Langsung ke konten utama

Tentang Noke #31 (*Pendeta yang memberkati anak-anak)


 02.15

Saya iseng membuka facebook papa. Sudah lama saya tidak melihatnya. Sekedar mengetahui berapa banyak
Tulisan dan renungan2 di facebook di like, share, atau apalah. Percaya deh, saya selalu kaget, menemukan bahwa
Sampai hari ini, masih ada loh yang inbox papa.

Toh orangnya sudah ndak ada, bapak2 dan ibu2.
Saya tidak melarang, hanya saja terasa mubazir bagi saya.

Dan memang bener, ada aja gitu yang ngirimin inbox. Entah mereka sadar atau ngga bahwa yang punya ini sudah
Tidur nyenyak. Kadang sebagian saya buka, kadang saya abaikan.

Namun ada inbox, dari seorang ibu, ga perlu lah ya saya sebutin namanya siapa.
Dia mengabarkan papa, tentang anak yang dulu sering papa berkati tiap kali ibadah minggu,
Dia sudah lulus kuliah S1 dan sekarang sedang bersiap-siap untuk berangkat ke California dapat tawaran kerja disana.
Teknik Informatika.

Saya cukup terkejut mendapat inbox ini,
Papa tau, apa yang ibu itu bilang?
Anak itu ingin melaporkan pada pak pendeta yang selalu memberkatinya didepan pintu gereja itu,
Bahwa cita-citanya terkabul. Dia ingin kerja di luar negeri.
Dia meminta dan mendesak ibunya untuk meng-inboxkan berita ini pada pak pendeta itu.
Sekalipun dia tau, bahwa pak pendeta itu sudah jadi abu,pa.
Dan dia berterima kasih, untuk pelayanan papa selama ini.
Doa papa dan berkat papa yang selalu papa ucapkan untuk dia.

Yesus benar-benar memakai papa. Setidaknya itu yang selalu saya lihat pada setiap pelayanan papa.

Papa terkenal dengan PENDETA YANG MEMBERKATI ANAK-ANAK KECIL setiap salaman selesai IBADAH HARI MINGGU. Entah berapa puluh orang tua yang berjejer dan mengantri untuk harus anaknya di"tumpangkan tangannya" pak pendeta. Selalu begitu, dari saya kecil. Kebiasaan itu tidak pernah berubah. Sekalipun beliau lelah dan akhirnya harus duduk sambil salaman, beliau tetap akan melakukan itu.

Pa, mungkin saya harus menyampaikannya, inbox itu. Dia ingin papa mendengarnya. Walaupun mungkin saja, YESUS pasti sudah memberi tahu papa. Cita-citanya sudah dijawab dengan tepat oleh Yesus. Berkat yang senantiasa diberi tidak bias dengan sia-sia. Yesus memberkatinya,pa.

Setelah membaca inbox itu, saya melihat foto-foto papa. Dan memang, ada foto itu. Foto papa sedang memberkati anak-anak dipintu gereja itu. I miss you,Nok.

Ketika masih di GPIB Kasih Karunia Medan, setiap kali ibadah minggu dan papa yang pimpin, orang tua yang kebetulan anaknya ikut ibadah minggu ataupun habis sekolah minggu, akan selalu mengambil barisan rapih. Menunggu berkat dipintu. Sebenernya bukan hanya anak-anak ya, oma, opa juga. Atau orang sakit yang beribadah pun akan papa berkati. Cuman anak-anak yang dibawa ke papa itu, selalu punya cerita.

Kalo udah gitu, antriannya pasti panjang banget. Saya, amor dan eset kadang kita mengalah mundur kebarisan belakang. Tooh, kita akan bertemu dirumah kan? Toh itu papanya saya. Hahahahhahahaaa...
Dan kadang, kita bertiga akan tertawa melihat orang tua yang memaksa anaknya wajib untuk diberkati papa. Wakkakakakkakakakaaa... Ada loh, yang sampe dikejar ke halaman karena anaknya takut. Tapi ada juga yang senang. Ada yang langsung antri dengan orang tuanya.

Papa menyukai anak-anak. Dari dulu begitu. Setiap kali ada anak sekolah minggu, beliau pasti ngeluarin dompetnya "ini buat jajan ya?" atau "Ini bagi sama rata ya buat beli sugus". Beliau tidak pernah menutup dompetnya untuk siapapun. Tidak pernah. Begitu juga ketika bertemu dengan anak-anak pendeta. "heeei, bapakmu si ******* nih ambil buat jajan besok", atau "Nih, oom noke kasih ya, besok jangan minta lagi sama mamamu", pasti begini. Apalagi kalo kita ke sinode dan ada anak-anaknya pendeta yang masih kecil. Pasti papa jajanin mereka. Entah beli permen, coklat, pulpi, choki-choki, lengkap. Makanya, ketika papa meninggal kemaren, ada seorang anak pendeta umurnya 7 tahun, dia duduk dengan kita dipinggir peti papa, lalu bilang "Opa ini suka beliin kacang sama permen." Kita menoleh dan tersenyum.

