Sebenernya
sudah lama saya ingin menuliskan ini, sangat lama.
Tentang
keluhan yang selalu terjadi pada beberapa orang yang saya temui tanpa sengaja.
Benar-benar tanpa sengaja.
Saya menemui mereka ketika saya ikut reat-reat PT
digereja mama. Reat-ret katekisasi. Dan beberapa acara lainnya. Keluhannya
sama, "saya memiliki ayah yang tidak bisa diajak bicara.", "papa
diktator", "dengan papa bawaannya berantem terus","lebih
enak diwarnet karna dirumah rasanya neraka"
Saya tau,
karna mama selalu mendiskusikan hal tersebut dengan kita. Atau kadang mama mendiskusikannya dirumah dengan
beberapa majelis jemaat.
Kamu dan
saya, tidak bisa memilih pada ayah yang
bagaimana kita diletakkan. Atau pada keluarga yang seperti apa kita dititipkan.
Semuanya adalah hak mutlak dari yang memiliki hidup.
Ada yang
memiliki ayah yang kasar, tempramen, keras. Ada
juga yang memiliki ayah yang cuek, tidak
peduli, egois. Ada yang memiliki ayah pengertian,
sabar dan mengalah. Ada juga yang dikaruniai ayah yang tegas, disiplin dan diktator.
Saya, memiliki ayah yang tegas, keras, disiplin dan
diktator (*pada masa itu). Namun, beliau juga pengertian, mengalah dan mendidik
dengan tangan besi. Taukan artinya tangan besi?
Tapi bokap
lo yang selalu lo ceritain itu asik nyed. Dia bisa jadi teman bercerita. Dia
bisa jadi tempat ngadu, seengakknya pulang
kerumah ga ribut mulu.
Haahahahhahahhahahhahahaa...
Setiap rumah
menghadapi pergumulannya sendiri. Karna setiap
keluarga menghadapi dan mengukir ceritanya masing-masing.
Nih, saya kasih tau ya... Siapa yang bilang NOKE
tidak menyebalkan? Hubungan NOKE dengan anak-anaknya mengalami pasang
surut yang melelahkan untuk dijabarkan. Siapa yang bilang, saya tidak pernah
memaki papa? Saya tidak pernah berteriak dengan nada memekakkan telinga untuk
papa. Siapa yang bilang, amor tidak pernah
bersitegang dengan papa? Atau eset selalu ikut maunya papa?
Saya sama seperti kalian dengan jiwa dan
ke"aku"an masa muda yang meledak-ledak, kami pernah bersitegang
dengan papa. Diusir keluar rumah, pernah! Dikatai habis-habisan pernah. Ditarik
semua fasilitas apalagi. Kami mengalami itu, semua yang kalian alami kami sudah
lulus! Bila kalian mengenal NOKE dan tau bagaimana GRUMPYnya beliau. Serta keperfeksionisan beliau dan
diktatornya, kalian akan bergumam "KOK LO BETAH PUNYA AYAH KAYAK DIA?
KAYAK MONSTER!"
Lo pernah
ditampar? Pernah. Dipukul pake rotan, ikat pinggang, sapu, pernah. Kita sudah
melewati itu. Dimaki didepan umum, dibentak dengan nada kasar, sudah kebal.
Diusir dari rumah? Yaelah, itu mah ga usah
ditanya. Semua hal yang kamu teriakkan dan jengkelkan, sudah saya lewati. Saya pernah ditampar
didepan teman-teman sekolah, saya pernah dimaki, diteriakkin didepan umum. Saya
pernah beradu debat dengan papa, didepan banyak orang. Disiram pake teh panas,
sudah. Dilempar sama kopi panas, sudah. Dikurung didalam gudang, karena penakut
sudah! Coba tanya eset yang tidur digudang
sampe jam 5 pagi. Lalu kalian yang kadar "amukan" ayahnya
dalam batas standar, ngeluh? Marah?
