Langsung ke konten utama

Karna melawak (*bisa jadi) tidak sesederhana itu...

Karna melawak (*bisa jadi) tidak sesederhana itu...

Saya salah satu penggemar STAND UP COMEDY, baik yang produk lokal maupun luar negara. Saya pertama kali mengenal STAND UP COMEDY, 4 tahun lalu, iseng-iseng bongkat You Tube, nyari video tontonan yang menarik. Lalu, beberapa teman saya merekomendasikan videonya Raditya Dika. Itu pecaaaaaah banget. Saya ingat sekali, sampe sekarang sih... saya mendownload 5 videonya, lumayan jadi pelipur stress pas ngerjain Penelitian - Stase Ikm.

Itu tahun 2011, kalo saya bener (*mudah-mudahan ga salah) Kenapa saya menyukai Stand Up Comedy, yang pada saat itu saya liat baru Panji dan Raditya Dika. Lucu. Gokil. Kocak. Nyeleneh. Ada gitu orang yang dengan sukarela menghina dirinya dengan kejombloannya? Hahahhahaa.... eh maap.

Tema-tema yang diangkat oleh Raditya Dika, bukanlah hal-hal berat yang memerah keringat. Atau menuntut otak lo harus menghabiskan energy buat mikir. Setidaknya sekalipun gyrus otaknya lempeng-lempeng aja, lo tetep nyangkut kok sama materinya. Serius! Itu dia, alasan saya suka. Karna bagi saya (*saat itu) membuat orang tertawa sangat mudah. Apalagi, saat materi yang dibawain adalah tentang hal-hal sehari2 yang emang dialamin oleh kebanyakan ANAK-ANAK ALAY BARU GEDEK. Bahkan, saya ikut setujuh bahwa Alay adalah bagian dari proses pendewasaan loh.

Saya mulai rutin, mencari video2 tentang STAND UP COMEDY. Kerjaan lain yang cukup membuat saya melupakan PENELITIAN DAN EVALUASI PROGRAM. Ternyata bukan cuman saya, sahabat-sahabat sayapun juga begitu. Bahkan, kalo saya ga salah ya... Bulan Agustus 2011, saya, rara, nita, tom2, nonton StandUpNite di Rolling Stone Cafe. Gilaaaaaakkkkk....kereeeeen abeeeesssss. Pecaaaaah berantakan hancur lebuuuuur
(*sudah terlalu lebai,yed!) Eh, tapi aseli nonton manusia-manusia cerdas OPEN MIC, itu dahsyat,brooooh. Kereen. Salut saya untuk kalian. Bahkan, saya mulai berpikir sepertinya nyari duit ga perlu sesusah kuliah bertaon2, cukup jadi COMICS, saya pikir bisa. (*pikiran saya saat itu)

Lalu ada beberapa event lagi yang sempet saya tonton live, sebelum akhirnya saya berangkat PTT. Oia, saya salah satu penikmati karya Raditya Dika, mulai dari buku Kambing Jantan, Cinta BrontoSaurus, Marmut Merah Jambu. Butuh daya imajinasi yang diluar normal untuk memahaminya hahahahahahhahahahaa... keren beudh!

Yang saya tau, Stand Up Comedy di Indonesia diprakarsai oleh Ernest P, Panji P (*susah nulis namanya :)), Ryan Adriandhy, Isman H Suyarman, dan My dumb ass, eh maap salah... My Jack Ass Raditya Dika. Beberapa dari mereka memang sudah menjadi artis di You Tube dengan video2 stand up. Ada juga yang menjadi finalis di acara Stand Up. Dari ketertarikan mereka di dunia Stand Up Comedy ini, akhirnya didirikannlah Komunitas Stand Up Indo.

Apa yang sebenere mau saya bagikan disini...?

Melawak atau ber-STAND UP COMEDY itu ga gampang loh. Melawak tidak sesederhana itu...

Kenapa saya bilang begitu?

Beberapa hari yang lalu, saya sedang makan disebuah dagangan kaki lima. Kebetulan mereka sedang nonton Ajang Pencarian Comics di Salah satu stasiun TV swasta, judul acaranya STAND UP COMEDY. Sambil makan, dan sesekali ikut menyimak acara itu, saya mendengar pendapat mereka tentang peserta ini. Sebutlah si ANU.(*ga keren banget ya? Si ANU)

"Aah, ga lucu. Garing. Bosen."
"Ah, mendingan Si Beo deh. Ngelucu kalo itulagi-itulagi lama-lama males."
"Tu orang ngapain sik."
"Ni orang ngelucu apa pidato. Muka kok datar amat."
Dan masih banyak lagi komentar mereka yang bahkan menurut saya lebih hebat dari para JURInya.