Padahal untuk kita, papa melarang dan marah kalo ada orang lain kasih sesuatu ke kita. Atau kita meminta sesuatu dari orang lain. Papa suka memberi. Namun, beliau tidak suka menerima. Iya, selalu begitu.

Pa, mereka rindu dengar khotbahnya. Beberapa yang inbox bilang begitu. Mereka itu bukan hanya jemaat PETRA. Tapi jemaat2 yang ada disekitar wilayah PETRA, ada yang dari HKBP, ada yang dari ZEBAOTH, ada yang dari BOJONG GEDE. Oh, ada yang dari gereja katolik,pa. Dia bilang dia kehilangan teman diskusi selepas gereja,pa. Dia kehilangan figur yang mengajar disetiap khotbah. Mereka kehilangan pendeta yang khotbahnya berapi-api. Mereka kehilangan pendeta yang bernyanyi dalam  khotbahnya. Yang bisa melawak dengan cara yang kocak. Mereka bilang mereka kehilangan kata" ya udah, sudah selesai. Sudah habis. Mau apa lagi? Organis...main lagu sudah. Khotbahnya sudah selesai." pendeta tanpa amin,pa... Kata mereka.

Memasuki 6 bulan, saya penghitung waktu yang baik ya,pa? Tapi papa masih diingat. Ketika kemaren, kita bertemu dengan jemaat PETRA, mereka memeluk mama. Bagi mereka, bertemu mama mengobati rindu untuk papa. Mereka berkeluh kesah,pa. Tapi, bukankah tidak baik membandingkan? Tidak ada yang seperti papa. Iyakan? Lagipula, standar yang papa buat untuk mereka sudah terlalu tinggi, untuk dilewati bahkan untuk disejajari,pa? Seharusnya mereka bisa memahami itu dengan baik. Benerkan pa? Mengharapkan pengganti papa, harus sama dengan papa, bahkan melebihi papa, adalah sesuatu hal yang sulit. Kenapa? Karena tiap pendeta memiliki kemampuan dan "cara" yang berbeda. Dan, bagi saya, Noke, terlalu tinggi untuk ditetapkan menjadi sebuah standar. Mungkin, setiap orang harus diberikan waktu untuk mengenali medan. Beliau akan bertumbuh dan bergumul disitu dengan caranya. Tidak harus mengikuti caranya Noke. Karna tidak akan ada yang bisa. Iyakan pa?

Papa ingat, kata pertamanya papa ketika kata sambutan di PETRA? "MAU BANGUN GEREJA atau MAU MENCURI?" hahahahhahahahaa... Dan saya pikir, tidak ada yang bisa mengatakan itu dengan lugas dan frontal seperti papa. Papa membuktikan itu. Bukan hanya teriakan kosong,pa. Sekarang mereka memiliki gedung, dan fasilitas lain. Kemudian papa pergi. Tapi cerita mereka tidak selesaikan pa? Masih banyak yang harus digumuli disana. Masih banyak rencana-rencana yang papa bilang tentang mereka. Iyakan?

