Langsung ke konten utama

Dentist!

Untuk ke 2 kalinya, saya harus berurusan dengan drg. (*Dokter gigi). Hal paling menakutkan setelah menyebrang.

Kalo saya udah sakit gigi, semua hal rasanya "menakutkan". Ujung2nya saya harus mau ikut ke drg. Ketakutan untuk ke dokter gigi itu menurun dari mama hahahahahahahaa... Kalo papa mah dia ga takut. Dia bahkan rela untuk "diapain" aja giginya, beliau percaya penuh.

Saya? Aduh, untuk ditarik ke drg itu penuh drama dan perjuangan. Iyakan,pa? Papa tau itu. Hahahahahahahaaa... Saya udah kayak anak umur 5 tahun yang wajib bin kudu binti harus di"geret" kesana. (*Hmm...sorry, lo dokter kan ya?) Hahahahahahahahahaaa....

Dan hari ini, akhirnya saya harus menyerah. Ikut ke drg dan dicabut giginya. Saya pasrah, karna papa tidak ada. Tidak ada lagi orang yang akan "membujuk" atau "memanjakan" saya.

Saya cabut gigi, (*saat papa ada)...

Pulang dokter nangis sejadi-jadinya karna efek anestesi udah hilang. Papa panik sejadi2nya, karna saya kesakitan.
"Kenapa,non? Masih sakit?"
Saya mengagguk dan menangis.
"Mana, coba papa liat. Dia bikin gimana sih sampe masih sakit? Itu dokter gigi beneran?" Papa mulai uring2an.
Lalu berlanjut dengan ngecek keadaan saya tiap jam. See? Tiap jam!
Sampe mama sebel. "Anakmu itu dokter juga, dia tau kok. Kau itu terlalu manjain dia makanya dia begitu. Udah sebesar itu masak harus terus dibujuk supaya ngga takut."
Papa "loh itu anak saya, kalo ada apa2 dengan dia, gimana? Lain kali cari dokter gigi yang lain."
Hahahahahahahahahahahahahaaha...

Dan papa akan masuk setiap jam untuk melihat saya. Bertanya sakitnya berkurang atau ngga. Atau apa yang bisa papa buat? Atau mau makan apa? Atau papa pesanin apa ya buat nona? Hahahahahahahahahahahaha...

Goblok ya? Iya saya. Saya yang keterlaluan manjanya!

Pernah di medan, saya sakit gigi dan itu udah sampe ke akarnya. Jadi drg-nya buat tambalan sementara. Setelah pulang, tiba2 sakitnya luar biasa. Minum segala obat pereda nyeri ga mempan. Papa panik. (*Serius papa paling panik) karna menjelang tengah malam, sakitnya makin menjadi. Sampe papa telpon drg nya. Hahahahahahahahahahahahah...

Untungnya Mama Mi itu drg, dia suruh buka aja tambalan sementara itu. Tapi siapa yang bisa buka? Oh, come on. Disela-sela kesakitan saya yang membuat seisi rumah panik, dan papa ketakutan. Saya mendengar papa bilang buat mama, "kita bawa kerumah sakit aja ya? Biar disuntik atau gimana ya? Kasian dia ndak bisa tidur tahan sakit. Tuhan Yesus tolonglah,anakku. Jangan bikin dia sakit gigi lagi. Saya tidak bisa liat dia sakit."

Lalu beliau masuk ke kamar dan membelai kepala saya. "Masih sakit?"
Saya mengangguk. "Sakit,pa. Tapi ditahan ajalah sampe besok kembali kesana."
"Besok papa yang temani nona ya, biar papa marahin drgnya! Jangan2 dokternya ga kompeten kali. Baru praktek kali"
Saya tertawa mendengar papa ngomel.
"Kaka jangan ketawa, papa takut kalo terjadi sesuatu,non."
Papa memeluk saya dan kita berdua terlelap hingga besok. See? Pelukan papa itu obat! Obat paling mujarab.

Hari ini, pulang dari drg... Papa ngga ada.

Saya duduk diam di ruang TV.

"Ko udah ga bisa cengeng lagi kan?" Ucap eset tiba2
"Karna yang biasanya manjain ko udah ga ada. Kalo papa ada, sa yakin ko bakalan mengadu ke papa. Sampe papa panik. Padahal mungkin ga sesakit itu."
Saya tertawa mendengarnya.

Ya iyalah kalo papa ada, sa bakalan "banyak tingkah" kalo amor bilang. Sakit inilah, mau begitulah, minta makan inilah. Dan papa? Beliau akan menyediakan semuanya untuk saya. Hahahahahahahahahahahaha...

Pa, hari ini saya cabut gigi, sakit? Lumayan. Tapi ngga apa2 kok. Saya ngga bisa lagi "manja" dan "minta perhatian" karna papa ndak disini. Mama,amor,eset akan sebel melihat tingkah saya. Hanya papa yang membela saya.

