Pembalasan adalah Hak Tuhan.
Hari ini, saya mengantar mama ke Sinode. Menyerahkan surat tentang biaya pindah. Saya sebenernya paling malas ke Sinode. Entah kenapa, saya selalu enggan kesana. Apalagi saat papa masih ada, papa sangat sering meminta saya menemaninya. Tentu saja saya tolak. Saya malas dan muak melihat muka orang2 disana.
Saya juga tidak begitu peduli dengan mereka. Kenapa? Karena sejauh yang saya tau, papa selalu repot dengan mereka. Mereka yang duduk menjadi pimpinan, namun tidak mempunyai "otak". Mereka yang hanya duduk untuk sebuah "kekuasaan" tanpa ada perkembangan berarti. Lalu, sayup2 terdengar "bung noke, tolong ini dulu...", "Bung noke ngga lupa kan ada pertemuan di ancol?", "Bung, udah dimana nih? Kita udah kumpul semua. Kita tunggu ya."
Papa melakukannya untuk Yesus. Tapi, kadang saya pikir, "kemurahan hati" papa dimanfaatkan mereka untuk nama mereka, dimasa kepemimpinan mereka.
Kita bertemu dengan salah satu Pendeta yang juga anak didik papa. Beliau sakit sehingga sekarang dikaryakan sebagai karyawan sinode. Tidak lagi turun ke jemaat. Beliau bercerita tentang banyak hal dengan mama. Bagaimana rencana rekonsiliasi tentang 70 tahun GPIB, yang tidak lagi dipakai. Karna, mereka tidak tau bagaimana menjalankannya. Karna, yang punya ide sudah menjadi abu. Tentang beberapa pendeta yang bermasalah.
Sampai ketika beliau menyebut 1 nama. Nama seorang pendeta yang sampai kapanpun tidak akan saya lupa. Beliau orang yang dekat dengan papa. Mantan Majelis Sinode pada jaman dulu. Istrinya yang juga pendeta sedang bermasalah. Bahkan, katanya akan dipecat. Karna masalah moral. Sebutlah Pendeta ini, namanya Yudas.
Saya sangat membenci Yudas. Kenapa? Dia yang membuat papa dan kita harus terpuruk di jakarta 14 tahun yang lalu. Hanya karna papa "menggugat" penyelewengaan dana didalam jemaat yang papa tempati saat itu. Bahkan didalam gereja, masih ada politik kekuasaan. Politik uang.
Apa yang paling saya benci?
Ketika, saya dan mama pergi ke GPIB Markus untuk meminta pertimbangan beliau sebagai seorang pimpinan dikala itu. Saya tidak minta beliau berpihak pada papa. Atau membela papa. Saya hanya ingin beliau netral. Melihat masalahnya dengan benar.
Saya masih ingat dengan jelas, kisah sedih di malam itu. Pakaian apa yang beliau kenakan-pun masih sangat saya hafal, kemeja kotak2 biru coklat dengan celana bahan coklat. Kami duduk diruang tamunya. Istri dan anaknya sudah terlelap. Betapa terhinanya kita? Hanya demi menegakkan kebenaran Yesus didalam gereja ini, kita harus "mengemis" pengertian beliau.
"Noke itu pintar, cuman...itulah... Noke itu kacau" kalimat yang jelas sekali meluncur dari bibir atasnya yang separuh terlipat kedalam. Dan, demi apapun, saya membenci dia mulai dari hari itu, hingga hari dimana dia masih punya muka untuk datang dan melihat jenazah papa. Duduk dengan terhormat diatas sana, seolah dia layak untuk hadir.
Beberapa tahun kemudian, papa akhirnya ditempatkan di Penerbitan GPIB. Papa membawa kesuksesan yang sangat baik untuk penerbitan. Di masa kerjanya papa, surplus berlipat ganda masuk. Dan Pendeta Yudas ini sudah pensiun.
Suatu Suatu sore di Penerbitan GPIB.
Saya sedang duduk menunggu papa, kita mau pulang sama2 ke rumah.
Tiba2 pintu di ketuk, dan muncullah Si yudas. Salah satu Mantan Majelis Sinode GPIB. Saya menatap lurus kearahnya. Beliau tersenyum "cengangas-cengenges" sambil berbasa basi paling busuk yang pernah saya dengar. Papa menyuruh saya menyalami beliau. Saya bergeming. Saya menatap lurus kearahnya. Papa membentak saya. Saya masih dalam posisi yang sama.
Mungkin beliau lupa, apa yang beliau buat untuk Papa, 5 tahun yang lalu. Beliau lupa, gimana saya dan mama malam2 ke gerejanya dan meminta beliau mempertimbangkan keputusan bangsat yang pernah beliau buat! Dan beliau pikir, saya bisa lupa?
Ya, saya sangat pendendam! Sangat. Sayya tidak akan melupakan hal2 menyakitkan yang dilakukan orang untuk orang2 yang saya sayang!
Lalu, setelah pensiun, ga ada kerjaan lagi, trus sok2 datang ke Penerbitan dan minta kerjaan? Minta penulisan?
Tuhan memang tidak tidur,dude. Apa yang kamu tabur, itu yang kamu tuai. Namun, setidaknya saya tau Noke jauh lebih baik kualitasnya daripada anda. (*Walaupun saya membenci sifaat belas kasihannya, disatu sisi saya mengagumi. Tidak ada orang yang memiliki mental yang kuat, sehebat Noke-nya saya. Tidak ada.)
Namun, kemarin... Saat pendeta itu menceritakan tentang "keluarga"nya. Bagaimana istrinya bermasalah didalam jemaatnya? Bahkan sampai pada "aib" yang begitu menyakitkan.
