Bagi sebagian orang yang melihat kami, pasti berpikir keluarga kami "senormal" orang lain. Nope, kami tidak senormal keluarga lain, pada umumnya.
Ketidak-normalan kami, dimulai dari didikan super-duper keras, tegas, disiplin, yang ditanamkan oleh noke. (*Itu termasuk normal nyed!) Bukan, itu menjadikan kami tidak normal, teman kami sedikit, sahabat kami terbatas. Setiap orang yang diizinkan untuk masuk "ke-dalam-rumah" harus melewati "terasnya papa", tempat introgasi mutlak, dan pertanyaan2 mematikan yang selalu membuat banyak orang "tidak kembali" lagi ke rumah.
Cara kami bersahabat dengan orang lain pun, tidak normal. Bila kamu dianggap lebih dari sekedar kenalan, kamu dipersilahkan masuk hingga dapur. Kamu diperlakukan dengan "tidak sopan" dan sangat santai. Bila kamu datang, lalu kita "berlaku segan" atau "sangat sopan" untukmu, kamu tidak diterima dirumah kami.#ourrules Namun, bila kamu datang, lalu kita berlaku santai, (*silahkan ambil apapun yang kamu mau, bahkan ketika itu ada didalam kulkas) artinya kamu dipersilahkan masuk dan kamu lebih dari sekedar "seorang teman". Kamu sudah dianggap keluarga.
Mungkin aturan2 kasat mata yang diterapkan oleh noke ini, tidak banyak disadari oleh orang2 yang lalu lalang (*dengan izin noke) dirumah. Hingga, kita jauh lebih senang menghabiskan waktu hanya ber3, ber4 atau ber5. Tidak membuka pintu bagi sembarangan orang untuk masuk adalah alasan kenapa ada begitu banyak orang yang hanya singgah tapi tidak tinggal.
Kita tidak senormal keluarga lain. Karna di "jam2" tidurnya orang, kita justru jalan2 dan menghabiskan waktu. Fams time kita bukan diwaktu normal.
Kita memang tidak diajarkan untuk menjadi senormal manusia pada umumnya. Karna tidak setiap orang mampu menertawakan hal2 yang tidak umum untuk ditertawakan. Lelucon kita berbeda. Atau mungkin batas ambang konyol kita terlalu tinggi?
Kalau kamu bertanya, kenapa kalian bangga menjadi tidak normal?
Normal tidak selalu positif. Ke"normal"an yang digemakan selalu tentang pola pikir kaum mayoritas. Aturan baku yang lahir karna budaya yang sudah lama dilakukan, secara turun temurun.
Karna menjadi terlalu biasa cukup membosankan.
Bennu Bekhorah Jedijah. Ben-Goel. Benni Amor Salutavi Ekklesi. Benni Senii Pani El-khesed. Astrid.
(Dari namanya aja udah anehkan?) Hahahahaaha...
Benyada Remals "dyzcabz"
Komentar
Posting Komentar