Sekali lagi,
saya sudah lulus semua ini. Saya sudah sampai pada tahap mengerti kenapa papa buat itu. Waktu kecil
hingga remaja, saya sama seperti kalian. Saya, amor dan eset adalah jiwa2 muda
yang mencari "mau jadi apa gue", pemberontak. Kalian bisa bayangkan, kalo punya papa sekeras NOKE dan kita menjadi
pemberontak, berarti sekeras apa kita? Hahhahhahahahaaa.... Kalo kamu
hidup dengan kita, dimasa-masa kecil kita, kamu
akan paham bahwa NOKE itu MONSTER!
Lalu kenapa
lo ga benci dia? Kenapa kalian akrab?
Karna saya memaknai didikan papa dengan cara yang
berbeda. Saya tidak menanamkan kebencian yang meledak-ledak. Saya justru
memahami dari sudut pandang papa. Kenapa papa melakukan itu. Apa tujuan
papa melakukan itu. Sehebat apapun saya
dididik, entah dengan ketegasan, maupun bentakan serta pukulan, saya selalu
tahu papa saya tidak akan membunuh saya, NOKE sedang mendidik saya. Saya
anaknya, selamanya akan begitu. Dia tidak
melahirkan saya, untuk kemudian menghancurkan saya. Dia memiliki maksud
yang jauh lebih hebat dari itu. Salah satunya
dengan didikan super duper keras!
Ketika saya
mengatakan, saya sudah selesai dengan masa-masa itu. Artinya saya benar-benar mengenal ayah saya dengan begitu baik.
Seiring berjalannya waktu, noke menjadi sosok
yang bersahabat. Saya kasih tau ya, NOKE itu sehabis marahnya reda, dia
akan mengajak kita jalan. Dan disitu, dia akan menjelaskan kenapa dia marah.
Dimana salah kita. Dia membuka wawasan kita.
Setelah itu, dia akan menyuruh kita berbicata tentang pendapat kita. Dia akan
menerima, saat kita marah, benci tentang kelakuannya. Dia akan meminta
maaf dengan caranya.
Mungkin yang jadi pembeda kita, adalah Nokenya saya,
selalu membuka diskusi dengan kita. Beliau selalu menyempatkan waktu untuk
sekedar bertanya tentang hari ini. Sekeras apapun beliau mendidik kita, waktu
keluarga selalu ada untuk kita. Ketika beliau pulang jam 2 malam, dan kita
belum tidur. Beliau akan mengajak kita sekedar makan kentang goreng di MC
donald, atau denger musik di SKY DINING. Atau sekedar cari es puter
malam-malam. Atau cuman asal jalan aja. Dan disitulah, beliau menasehati kita
satu persatu. Noke akan selalu mengikuti kabarmu dari Sinsi. Dia mengijinkan
kita KOS, tapi tidak pernah melepaskan kita sendiri. Ada kalanya tiba-tiba
datang ke kosan, untuk ngasih uang jajan tambahan. Ada waktunya, tiba-tiba
datang dan ajak makan. Noke selalu punya cara, seperti yang saya bilang. Noke
punya feeling yang kuat untuk kita. Beliau bisa tau, kita sedang susah atau
lagi sibuk skripsi. Beliau bisa memahami apa kesusahan kita.
Saya
menuliskan ini, bukan untuk membandingkan ayah kalian dan Noke-nya saya, tapi agar kalian memahami bahwa ayah kalian tidak
selalu sejahat apa yang kamu pikirkan. Dia harus menjadi kuat dan tegar
menghadapi hidup, untuk kalian. Mendidik kalian dengan keras dan tegas,
salah satunya. Jadi jangan cepet mutusin untuk
pergi dan membenci ayah, hanya karena perkataan kasar dan kerasnya. Hanya
karena perbedaan pendapat kalian. Hanya karena "sulit" untuk
menemukan arah sejalan dengan ayah.
Pengalaman
saya mengajarkan, anak selamanya anak! Bila
orangtua marah, lalu kita lari menjauh, segalanya tidak akan membaik. Namun
kalau kita sebagai anak, menempatkan ego kita satu tingkat lebih rendah, selalu
ada jalan untuk kembali pulang.
