dia ga pernah jadi orang
lain."
Nb: ini
cerita tolol yang tidak boleh dicontoh dan diikuti. Bahkan sebaiknya tidak perlu dibaca. Saya menulis hanya karena saya
"terharu" bahwa pelayan itu berani kembali dan meminta maaf untuk
saya. Saya bukan siapa2. saya hanyalah seorang pelanggan biasa. Dibalik
kerjanya yang tidak begitu becus, saya menghargai permintaan maafnya. Bukan
karena dia memberikan saya TOMYAM. Tapi karena, keberaniannya untuk datang.
Dan sebrengsek2nya saya, saya selalu
"terenyuh" setiap kali orang yang membuat saya marah, berani mengakui
kesalahannya dan meminta maaf pada saya.
Tidak semua orang bisa melakukan itu. Meminta maaf
itu jagoan. Memberikan maaf itu "katanya" penyabar. Mungkin saya
bukan si penyabar itu, namun saya tau, bahwa sebentuk sikap yang saya lakukan
itu membuat dia paham, bahwa itu salah. Saya tidak akan mengingat dan
mengungkit lagi, bahkan bila suatu hari kita makan kembali ditempat ini, yang
saya mau... Bahwa suatu saat, dia harus mengerti, bahwa pekerjaan sekecil
apapun, harus dilakukan dengan benar.
Tidak ada kepercayaan yang diberikan secara
Cuma-Cuma. Setialah pada perkara2 kecil, maka padaMU akan diberikan
perkara-perkara besar.
Tidak ada perkerjaan "kecil" atau
"besar", karena dalam setiap "kerja" yang kita lakukan, ada
tanggung jawab yang mengikuti. Jangan bermain-main dengan kerjamu, sebab dari
hal kecil, orang menilai apa kamu sudah pantas melakukan yang lebih?
Jangan main-main pada waktu tidak bermain, karena
permainan yang kamu mainkan bisa saja menggantikan tempatmu, untuk orang lain
yang tidak bermain-main saat waktunya tidak bermain!
Like father like daughter yaa... Btw saya juga pernah marah untuk hal yang hampir sama... Kecewa dengan kerja pelayan kemudian saya datangi supervisor nya dan protes. Hanya saja saya marahnya tidak setajam kamu... Tapi habis itu saya menyesal sebab saya kuatir pelayan itu dipecat lalu dia mau makan apa... Bagaimana jika dia tulang punggung keluarga?? mereka cuma pegawai kecil yang tidak berdaya bahkan kontrak kerja pun mungkin mereka ngga punya. Saya langsung berdoa mohon ampun dan mohon pertolongan Tuhan agar pelayan itu tidak dipecat. Sejak saat itu jika dikecewakan oleh pelayan (pegawai kecil) saya hanya bisa menasihati dia panjang lebar supaya dia tahu kejamnya dunia pekerjaan... Banyak saingan otomatis kerja harus berkualitas. Tapi kalo ketemu pelayan yang songong... Kesel juga sih....
BalasHapus