Langsung ke konten utama

Tentang saya, pa.

Nok...

Akhirnya saya harus berdamai dengan keadaan. Benar2 berdamai,pa. Karna sebagaimanapun saya menangis dan melawan, nyatanya papa tidak akan kembali disini.

Kemarin malam, saya jalan2 sendirian, dan memikirkan banyak hal. Terutama kegelisahan saya tentang kehilangan papa. Ketegangan2 saya tanpa papa. Ketidakmampuan saya mengontrol emosi tanpa papa. Ketergangtungan saya, dengan papa.

Banyak hal,pa. Terlalu banyak hal yang membuat saya selalu menjadi anak manjanya noke. Karna papa terbiasa memenangkan ego saya. Sehingga saat beliau pergi, saya benar2 harus menundukkan kepala saya dan memikirkan banyak hal yang biasanya saya abaikan, karna ada papa.

Saya tidak bisa lagi, cengeng dan merajuk saat semua hal tidak sesuai rencana saya. Tidak bisa. Kalau dulu, papa akan ada disana, membuat semua hal mengikuti "maunya kaka".

Saya tidak boleh lagi, mengeluh dan marah2 untuk hal kecil yang mereka buat diluar kemauan saya. Kalo dulu, sebelum saya marah, papa akan mengkondisikan semua hal mengikuti maunya saya.

Saya yang terbiasa "pa, saya gini.....", "Pa, ngga boleh, saya ngga mau....", "Pa, tolong ini dulu,...", "Pa, harusnya gini", "pa, besok bla...bla...bla..., Pokoknya papa harus ada!"

Saya yang terbiasa dimenangkan oleh papa. Saya yang terbiasa hidup dengan kenyamanan yang papa sediakan. Saya yang terbiasa tau bahwa papa ada untuk melengkapkan apa yang kurang. Saya yang terbiasa meminta papa dalam setiap hal. Saya yang terbiasa menumpahkan marah, jengkel, capek, "manja" untuk papa. Saya yang terbiasa "manja" dengan cara luar biasa pada papa. Bahkan kamu tidak akan menyangka bahwa saya bisa membuat Noke berjalan untuk mencari kosan saya untuk masuk spesialis! Iya, itu saya!

Saya yang terbiasa, membuat noke seperti "asisten pribadi", laper? Telpon papa. Bahwa sekalipun beliau capek pulang kantor, selalu ada waktu untuk mengantarkan makanan untuk saya.

Papa, adalah manusia yang memaklumi semua kekurang-ajaran saya, kenakalan saya, kemanjaan saya, tanpa mengeluh, tanpa bertanya, hanya tersenyum.

Siapa coba, yang mau bukain pintu untuk anaknya yang pulang jalan jam 4 subuh? Dan masih tetap tersenyum senang menyambutnya, bahkan tetap saja bertanya "udah makan? Papa ada beliin tadi buat kaka". Hanya noke yang melakukan itu untuk saya. Hanya noke. Bahkan saat mama marah dan menegur saya. Papa akan mengedipkan matanya dan berujar "ngga, papa percaya anak papa kok. Dia bisa jaga diri. Lain kali telpon ya kalo nona mau pulang. Gapapa, papa tungguin."

Hanya noke-nya saya yang begitu.

Yang ketika saya tugas dipapua, dan saya minta dikirimin coklat dan jajanan kesukaan yang kebetulan tidak ada disana. Beliau menyanggupinya tanpa protes. Pernah liat choki2 1 karton gudang garam? Hanya noke yang akan melakukan itu, untuk saya.

Noke selalu memperhatikan hal2 kecil yang kadang diabaikan oleh saya. Sepatu heels yang haknya sudah copot. Noke tau itu. Beliau akan membelikan yang baru, atau kita akan menjalani mall untuk berburu heels.