Ketika pulang dan kita bercerita di mobil. Kita sependapat,pa. Bahwa menggangtikan orang yang luar biasa itu, butuh waktu. Butuh waktu untuk mendekatkan diri dengan jemaat. Butuh waktu untuk menyusun kembali. Jemaat itu masih berduka, mereka kehilangan orang yang penting disana. Orang yang selalu mengayomi mereka. Papa tau, saat hari 2 papa meninggal, seorang ibu datang dan menangis pada amor. Dia bilang papa seharusnya kuat, papa tidak boleh meinggal. Karena setelah suaminya pergi dan anaknya dilecehkan, papalah yang berdiri untuk menguatkannya. Papalah yang berdiri dan membelanya. Papalah, orang yang menopangnya dengan doa,pa. Sama seperti saat saya menerima tamu yang datang diatas, seorang janda menangis dan berlutut,pa. Dia menangis lebih banyak dari saya,pa. Sampai ada seorang ibu yang memeluknya. Saya tidak tahu harus berkata apa. Bukan,pa. Saya tidak siap, bahwa ada orang lain yang bisa kehilangan papa, segitu hebatnya,pa. Ibu itu bilang papa selalu datang dan makan dirumahnya. Bahkan ketika rumahnya jauh dan masuk gang2, papa tidak menolak. Papa menerima apa yang beliau sediakan diatas meja,pa. Ada juga seorang bapak, yang anaknya papa doakan. Ketika anaknya DSS dan sudah divonis dokter tidak bisa hidup. Papa datang tengah malam dan berdoa. Besoknya, anak itu masih bisa melihat hari esok,pa. Bapak itu menangis dipinggir peti papa. Dia berterima kasih,pa. Dan saya? Saya hanya mengangguk. Saya tidak bisa berkata apapun. Ada lagi orang yang papa ajar, hingga akhirnya menerima Yesus pa. Dia sekarang kerja di kapal. Ketika dia mendengar papa meninggal, dia sangat terpukul. Karena dia bilang dia sudah bernazar ketika menerima gajinya, dia ingin membawanya untuk papa lihat. Bahwa dia sudah bertobat dan memiliki hidup yang baik. Nyatanya yang dia temui hanyalah raga tanpa nyawa papa. Dia berdiri dan memberi hormat,pa. Dia menangis dalam diam,pa. Dia memeluk saya dan berucap "papa kamu orang hebat". Saya kaku didalam peluknya, karena untuk pelayanan-pelayanan ini, papa mengorbankan begitu banyak hal papa. Oh iya, papa tau Om Beril? Pdt Berilos Panggabean? Beliau bercerita tentang seorang pemudi yang meminta papa mengajarkannya ajaran Yesus, tapi papa memintanya untuk mencari gereja terdekat saja, karena kondisi papa yang sedang sakit. Dia akhirnya diajar di gerejanya Om Beril,pa. Dia sudah dibabtis dan disidi,pa. Tepat 1 minggu sebelum papa meinggal. Dia ingin menemui papa untuk mengatakan niatnya sudah tercapai, tapi sayangnya, papa bertemu Yesus lebih cepat daripada yang dia duga. Ada banyak ceritakan,pa? Sangat banyak,pa. Mau dibuatin novel aja? Hahahhahahahhaaa... Judulnya? NAMANYA NOKE! Keren ya? (*papa : stop buat yang aneh2 yedijah!) wakakakkakakakakakakakkaa....

Papa tau, anak-anak Panya papa? Mereka datang dan membawa bunga untuk papa. Sebagian dari mereka menyanyi disamping peti papa dan menangis disana. Pendeta yang selalu kasih kita uang jajan. Pendeta yang selalu beliin permen. Pendeta yang selalu becanda dengan anak-anak. Pendeta yang suka gendong kita.

Inboxnya masih banyak,pa. Saya hanya buka beberapa. Entah untuk apa mereka mengirimnya. Mungkin untuk saya bacakan didepan papa? Oh sorry, abu papa. Saya mulai gila ya,pa? Hahahhahahahhahahahahaahaa...

Mereka hanya ingin papa tau. Jadi, Yesus bilang apa pa? Udah diceritainlah ya?

Kapan ya terakhir kali saya ikut papa pimpin ibadah minggu? Di GPIB FILADELFIA ya,pa?
Duduk dibarisan depan, (*aturannya noke), tidak banyak gerak dan cerita. Kalau sudah selesai berkat dan papa udah turun mimbar, siap-siap ke kursi ujung karena papa bakalan kasih kacamatanya ke kita. Ga tau kenapa, tapi itu ritual kita dengan papa. Papa seolah-olah mau nunjukin "nih ini anak saya", atau "ini keluarga saya". Papa selalu melakukan itu! Selalu! Jadinya, sehabis ibadah, semua jemaat akan menyalami kita dan bertanya "anaknya pendeta ihalauw ya?", kalo amor mungkin ga perlu ditanya lagi ya? Udah keliatan.

Mendengar khotbah papa dan cara papa berkhotbah itu candu sebenernya. Kenapa? Karena tidak ada yang akan berkhotbah seperti itu. Ada jokesnya, ada sisi teologinya, ada ilmiahnya, ada nasehat, ada refleksi dalam kehidupan sehari-hari, ada nyanyinya, ada kerasnya, ada lembutnya daaaaaaan... Yang ga akan pernah berhenti saya kagumi itu adalah, cara papa menghafal ayat alkitab! Gilaaaak, titik komanya lengkap. Ayatnya lengkap. Sama sih kayak papa hafal Tata Gereja juga. Ya gitu, "coba liat di halaman bllaaa....blaa... Bab blablabla.... 1. sekian isinya tentang....bla....bla....bla...." Keren ya? Bokap gue tuh!

Setiap kali beliau habis pimpin dan beliau akan tanya "kalian ngerti ya, khotbahnya papa?" kalo kita jawab iya, beliau akan minta di"rangkum" dikit, biar beliau tau kita beneran tau. Kalo kita diam, beliau akan menjelaskan dengan detail lagi.