Tiba2 saja, saya merasa iba. Saya belajar melupakan sakit hati yang mereka buat kepada papa. Saya belajar memahami bahwa pembalasan adalah waktu Tuhan. Hak Tuhan. Seperti yang selalu papa ajarkan.
Dalam perjalanan pulang, saya terdiam dan bergumam sendiri, Yesus, sampe jua. Jangan lagi. Beliau mungkin menyakiti papa, tapi sudahlah. Semua sudah selesai. Papa sudah bersamamu. Dan saya tidak akan lagi menuntut pembalasan. Tidak hari ini ataupun besok. Saya menyaksikan bahwa pembalasanMU atas orang2 yang menyakiti papa, itu sangat menyakitkan.
Jangan lagi. Jangan. Cukup Yesus. Mendengar masalah yang menimpa keluarganya saja, saya kasihan. Saya bukan mengejek atau mensyukurinya. Saya tulus merasa kasihan.
Sampe jua, Tuhan Yesus. Sampe jua. Cukup. Saya tidak bisa melihat mereka jauh lebih menderita. Papa tidak mengajarkan saya untuk itu.
Untuk segala sesuatu ada waktunya. Yesus telah menunjukkan hal itu. Pembalasan adalah waktu Tuhan. Ketika saya melupakan mereka. Yesus menghadiahkan pelajaran untuk mereka. Yesus, setidaknya mereka tau dan melihat, bahwa karya-karya papa akan selamanya hidup, bagaimanapun mereka menjatuhkannya. Sehebat apapun mereka menjahatinya, Engkau memenangkan papa dalam berbagai pertandingan. Mengangangkat papa disetiap keterpurukan papa. Bukan Papa yang hebat, namun Yesus-nya yang MahaKuasa.
(Yesaya 50)
Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.
Tuhan ALLAH telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang.
Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku , dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.
Tetapi Tuhan ALLAH menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan mendapat malu.
Dia yang menyatakan aku benar telah dekat. Siapakah yang berani berbantah dengan aku? Marilah kita tampil bersama-sama! Siapakah lawanku berperkara? Biarlah ia mendekat kepadaku!
Sesungguhnya,Tuhan ALLAH menolong aku, siapakah yang berani menyatakan aku bersalah? Sesungguhnya, mereka semua akan memburuk seperti pakaian yang sudah usang; ngengat akan memakan mereka.
Siapa di antaramu yang takut akan TUHAN dan mendengarkan suara hamba-Nya? Jika ia hidup dalam kegelapan dan tidak ada cahaya bersinar baginya, baiklah ia percaya kepada nama TUHAN dan bersandar kepada Allahnya!
7 September 2018
Ternyata, saya tidak sejahat itu. Saya bukan pendendam yang sejati. Mendengar keluarga pendeta itu tertimpa masalah, sesuatu didalam hati saya melunak. Jauh didalam sana, saya tidak menginginkan sesuatu yang buruk terjadi pada siapapun.
Saya hanyalah seorang anak, yang sakit saat melihat orang lain melukai ayahnya. Bahkan, dalam ketidakberdayaannya Noke tidak pernah punya niat untuk menjatuhkan atau mencelakai orang lain.
Saya melupakan, tapi sulit memaafkan.
Saya mengampuni, tapi tidak melupakan.
Benyada Remals "dyzcabz"
Yaaah... Mama kamu mau pindah ya...?? Setahu saya jemaat Imanuel mempertahankan mama kamu.
BalasHapusTapi sinode itu memang sombong sejak dulu. Tidak pandai tapi angkuh dan sok suci. Mereka tahu bertahun tahun pembangunan gereja Petra bermasalah lalu mereka menaruh papa kamu di sana dengan target gereja itu harus selesai tapi mungkin karena karakter papa kamu yang keras dan ada beberapa orang yang tidak tertib soal keuangan maka papa kamu didemo agar pergi tapi mereka dibuat tidak berkutik oleh papa kamu. Lalu dengan semangat dan kekuatan yang papa kamu punya dan dengan kesehatan yang terbatas gereja itu selesai dengan hasil yang menakjubkan. Tapi apa yang sinode lakukan buat papa kamu? Saat peresmian / pentahbisan gedung gereja... sinode hanya mengirim ketua Mupel Jabar 2 mewakili mereka meresmikan. Apakah papa kamu serendah itu? Masa sih dari segitu banyak FMS tidak seorang pun bisa hadir? Sementara untuk moment peneguhan Presbyter mereka mau hadir dan menumpangkan tangan walaupun di luar kota.... saat itu saya geram banget dengan sikap sinode. Saya tahu pasti papa kamu kecewa tapi beliau memang orang yang berbesar hati. Dengan wajah yang terlihat sangat lelah dan lebih kurus beliau semangat memberikan sambutan dan mendampingi walikota Bogor.
Soal pdt Yudas yang istrinya sekarang ada masalah dalam pelayanan... Sinode tidak mampu menyelesaikan masalah tsb lalu karena kesal jemaat di sana curhat di medsos grup GPIB yang anggotanya ribuan akibatnya sinode dibully dipermalukan dan direndahkan... Emang enaaak...!! Sinode merendahkan papa kamu lalu Tuhan membalasnya untuk papa kamu saat beliau sudah tiada. Tuhan itu maha adil. Papa kamu hamba Tuhan yang sangat diberkati. Apapun yang dilakukannya hasilnya memuaskan karena itu buat hamba-Nya yang setia Tuhan tidak rela dia disakiti. Tuhan memberkati keturunan beliau sampai selama lamanya.