Langsung ke konten utama

Everything happens for a reason

Everything happens for a reason!

Gastritis akut. Beranjak menjadi kronik. Lambat laun Ulkus Peptik. Hingga kadang berakhir Erosif.

Well, ini cerita tentang MENGAPA SAMPAI PENYAKIT TERSERING ITU BISA DIALAMI. Oleh beberapa pasien yang saya temui diklinik.

Bapak A, 54 tahun, seorang Guru. Datang dengan keluhan nyeri uluhati sejak 3 jam yang lalu, mual, muntah 4x, isi cairan, perut melilih, begah. Beliau mengeluhkan sudah memiliki Riwayat Maag sejak 18 tahun yang lalu. Bahkan sudah berobat ke Internist. Tapi sama aja. Begitu obat abis, selalu kambuh. Telat makan,tambah parah.

Saya mengingatkan sebisanya. Apa saja pantangan yang harus diingat kalo punya sakit maag. Sbenere obat sakit maag itu MAKAN! Makannya sedikit dan sering. Porsinya juga disesuaikan. Pergi ke profesor sekalipun, nasehatnya juga gitu! Okehlah, kita tidak perlu mendebat itu...

Si bapak banyak bercerita tentang kerjanya sebagai guru. Tentang pendidikannya. Tentang perjuangannya mulai dari sekolah dulu, sampe hari ini. Dan inilah penggalannya..

"Tahun 90 itu, saya'kan tamatan SMA tapi saya udah jadi guru SD. Trus ada aturan bahwa yang jadi guru SD harus D2, saya kudu sekolah lagikan,dok? Sementara uang darimana. Gaji guru waktu itu cuman berapa, 25000. Itu juga saya irit2 buat makan. Rumah sayakan jelambar, tapi saya kuliah dibogor. Uang yang saya punya cuman buat naik kereta ekonomi! Kalo saya pake buat makan, jatoh2nya saya pulang bisa jalan kaki,dok. Akhirnya dsri situ saya kebiasaan telat makan. Nahan laper biar sampe rumah aja baru makan. Nah, disitu awal saya kena maag. Belom lagi, kalo saya ngajar dulu trus kuliah, udah energi kepake, ga mampu beli makan,dok. Mampunya cuman minum aer putih. Makin jadi maagnya saya. Tahun 2000, aturan baru lagi, yang ngajar harus S1. Nah begimane uangnye dok? Anak saya 4. Gaji guru waktu jaman itu 350 rebu. Kerjaan saya cuman nyusain orang tua aja. Sampe bahkan sangking susahnya saya nyuri beras, kalo ngga kagak makan dok. Dari itulah kenapa saya maag. Saya mgga mau sakit beginian, cuman ya apa mau dikata. Kondisi sulit, saya ngorbanin diri saya aja, ketimbang anak istri ga makan. Kasian juga merekanya."

Saya terdiam mendengarnya. Seketika menguaplah semua nasehat2 saya. Saya lupa, selalu ada cerita dibalik sebuah kisah. Setiap luka punya ceritakan? (*iklan rokok)

Diwaktu lain, ada seorang ibu, penjual sayur dipasar, 48 thn, datang dengan keluhan pusing, mual, muntah. Perut begah, mencret 4x, isi air, bau, warna coklat. Perut melilit. Nyeri tekan epigastrium +, si ibu mengaduh kesakitan. Si ibu tidak makan sejak 1 hari yang lalu. Hanya minum teh manis panas sajah!

Selesai melakukan pemeriksaan dan suntik iv. Saya duduk dan mulai "meng-edukasi" pasien. Beliau datang bersama anaknya. Nada saya agak sedikit meninggi, saat si ibu dengan lantang menjawab "ga suka makan,dok. Ga nafsu" Gimana sih ceritanya ga suka makan, padahal pinya riwayat Maag? Hadeeeh....#garuk2lantai

Ceritapun bergulir, sambil saya menuliskan resep dan menunggu si ibu lebih tenang sedikit. Kalian mau tau, kenapa dia TIDAK MAKAN HAMPIR 32 JAM? Cuman minum teh manis panas sebanyak 3 gelas dan kerupung saja?

Karena anaknya mau masuk SEKOLAH SMK. Dan untuk itu, butuh biaya buat pergi dan tes. Si ibu belum menerima bagiannya. Karena si ibu hanyalah penjaga lapak dagangan orang lain. Gajinya bulan ini belom dibayar. Lalu uang ditangannya hanya cukup untuk ongkos Si Anak ke sekolah itu. Agar tidak mengecewakan si anak, jadilah beliau rela menahan lapar dan mengundang Maag datang kembali. Thats bad!

Bagi kita, alasan itu terdengar begitu MAAF konyol. Tapi untuk mereka, itu sebuah perjuangan. Iyah, perjuangan demi hidup yang lebih baik. Memperjuangkan masa depan si anak. Walaupun, resiko yang dihadapin adalah sakit. Dengan biaya yang bisa saja lebih besar daripada ongkos si anak. Haaaah!!!!!