Saya dan
Noke begitu, ketika beliau mengusir saya dari rumah, saya keluar. Setelah emosi
saya reda, saya menilai dari sisinya dan
akhirnya saya mengalah. Saya pulang dan menemukan semuanya biasa. Noke selalu mengalah untuk saya. Selalu. Sekali
kali mengalah untuknya, bukan sebuah masalah besar. Pengertian dan
pengalaman kita, sebagai anak, belum ada apa-apanya dibandingkan mereka.
Ketika dulu,
saya ngekos, saya protes pada mama, tapi saya
tidak bilang pada NOKE. Tiba-tiba suatu malam, saat habis beli makan,
NOKE datang. Saya menyambutnya didepan pagar kosan. NOKE bertanya tentang
kegiatan saya dihari itu. Akhirnya kami makan direstoran dekat situ.
"Anak papa ada 3. selain kaka, amor dan eset juga
harus berhasil. Papa minta tolong kaka mengerti. Kosan itu bukan satu-satunya
penentu kaka berhasil. Kaka harus bersyukur karena sekarang segala hal mudah
untuk kalian. Dulu, waktu papa kuliah. Papa dapat beasiswa GKI, dan kerjaan
sampingan papa itu jadi kuli. Tukang buat taman. Tukang dekor gereja. Papa
kerja apa aja supaya tetap bisa kuliah. Kaka kan ngga, papa ngga mau kalian
susah. Apa susahnya bertahan di kosan itu. Toh tempat itu layak. Hm?"
Dan saya
terdiam. Saya tidak membantahnya. Iya, apa yang
saya ributkan? Dasar bodoh. Papa menyediakan semuanya. Hanya karena kosan itu
kecil, sempit dan "terlihat" tidak nyaman buat saya, bukan artinya
saya akan menyerahkan? Dan saya menyamankan diri saya selama 6 tahun
disana. Ketika teman-teman saya pindah kosan, saya
tetap disana. Ketika mereka berkumpul pada kosan yang sama, saya tetap disana. Hingga ketika saya keluar
dari kosan itu, IBU PUTRI yang punya kosan, menangis dan memeluk saya. Saya keluar sebagai seorang dokter dari kosan yang
awalnya tidak saya inginkan.
Salah satu
sepupu saya, MIZ, dia selalu mengeluh tentang
papanya pada kita ber3. papanya pelit, cerewet, banyak aturan, dan sebagainya. Dan
dia selalu memuji PAPA NOKE. Papa Noke itu yang
terbaik. Papa Noke boleh tidak pelit. Gini ya, yang kamu liat itu bagian luar papa NOKE. Bagian yang tidak kamu
temukan, ketika beliau membentuk karakter kami. Memang PAPA NOKE baik,
ga pelit. Dia memberikan apa yang kita minta. Tapi
bukan karena itu lantas menjadikan papamu menjadi sangat minus kan?
Setiap ayah,
memiliki gaya dan cara mendidik yang unik. Cara
yang tidak bisa kamu dan saya duga. Namun pada akhirnya kita nikmati hikmahnya.
Saran saya, jangan cepat menyimpulkan apa yang tidak kamu suka
dari ayahmu. Tidak mungkin ayah membenci darah dagingnya sendiri. Cari waktu
yang baik, temukan topik yang tepat, turunkan egomu, dan berskaplah dewasa. Karena
begitulah, saya dibesarkan. Untuk bisa duduk
dan beragumen dengan NOKE, saya harus "setara" dengan DIA. NOKE tidak
akan terima argumen yang tidak logic apalagi opini bodh anak ingusan! Beliau
mendidik kami, untuk tau caranya berdebat
dengan imbang. Bukan dengan heartsional tapi dengan rasional seorang
profesional.
Tapi lo
enak, bapak lo manjain lo banget! Dia mengalah buat lo.