Ketika mangga kesukaan saya habis, noke akan segera membelinya. Dan bila saja, tinggal 1 buah, beliau akan melarang siapapun dirumah untuk makan. "Ini untuk kaka". Bila jemaatnya panen rambutan, beliau dengan antusias menelpon saya "kak, ada rambutan dirumah. Papa udah kupasin." Atau, beliau akan mengantarkannya ke IGD. Gilaaaaaak, pesen dimana coba manusia yang bisa membuat saya "semanja" ini, kayak gini, satu aja.

Bila saya sakit, papa panik. Sekalipun saya dokter. Papa akan tetap panik. Beliau akan keluar masuk kamar, masakin air panas untuk mandi, suruh mama masak stove, atau beliau sendiri yang akan masak untuk saya (*kita). Dengan noke, saya tidak pernah mengkhawatirkan apapun.

"Pa, saya mau jalan ke Jogja sama teman2", noke : "ini ambil papa punya atm, ambillah buat tambah2 ditangan nona." Pulang dengan setengah isi atm papa "terkuras", mama protes. Papa? "Yaudahlah, sekali-kali kan, diakan cape kerja terus" bahkan disaat saya sudah mampu untuk menghasilkan duit. Papa tetap papa, papa tetap atmnya saya.

Apalagi,pa?

Semua hal,pa. Semua. Dan saat saya mengingat ini, saya tersenyum sekaligus menangis. Saya sedih,pa. Terlalu sedih.

Bukankah sudah saya bilang, seandainya saja, bila saja, papa tidak sehebat itu memanjakan saya, atau kita tidak sedekat ini, mgkin ceritanya akan berbeda. Bahwa kehilangan ini hanya sebuah formalitas,pa. Bahwa semua ini adalah "kelumrahan" hidup yang sudah patut saya terima.

Tapi,pa...

Papa membuat saya, sulit untuk bergerak dari kenangan papa. Papa membuat saya, justru jatuh jaauh makin dalam setiap kali kenangan dan kerinduan saya untuk papa hadir. Saya semakin hancur,pa. Bahwa dalam segala hal, papa selalu menomorsatukan saya. Bahkan didalam kondisi kritispun, papa tetap memikirkan study lanjut saya. Papa tetap bilang papa mau saya sekolah.

Gimana bisa sih, gimana caranya saya untuk berhenti merindukan papa. Bahwa dalam setiap hal kecil, papa hiduo disana. Bahkan setiap kenangan dengan papa, terlalu hebat untuk diabaikan. Papa tau, sampai 6 bulan ini, kata-kata "kalo papa ada...", "Aduh, coba kalo papa disini...", "Coba gimana kalo ada papa

"Kalo papa ada...." Adalah kalimat terbangsat yang selalu kami dengungkan. Selalu saya keluarkan. Selalu amor bilang dan eset sebut dengan sadar.

Selamanya, kami tidak bisa untuk "meniadakan" papa. Sayang dan cintanya papa ke kita, terlalu kuat untuk harus diabaikan. Hingga 1/2 tahun tanpa papa, begitu terasa kosong. Rumah benar2 lengang,pa.

Namun, mbul bener. Sampai kapan,nyed? Sampai kapan? Hidup harusnya dihidupi. Harusnya dijalani.

Dan untuk itu, saya membuat kesepakatan,pa. Dengan hati dan otak saya. Saya tidak akan lagi cengeng. Tidak boleh lagi manja. Saya tidak akan menuntut hal2 kecil yang bisa saya selesaikan sendiri. Saya tidak akan merepotkan mereka lagi. Saya akan belajar mandiri,pa.

Karna papa sudah tidak ada lagi. Pembela sayapun pergi. Orang yang terbiasa mengertipun pergi. Tidak adalagi yang akan memenangkan ego saya.

Sudah waktunya, saya memelankan isak saya. Menyudahi sedih saya dengan perlahan. Mewarasakan diri saya, untuk kembaali hidup dengan gerakan dan mimpi yang sama, seperti ketika papa ada.