Ketika bapak ibumu pendeta, yakin deh, isi percakapan saat sarapan 90% tentang renungan. Bahan bacaan SBU. Tentang persiapan khotbah. Tentang kitab bla....bla....blaa.... Dan tentang ayat2. mereka bener-bener mengupas tuntas. Apalagi kalo beliau ahli dibidangnya! Selesai hidup lo. Pembahasan itu ga bakalan sebentar. Dan bagi papa, setiap waktu itu harus dipakai untuk mengajar dan belajar. Percaya deh, kalo ada pendeta yang datang ke rumah, cuman sekedar main doang, pulangnya pasti bawa catatan khotbah yang isinya penjelasan papa dan rangkuman papa tentang kitab apalah. Selalu begitu. Selalu.

Papa...
Disana ada yang papa berkati juga setiap ibadah minggu?
Anak-anak kecilnya?

Sama seperti mereka yang merindukan papa,
Saya juga.

Semoga suatu hari nanti, akan ada pendeta lain yang begitu.
Atau mungkin juga sudah ada.
Yang memberikan berkatnya pada anak-anak seusai ibadah minggu.
Yang khotbah tanpa kata "amin"

Bila suatu hari saya menemukannya,
Saya tau, mungkin saja, dia pernah mendengar papa berkhotbah.
Atau bisa saja, dia salah satu orang yang pernah papa berkati.
Selama yang saya tau, papa adalah trendsetter. Sejauh yang pahami, papa selalu punya ciri khas sendiri.

Terima kasih,pa. Telah menjadi alat Yesus untuk mengajarkan ajarannya dengan benar, dengan segala konsekuensinya, dengan pertaruhan nama baik. Terima kasih sudah menjadi teladan.

Selamanya hanya papa, pendeta terfavorite saya.

Papa boleh pergi dan berlalu, namun karya papa, pelayanan papa, selamanya hidup dihati jemaat yang papa layani. Papa pergi sebagai raga yang tidak lagi bernafas, namun karya layan papa selamanya abadi, tinggal tetap dan menyentuh hati banyak orang.

Mereka menyebutmu Pendeta Ari. Sebagian memanggilmu Bung Noke. Namun ada yang memanggilmu Pdt. Ihalauw.

Tapi aku, aku dianugrahi berkat tak ternilai oleh Yesus, untuk memanggilmu PAPA.

Dan selamanya, aku akan bersyukur tentang itu.

Benyada Remals "dyzcabz"


Komentar

  1. Itu yang saya maksud.. ..kenapa beliau adalah pendeta favorit saya. Ngga ada duanya sebab saya belum pernah ketemu pendeta lain yang pelayanan dan Khotbahnya seperti papa kamu. Itu makanya saat melayat saya sediiih banget ngga bisa dengar beliau khotbah lagi (seperti ada penyesalan krn beliau penyuka coca cola). Saya memang selalu ketagihan denger khotbah beliau karena beliau pengkhotbah yang komplit seperti yang kamu bilang dan kita jadi pintar sebab beliau selalu menggali ayat per ayat "dalam" banget. Saya sering loh... rela gereja 2x demi mendengar Khotbah papa kamu jam 9 lalu sorenya gereja lagi karena tugas. Jujur... rasanya rugi kalo melewatkan Khotbah beliau. Suatu saat Khotbah beliau mengena dengan persoalan saya dan Khotbahnya menguatkan saya (itu sering) lalu saat doa syafaat beliau nyanyi dulu "mampirlah dengar doaku Yesus penebus, orang lain Kau hampiri jangan jalan trus, Yesus Tuhan dengar doaku, orang lain Kau hampiri jangan jalan trus".... Air mata saya langsung meleleh... Seolah beliau tau masalah saya ....dan suasana saat itu hening... mungkin jemaat lain juga menangis seperti saya.... dikuatkan oleh khotbahnya dan tersentuh dengan doanya.
    Papa kamu sungguh sungguh hamba yang total melayani Tuhan. Saya terharu membacanya. Gak nyangka. Untuk GPIB beliau aset berharga satu satunya karena kecerdasannya dan untuk umat beliau pelayan yang tulus tanpa pamrih tidak seperti yang lain (matre). Oleh karena itu saya benci mereka yang hanya membahas kekurangan papa kamu seolah mereka suci tak bercela padahal mungkin mereka lebih parah. Dasar Munafik....saya juga benci dengan majelis Petra. Mereka jahat...muna... tidak semua sih.
    2 tahun terakhir saya ngga pernah lagi dengar khotbah beliau dan melihat apakah beliau sehat sehat aja.... (karena saya di jakarta) Makanya saat beliau meninggal kagetnya bukan main.... ada penyesalan yang dalam gak bisa dengar khotbahnya lagi. Kamu tau setiap kali membaca tulisanmu tentang pelayanan papa kamu... saya masih menangis...
    Saya sebagai orang lain aja rindu mendengar khotbahnya jadi saya mengerti betul kalo kamu dan mama kamu selalu rindu beliau.... Kalian memang beruntung menjadi 2 orang kesayangan pdt Ihalauw.... Saya iri...

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...