Bukankah sudah saya bilang, untuk sampai pada tahap
itu. Saya, amor dan eset melewati perjalanan dan cerita yang panjang? Benar,
NOKE sangat memanjakan maunya kami. Tapi disisi lain, dia menuntut sesuatu yang
besar dari kami. PENDIDIKAN dan GELAR harus tertera pada nama kami. NOKE tidak memberikan segala halnya secara gratis.
Bahkan ketika nilai kami jelek, dia tidak segan untuk memberi kami makan nasi,
garam dan kerupuk. Yang kamu liat, hanyalah hal yang tidak kamu temukan
pada sosok ayahmu. Yang kamu tidak lihat,
memiliki ayah seperti NOKE, membuat jantungmu butuh cadangan lain untuk
persiapan. Akan ada kejutan pada setiap cerita dengan NOKE.
Sampai saat
ini, saya tidak pernah mengagumi sosok lain,
diluar rumah saya. NOKE dan SINSI adalah figur yang selamanya menjadi role
model saya. Saya menemukan bagaimana caranya mengatasi masalah dalam
hidup, dengan cara NOKE mendidik. Saya
mengerti bagaimana mengucap syukur atas segala pahit dan manis cerita hidup, dengan kelemah lembutan SINSI mengajar.
Talkaktive
daddy.
Noke. Bila saya bisa meminjam pintu ajaibnya doraemon, saya
ingin kembali dimasa kecil saya. Dimana noke hanya milik saya. Bukan untuk
mengubahnya. Bukan untuk memperbaikinya.
Hanya ingin, berterima kasih, karena Noke sudah
melakukan banyak hal didalam hidup kami. Dan mengatakan secara langsung, saya
mencintainya.
Saya tidak pernah mengatakan hal-hal sentimentil ini
pada Noke. Terima kasih. Maaf. I love you. I miss you. Saya selalu
membahasakannya dengan bahasa lain, "pa, belom makan nih, laper",
"papa udah makan? Jangan sakit ya." "Pa, saya ngga bisa pulang
cepet. Tapi nanti pulangnya mau dibawain apa?". "Ini buat papa, warna
kesukaan papa."
Jangan mengutuki didikan ayahmu, jangan membenci
tanpa penjelasan yang baik, jangan lari dari pelukannya hanya karena tidak
menemukan "cara" berbicara yang baik. Jangan sia-siakan waktumu
dengannya hanya karena egomu dan amarahnya.
Kamu adalah bagian dari hidupnya. Kamu adalah darah
dagingnya. Kamu adalah wujud mimpi dan doa-doanya. Kamu adalah anugrah Tuhan
yang diperjuangkan olehNya. Kamu bukan membencinya, kamu hanya belum
mengenalnya dengan baik.
Bila NOKE yang sekeras itu saja, bisa menjadi sahabat
saya, kamu juga bisa mendapatkan itu dari ayahmu.
Tidak ada ayah yang akan menyakiti darah dagingnya
sendiri, bila dia tau bahwa anak adalah pemberian. Tidak semua orang
dianugrahkan "predikat" seorang ayah.
Jangan sia-siakan waktu, hingga semesta menjemputnya
dengan tiba-tiba lalu airmata menjadi cerita penyesalan yang tidak bertepi.
Semesta punya waktu untuk setiap orang, waktunya datang bagai pencuri. Tidak
ada yang bisa menebak.
Sebelum waktunya mengetuk rumahmu, menjemputnya
mereka yang kamu cintai, lembutkanlah hatimu, temukanlah caranya, bicaralah
dengan baik untuknya. Tidak ada ayah yang akan mengusir anaknya yang meminta
maaf. Marahnya papa, bukan hanya teriakkan dan umpatan, namun bahasanya adalah
kecewa bahwa mungkin saja kamu tidak menjadi apa yang dia harapkan.
Ayah selalu menginginkan anaknya menjadi jauh lebih
hebat diatas dia. Hingga kadang dia lupa, bahwa anak memiliki mimpinya sendiri. Memiliki ceritanya sendiri.
Menjadi hebat versi ayah, bukan berarti harus mengikuti "jalan" yang
ayah mau. Iyakan?