Memang sih, ada beberapa kali PUNCHLINEnya ga dapet. Lalu jatoh-jatohnya BOMB. Kadang malah terlalu ribet dan bertele-tele. Entah karna grogi, jadi suka keseleo katanya, entah itu kurang satu huruf entah juga selalu diulangi kembali, padahal itu ga lucu dan ga menarik. (*sok ahli lu nyed)

Bahkan LPMnya dalam durasi 5 menit itu hanya 2 kali. Jatoh-jatohnya, garing apa yang dibilang oleh penonton disamping saya bener juga. Deliverynya juga ga nyampe. Karna terkadang, materi yang dibawain terlalu AbSurd kearah-arah confusing. Segala makhluk planetlah, keanehan TV bisa sembuh sendiri cuman diservis lewat telepon, hal-hal yang menurut saya "apasih yang lo. Aneh banget,bang!" Okeh,saya hanya penonton yang bebas mengomentari sesuai apa yang saya rasa dan liat. Memang sih saya ga jago stand up. Bahkan beranipun, mungkin tidak.

Saat JURInya berkomentar (*hal yang paling saya tunggu) ,ternyata ga jauh beda kok dengan PARA JURI DADAKAN (*termasuk saya) hahahahahahha...
Beberapa masukan yang saya dengar juga sangat baik, tentang ACT OUTnya lebih dilenturin lagi (*ga perlu seheboh acro yoga sih) setidaknya lebih kena lagi sama materinya, trus tau dimana harus Stressing pada punclinenya. Gimana teknik Hammocking yang bener, apalagi kalo materi yang lo bawain udah berasa tawar dan bakalan dying duluan. Kapan Set Up harus dikeluarkan dan seberapa banyak kalimatnya biar ga terdengar terlalu bertele-tele. Timing yang pas, untuk aksen, intonasi, tempo yang harus dimainkan biar lebih pecaaah lagi. Cara Closing Line yang kece, biar ga jadi Bomb diakhirnya. Kalo mau ngulang joke yang tadi udah didepan (*Call back), gimana ngaturnya biar ga berasa terlalu diulang lagi dan boring.

Terakhir, yang paling saya inget "nulis materinya yang banyak, perkaya lagi, gali lagi lebih dalam tentang materi-materi baru. Lalu, open mic gih sesering mungkin. Biasanya jam terbang juga ngaruh banget"

Tau ngga, kata apa yang saya garis bawahi. TULIS MATERI. Kenapa? Ya artinya, untuk melawak pun harus punya KONSEP, biar grrrrrnya berantakan. Bukan hanya asal ngelucu hal-hal konyol. Berarti, untuk menjadi seorang stand up comedy bukan hanya perlu Character dan Catch Phrase, tapi butuh explorasi tentang banyak hal. Bahkan hal-hal yang sedang terjadipun, bisa dijadikan LUCU dengan tanda petik "ELEGAN DAN CERDAS" Boleh dong, kritikan membangun disampein dengan candaan pintar ala Stand Up. Bukan men-spesifikasikan, tapi menggenelarlisir. Jadi ga hanya ngritikin satu orang, tapi lebih ke PADA UMUMNYA.  (*keliatan agak pintar yak?)

Well, ternyata berSTAND UP COMEDY atau melawak sendirian, ga sesederhana ituloh. Artinya, orang-orang yang berhasil menjadi Comics terkenal harus cerdas, jago strory telling, jago nulis, sering ngayal (*daya imaginenya tinggi), banyak pengalaman terutama yang menyakitkan hahahahahaahahahaa...., bisa jadi berKARAKTER KHAS (*tampang pas-pasan, otak brilliant) hahahahahahaha
Atau mungkin juga salah satu evolusi kurang lengkap dari JAMAN ALAY ke DEWASA MUDA (*ngakak)

Okeeeh,apapun itulah...

Salut saya untuk kalian, yang berprofesi sebagai COMICS, atau sedang merintis karier sebagai COMICS.
Semoga materi-materi yang kalian sediakan, bisa menjadi LELUCON YANG SMART. Bukan hanya untuk ditertawakan, tapi bisa menyentil. Kadang, menegur tidak selalu harus bernada keras, dengan lelucon mungkin perlu dicoba.

Goodluck, buat para peserta ajang STAND UP COMEDY.
Sukses buat kedepannya.
Didoain deh, biar makin banyak materinya, makin banyak open micnya, makin kece bin keren, biar grrrrnya berantakan terus setiap kali tampil.

Saat saya tau melucu tidak sesederhana itu,
Saya sadar bahwa dalam melakukan pekerjaan apapun itu, bahkan yang dianggap paling santai sekalipun,
KECERDASAN wajib hukumnya.
Pintar adalah buku dan teori.
Tapi Cerdas itu tentang wawasan, praktek dan pengalaman.

Ala bisa karna biasa. Tidak peduli sebodoh apapun, kamu dimata orang, berkembanglah dari kebodohanmu, temukan hal-hal yang bisa dipelajari, bodoh bukan suatu masalah besar. Tapi orang bodoh yang malas untuk berkembang adalah sebuah masalah penting!

Selesai makan, saya mendengar penjual martabak telor itu bercanda "yaelah kalo gitu doang mah, gue juga bisa"

Saya tersenyum dalam hati.

Apa yang terlihat begitu mudah, tidak didapatkan dengan mudah. Setiap manusia memiliki caranya memandang, tergantung dimana dia berdiri.

Benyada Remals "dyzcabz"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...