Mimpi kita, tentang cardiolog,pa. Adalah hal pertama yang harus diwujudkan dalam waktu dekat. Karna kepergian papa membuatnya tertunda tapi bukan terhenti. Arahnya masih sama,pa. Tujuannya juga. Mungkin kecepatannya yang harus kembali ditingkatkan.

Kehilangan papa sebenernya mengambil separuh semangat hidup. Tapi, mama bilang jangan sampai mematikan mimpi yang sudah dibangun dan langkah yang sudah terayun.

Dan, saya berjanji pada papa, saya akan mengusahakan semua hal terbaik yang saya bisa, untuk menjaga mama, amor dan eset, dan mewujudkan mimpi2 papa.

Saya akan menguatkan "saya" agar dari atas sana papa tau, bahwa papa bisa tenang karna ada saya disini.

Kesedihan ini cukup untuk membuat semangat saya luruh, tapi tidak memadamkan semua ajaran papa tentang hidup

Yesus itu baik,pa. Yesus mengambil papa, diwaktu yang tepat, disaat kami sudah beranjak dewasa dan berjalan didalam mimpi kami. Yesus itu baik,pa. Yesus memannggil papa pulang, karna Yesus tau, papa sudah membekali kami dengan begitu banyak hal tentang hidup.

Yesus itu sangat baik,pa. Karna Yesus meminjamkan papa pada kami, sehingga seumur hidup kami, kami akan selalu mensyukuri berkat itu, berkat yang dianugerahkan oleh NYA, untuk memanggilmu papa.

Forever will be missed!

Ini tentang papa saya, Noke namanya. Kamu mungkin mengenalnya sebagai pdt. Ari. Atau pdt. Ihalauw. Atau bung Noke.

Tapi saya, selamanya saya akan tetap memanggilnya papa. Sekalipun raganya sudah menjadi abu, nilainya tidak akan berkurang.

Selamanya, beliau adalah papa terhebatnya saya, Noke.

Benyada remals "dyzcabz"

Komentar

  1. Tenang aja ...kamu pasti kuat dan bisa melewati rasa kehilangan dan kesedihan ini dengan baik. Baru setengah tahun kok... Ada yang bertahun tahun tetap ngga bisa move on. Kedekatan kalian yang sangat keterlaluan itu memang membuat separuh jiwa mu terbang bersama papa. Iya kan!! Tapi kamu harus mengembalikannya lagi supaya kamu bisa bangkit sebab hidup ini berjalan terus tanpa pernah mau mengerti apa yang sedang kamu rasakan. Jadi pelan pelan kamu harus bangkit ya... Demi menggapai cita-cita kamu dan papa. Kamu mau kan secepatnya membuat papa kamu tersenyum di atas sana. Kamu juga kan harus menikah. Semalam saya mendoakan kalian dan saya yakin Tuhan mendengar. Saya selalu sedih dan meleleh setiap membaca tulisan kamu yang seperti ini karena saya menempatkan diri saya dikamu atau dimama kamu.
    Pesan saya... Kamu harus KERASKAN HATI MU untuk bangkit. HARUS BISA. Jangan terus terusan berkompromi dengan perasaan kamu itu. Lama lama saya jadi kasian sama kamu karena rasanya kok susah banget... Andaikan saya ada di dekat kamu ingin rasanya memeluk kamu saat kamu menangis menahan rindu yang menyesakkan dada. Sebab Saya tahu kamu ngga bisa menangis di bahu mama kamu karena beliau juga sama seperti kamu belum bisa sepenuhnya menerima kenyataan kehilangan suami yang sangat dicintainya dan mencintainya. Saya tau rasanya.
    Jika kamu belum pernah minta tolong Tuhan untuk bisa keluar dari rasa kehilangan ini... mintalah padaNya sebab DIA punya banyak cara untuk menolong kamu...kamu tau itu kan...!! Aku sayang kalian.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...