Langsung ke konten utama

Aku melihatmu disana.

Aku melihatmu disana.

Aku melihatmu disana.
Ditempat biasa, kau melepas lelah dan bercerita dalam kebisuan.
Duduk dan merenung, dalam temaram lampu sudut.
Kau seolah bersembunyi disana.

Aku menemukanmu ditempat itu.
Tempat yang selalu kau tutupi.
Tempatmu berteduh dari hiruk pikuk kehidupan.
Sudut ternyaman yang mampu kau ciptakan diantara luasnya sudut pandang.

Aku mengamatimu dari jauh.
Ada gurat tipis berisi lelah disitu. Ada garis kecewa yang dalam twrsirat. Lalu, ada katupan rahang yang menguat. Ah, lagi-lagi kau menyembuhkannya sendiri.
Kau dan egomu, melupakan kodratmu sebagai makhluk sosial.
Kau merapat disudut yang tak terlihat, agar tak tersentuh oleh siapapun.
Kau selalu seperti ini.

Aku memperhatikan caramu membuang nafas. Berat. Ada berapa banyak kisah pilu yang kau derita?
Bukankah kau tau, aku, dia, dan mereka siap untuk mendengarmu?
Ada brapa banyak airmata yang kau tahan jatuhnya?
Agar kau terlihat hebat dimata kita.
Ah, kau memang selalu kuat, hebat, optimis dan juga apatis.

Kau menunduk disana.
Kepalamu hampir terantuk pada meja jati tua itu.
Seberat itukah beban yang kau pikul?
Lalu apa guna mulut, bila tak mampu berucap pada orang lain selain bayanganmu.
Apa yang membuatmu begitu rapuh?
Tidak bisakah sedikit saja kau membukanya?

Kau bermain dengan pikiranmu,
Membagi dua dunia logikamu,
Ah, lagi-lagi aku lupa, kau seorang rasional. Yang tidak peercaya keberadaan sebuah firasat. Bahkan sekecil apapun kemungkinan terjadinya.
Kau berdiri sendiri, disana.
Jauh dari peradaban. Bukan kita yang tidak memahamimu.
Kau yang menarik dirimu untuk menjauh.
Sesombong itukah egomu?

Aku masih menatapmu. Kau belum beranjak dari sana. Sudut gelap yang kau ciptakan, demi ketenangan yang selalu kau agungkan.
Diantara kebisingan siang lalu syahduhnya senja,
Kau tetap mencintai pekatnya malam.
Bagimu, malam adalah replika nyata dari dirimu.
Suatu misteri yang sulit diungkap.
Sama seperti kita, yang sulit menjangkau kau dan duniamu.

Kadang aku berharap,
Suatu waktu kau terkejut akan pekatnya dunia yang kau bentuk dengan egomu,
Lalu kau beranjak untuk mencari terang,
Bukan untuk merubah dunia yang kau punya,
Namun, untuk memperbaiki caramu memandang dunia.

Kau masih disana. Tetap sedingin itu. Dengan tatapan membunuh yang aku kenal.
Aku melihatmu menegakkan sandaranmu.
Menengadahkan kepalamu,
Boleh ku tebak, untuk apa?
Agar kau melawan butiran bening yang menggantung.
Semoga aku salah.
Bilapun, tebakanku tidak meleset.
Kau tetap menutup rapat jalan masuk sana.

Aku masih disini, untuk melihat bagaimana kau keluar dari sudut ternyaman itu.
Mengisolasi diri dari keramaian.
Dengan menciptakan kenyamanan dalam kebisuan.
Menulikan diri dari setiap bunyi yang terdengar.
Melihat namun tidak bergerak dan tergerak.

Beginikah, cara kita akan berdialog?
Kau dengan duniamu, lalu aku berada diatmosfer lain
Hanya bisa menatapmu
Tanpa pernah menyentuhmu.