Karena itu, jangan menghindar dan menemukan
"cara" lain diluar rumahmu. Hadapi ayahmu dan berbicaralah dengan
bahasa yang baik. Bahkan harimau saja, tidak akan membunuh anaknya. Perbedaan
pendapat tidak akan mematikan komunikasi. Namun ego yang mengental, marah yang
menguap, kecewa yang dialami, mematikan keinginan kita untuk melihat situasi
dari sudut pandang yang berbeda.
Hmmmm....
Dulu, ketika
saya dan papa berbeda pendapat. Saya akan selalu meninggikan suara saya.
Membentak dan berbicara dengan nada kasar yang menjengkelkan. Saya selalu merasa papa sok tau, saya dokter dan papa
tidak berkerja dibidang ini. Gregetan ya?
Tapi lambat
laun, saya sadar. Saya dokter, tapi Noke adalah
papanya dokter. Hahahhahahahahahaahaa... Jadi dia jauh lebih berpengalaman diatas saya. Sehingga,
saya mengubah cara saya menghadapi papa. Ini serius loh. Saya akan mendengarkan
papa. Dan "menjatuhkan" ego-nya (*sebagai manusia serba tau), tepat pada titik dimana papa tidak menguasai bidang
itu. Saat papa mendengarkan saya, saya akan melanjutkan itu menjadi
sebuah percakapan sederhana tentang apa maunya saya. Bagaimana pendapat saya
tentang apa saja. Saya akan mengeluarkan unek-unek saya dengan cara yang baik, supaya papa tau.
Dan
komunikasi itu berjalan dua arah. Papa mendengarkan. Saya berbicara. Papa
menasehati, saya mencerna bukan lagi mencecar. Didalam
nasehat orang tua, ada suara Tuhan disana. Kamu boleh tidak
mendengarkannya, tapi ada baiknya kamu mempertimbangkannya dengan benar.
Berkata
tidak bukan sebuah dosa!
Saya bukan
orang psikolog, tapi dari pengalaman saya, ego
muda kita dan pandangan kolot orang tua (*bahwa kamu anak, kamu harus dengar) adalah
penghalang terbaik dan termanjur untuk mengembalikan situasi yang baik. Apalagi kalo kamu meminta pendapat dari orang yang memang tidak pernah
menghargai dan hormat pada orang tuanya. Kelar hidup lo. Lo bakalan kenalan
sama narkoba.
Apa yang
menyebabkan narkoba menjadi kambing hitam pada setiap anak broken home? Karena narkoba ngga bicara banyak, dia nenangin.
Jangan
datang pada orang yang salah, bila dirumahmu sudah ada orang tua. Jangan datang
pada tempat yang salah, bila kamu pergi diluar rumah. Hati-hatilah bergaul dan
bercerita pada orang lain. Sebab tidak semua
orang benar-benar peduli tentangmu.
Ini klasik
sih ya...
Tapi, percaya deh, setiap kali kita ber3 berada
diluar rumah. Orang yang paling khawatir itu NOKE! Dia akan menunggu kita
pulang, membuka pagar dan menemani kita sampai masuk rumah. Dia akan terbangun
dan mengecek, sudah jam berapa, kenapa amor belum pulang? Kenapa kaka lama
banget? Kenapa eset masih main?
Papa, ayah,
appa, abi, apapun panggilan kita untuk mereka. Mereka
bukan manusia sempurna. Namun dalam segala keterbatasannya sebagai seorang
ayah, beliau layak dihargai dan dihormati.
Bersyukurlah
bila kamu masih memilikinya.
Benyada
Remals "dyzcabz"
Oh, satu
lagi, anak selamanya anak. Kamu harus ingat
itu. Sehebat apapun kamu, seberhasil apapun kamu, didalam rumah, kamu adalah
anak. Tidak ada pangkat apapun didunia ini yang bisa membalikkan kedudukanmu.
Kamu lahir dari orang tuamu. Karena itu, hormatilah orang tuamu, agar lanjut
umurmu ditanah yang kujanjikan. Ada amin?
Komentar
Posting Komentar