Kalo saya ngeluh ke mama, pasti "udahlah,kak. Jangan cengeng. Kayak masih anak kecil aja. Minum obatnya lalu istirahat ajalah."
Dan papa tau, amor si kampret itu, ketika saya pulang, dia tertawa. "Yaaaak... Kita liat, dia menahan sakit sodara-sodara. Sekarang Nokenya sudah tidur, tidak ada lagi yang bujuk2in dia kalo sakit. Dan bisa disuruh ini itu"
Lalu mereka menirukan "gaya" saya yang manja untuk papa. (*Bangkeeee bener kan,pa? Gimana ya kita bisa jadi saudara???)

Hahahahahahahahahahhahahahahahaha...

Pa, coba liat, mereka ketawain saya,pa.

Itulah,papanya saya. Dia selalu memaklumkan segala hal tentang saya. Kemanjaan saya. Kekeras kepala saya. Keegoisan saya. Semua hal tentang saya, papa selalu mengerti.

Bahkan, kalo dulu saya ke drg dan papa lagi dikantor, beliau akan nelpon mama tiap jam, untuk tanya "gimana kabar anak perempuan? Giginya masih sakit" TIAP JAM!!!! Sampe mama berasak diteror. Hahahahahahahahaha...

Didalam rumah ini, papa selalu menjaga kita. Beliau ketakutan saat salah satu dari kita sakit atau terluka. Papa selalu bilang "kalian mahkota papa, dan untuk kalian, papa akan berjuang sampai mati."

Dan begitulah Noke, beliau memperlakukan kami seperti menjaga biji matanya.

Pa, sakitnya dikit kok. Cuman, nyut2an ituloh....
"Yaudahlah ya,kak. Coba tidur aja." eset

Benyada Remals "dyzcabz"

Saat2 seperti ini, biasanya saya akan menelpon papa dan melaporkan bahwa sudah cabut gigi. Papa akan pulang dengan membeli banyak makanan. (*Padahal baru cabut gigi loh) udah kayak mau pengucapan syukur hahahahahahahah...

Lalu, papa akan tidur disamping saya, membelai kepala saya hingga sakit itu berkurang dan saya tidur dengan lelap.

Tapi hari ini, saya belajar menahannya sendiri. Tanpa papa. Memang begitulah seharusnya, iyakan pa? Saya tidak bisa lagi manja dan ngerepotin papa lagi.

Ketika obat tidak bisa mengurangi sakit, seharusnya pelukan papa bisa meredamnya.

Seharusnya papa (*masih) ada disini...

(*Yesus, plis... Ini yang terakhir, janji ga makan coklat kebanyakan lagi. Janji rajin sikat gigi sebelum tidur deh. Janji.) #fingercross

Komentar

  1. Sekarang saya ngerti mengapa kamu begitu amat sangat rindu papa kamu.... Ternyata kedekatan kalian sangat keterlaluan ....Dan saat rindu itu datang... rasanya pasti sakit...sakit banget... Tapi perlahan lahan kamu akan terbiasa...segala sesuatu tanpa papa kamu. Ulang tahun pertama tanpa papa kamu pasti sangat sedih dan membuat kamu malas merayakannya... begitu juga natal pertama buat kalian ber4. Mungkin ada paduan tangis (seperti Amor bilang) diantara kalian... Siapa yang bisa menahan kesedihan itu...
    Menulis ini aja mata saya udah berkaca kaca... apalagi kalian...
    Tapi saya bersyukur...ditengah rasa kehilangan yang hebat yang belum bisa pergi dari kamu... kamu tetap dapat beraktivitas dengan baik.
    Di gereja saya baru saja ada vikaris yang dititipkan sinode ke KMJ saya untuk diteguhkan 25 November nanti. Dia seorang perempuan. Kenapa dititip? Karena mentornya mengembalikan dia ke sinode. Kenapa? Karena setahun yang lalu saat dia baru menjalani vikariat tahun kedua... Mamanya meninggal mendadak. Dia shock sampe seperti orang linglung...dan mentornya gak mau ngerti. Sabtu kemarin saat dia mengadakan pengucapan syukur setahun mamanya... Dia mengatakan saat mamanya "pergi" dia merasa "kekuatannya hilang"...
    Tapi kamu beda. Kamu anak yang kuat... Aktivitas kamu tidak terganggu sama sekali walaupun kamu melakukannya dengan air mata kerinduan karena kebiasaan papa kamu terhadap kamu terlalu banyak. Itu wajar dan semuanya akan menjadi terbiasa... hanya saja untuk kamu... membutuhkan waktu yang lebih lama dari orang lain.
    Saya juga paling malas ke dokter gigi. Malas... bukan takut. Saya ngga kuat tahan ngilu kalo lagi di bor. Makanya saya ngga pernah ke dokter gigi walaupun gigi depan saya ada yang bolong dan kalo ke drg pasti di bor. Untuk menghindarinya... Saya rajin sikat gigi terutama malam sebelum tidur. Pokoknya kalo tidur malam...jangan ada yang manis manis nempel di gigi deh... Bahaya...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...