Sampai berapa lama, kau akan berdiam disana?
Menyelesaikan cerita pahit yang kau pendam sendiri
Merangkumkan kisah kelabu dimana kai dan TuhanMu yang mengerti

Bila Dunia yang kau inginkan adalah KEHENINGAN DAN KESEPIAN layaknya malam.
Maka katakanlah pada semesta untuk tidak menciptakan bintang disana.
Lalu katakan juga pada smesta untuk mengambil bulan dari waktu malam.
Apa yang kau lihat dalam kegelapan? Kesendirian? Keheningan?
Apa yang kau dapat dari sebuah keterasingan yang kau bentuk?

Kau butuh ruang untuk sendiri?
Bukan, kau butuh waktu untuk menyendiri.
Karna disana tempat dimana topengmu kau taruh, lalu menjadi layaknya dirimu yang kau cintai.
Itulah kenapa kau begitu menyukai malam,
Karna dalam kepekatan malam, dunia tidak bisa mengenalmu dengan jelas.
Sejelas pagi yang datang dengan terangnya.

Kau mencintai malam.
Karna malam adalah bagian dirimu.
Bagian yang ingin kau lenyapkan saat pagi datang,
Lalu kau panggil bila temaram senja datang.

Kau dan malam,
Dua objek yang begitu menarik.

Kaupun memiliki hal yang tidak tersentuh.

Bahkan saat kami, berusaha membuatmu mencintai pagi.
Kau tidak bisa mengkhianati malammu.
Kau terlalu lama bersama malam, hingga lupa bagaimana caranya menghadapi pagi.
Atau pagi terlalu menyakitkan untuk dilalui?

Jalanilah dunia yang terbentuk didalam egomu.
Entah egokah itu, takut untuk berbagi.
Kau takut bila topeng itu jatuh, lalu kau jelas terlihat.
Mungkinkah aku, dia, dan mereka menerimamu?
Sebagaimana adamu?

Ayolah, Tuhan tidak menciptakan manusia sebegitu sempurna. Ada celah kecil dimana kelemahan terletak.
Kelemahan bukan sesuatu yang harus ditutupi.
Disembunyikan.
Setiap orang memiliki kelemahan.
Hanya orang berjiwa besar yang mampu mengakui kelemahan, tanpa terlihat begitu menyedihkan.

Aku membiarkanmu, hidup dalam malammu.
Tapi, aku mengingatkanmu...
Bahwa saat kau terlalu bosan akan malam.
Aku akan datang bersama pagi.
Menjemputmu beranjak dari malam.
Sampai waktu itu tiba,
Aku akan selalu disini. Mengawasimu.

Pagi tidak semenakutkan yang kau sangka,
Malampun tidak semenarik yang kau duga.
Setiap sisi tercipta dengan seimbang.
Bahkan saat kita memilih berada pada salah satunya.
Kita sudah membuatnya seimbang.

Benyada Remals "dyzcabz"

Note : bisakah, kau memanusiakan dirimu? Manusia punya titik lelah dan lemah, dimana bukanlah sebuah dosa untuk berbagi. Entahlah, kau bisa sesukamu untuk berkuat semampu yang kau bisa. Hanýa saja, kami yang melihatmu... Lebih terluka. Karena, kami tidak cukup berarti untukmu. Atau kau tidak bisa mempercayai kami? Bisakah kau menjadi lebih manusiawi? Aku tidak mengganggumu dan memaksamu. Aku hanya berpikir, bila itu mungkin, apa salahnya kau membagi cerita yang melelahkan itu untuk kami. Membuat dirimu letih hanya akan melemahkan caramu memandang setiap sudut yang ada. Okeh, anggaplah aku meracau. Berdirilah dengan tegar, perkuatlah pijakkanmu, nyamankan dirimu, pertajamlah tatapanmu, aku tau beginilah kamu yang aku kenal. Seandainya, suatu hari kau lelah. Lihatlah kebelakang, ada kami...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...