Bila begitu? Apa yang harus saya bilang? Marah? Mengingatkan? Dengerin baik-baik kata2 beliau "Namanya untuk anak,bu dok. Ta' biarin aja nahan laper. Diakan udah belajar mati2an buat tes ini. Kalo sampe ndak ikut, kasiankan. Sia-sia aja. Anak saya cuman satu. Satu-satunya kebanggaan. Namanya orangtua, pasti mau yang terbaik untuk anaknya."

Semoga semesta mendengar dan melihat apa yang ibu perjuangkan, untuk sang buah hati. Lalu merestuinya, hingga si anak, benar-benar menjadi kebanggaan.

Dikali lain, seorang Laki2, 32 tahun, pekerja kantoran. Beliau staff manager disalah satu perusahaan makanan siap saji, didaerah tangerang selatan. Jadwal kerja padat. Istirahat kurang. Pola makan jelek. Hanya kalo bener-bener laper baru makan. Kopi lancar jaya. Sehari bisa 5 gelas, apalagi kalo lagi dikejar deadline.

Apa keluhannya? Begah. Perut melilit. Sering sendawa. Ga enak disekitar uluhati. Beliau udah sering minum obat maag, baik yang diwarung, sampe yang diiklan juga, bahkan udah konsul sampe ke profesor di Makasar. Gejala ini selalu berulang, ga pernah hilang total. Ga bisa sembuh.

Lalu saya tanya "Pola makan bapak udah diperbaiki blom? Makan 3 kali sehari. Diantara waktu itu, diselingi dengan cemilan. Jangan cemilan yang berat, biskuit atau kue2. Hindari kopi, makanan yang asem, pedes. Makanan yang mengandung gas... yang terakhir, bapak lagi banyak pikiran ga? Cepet stress ga?"

"Memang blom sih. Kopi ga bisa saya stop. Malah kepala saya pusing nanti. Nah itu, kalo ngopi biasanya ga laper. Nanti makannya tengah malem deh. Istirahat jgdikit. Abis dikantor kerjaan numpuk. Bos saya juga lumayan galak,dok. Stress sih iya. Malah kadang saya ampe ga bisa tidur kalo kerjaann numpuk. Kepikiran muluk. Jadinya senewen sendiri. Kalo udh gitu mulai dah ga enak perut saya. Pala jadi pusing. Mual."

Stress juga bisa jadi salah satu pemicu gastritis. Apalagi udah stress dan ga mau makan. Atau telat makan. Hanya minum kopi. Rokok. Udah emang klopkan? Perfecto blended!

Everything happens for a reason.

Bukankah saya pernah bilang, menjadi seorang dokter...
Artinya, setiap hari hidup saya menyentuh hidup seseorang. Atau hidup seseorang menyentuh saya.
Semua orang punya alasan, kenapa mereka mengalami sakit. Selalu ada cerita mengejutkan dibalik sebuah penyakit. Setidaknya,itulah yang saya alami selama saya menjadi tenaga medis.

Sebenernya, ada beberapa cerita lagi. Tapi saya pikir ini sudah cukup mewakili. Saat saya mendengar kisah-kisah mereka. Rasanya, saya dan keilmuan saya maupun nasehat "edukasi" menjadi basi. Yaiyalah, mereka sebenernya tau apa yang mereka lakukan, resiko apa yang mungkin dihadapi, sakit apa yang bisa diderita. Tapi, pengorbanan. Lagi-lagi tentang pengorbanan.
Untuk kebahagiaan sebagian orang, sebagian lagi harus "menyakiti" dirinya...

Gastritis akut. Gastritis Kronik. Kadang dirangkum menjadi Sindrom Dispepsia. Sebenere ada beberapa penyakit juga sih yang gejalanya sama atau hampir sama. Kolesistitis. Kolelitiasis. Gerd. Pankreatitis. Appendisitis akut. Ulkus duodenum. Dan ada beberapa lagi.

Entah bagaimana cara mereka mengatasinya. Yang penting, saya sudah berusaha mengingatkan. Stiap orang bertanggung jawab untuk hidupnya. Semoga saja, saat kebahagiaan yang mereka perjuangkan trwujudkan, mereka benar2 bisa menikmatinya tanpa ada "efek sampingnya".

Semoga juga, semua orang yang untuknya beberapa orang harus "menyakiti" dirinya...
Menjadi berhasil seperti apa yang diharapkan.

Semoga, semua makhluk hidup berbahagia.

Terlalu banyak kata semoga.

Terlalu banyak kata semoga.
Karna saya hanya bisa mendoakan yang terbaik. Karna saya sudah mengingatkan. Karna yang menjalaninya dan merasakan sakitnya bukan saya. Karna setiap manusia punya jalan hidup dan cerita yang dia mainkan. Karna sehebat apapun saya berbicara, apalah artinya bila yang bersangkutan menolak untuk melakukan.

Jadi, semoga saja apa yang selalu di"edukasi" oleh para tenaga medis dimanapun mereka berada, bisa didengarkan lalu coba dilakukan. Karna, bukan untuk kita, tapi untuk anda.

Benyada Remals "dyzcabz"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...