1 minggu yang lalu, mama di telpon oleh Penerbitan dan salah satu pendeta yang kerja di bagian administrasi Sinode, bahwa mama ditunjuk sebagai salah satu editor untuk penulisan sabda2.
Sebelum itu berjalan ada pelatihan dan/atau seminar tentang "editor". Editor penulis sabda-sabda di GPIB. Kerjasama antara Penerbitan GPIB dan Sinode.
Terdengar lucu di telinga saya. Kayak ngelawak.
Kenapa?
Gini ya, dulu, papa saya duduk sebagai dirut penerbitan selama kurang lebih 9 tahunan, beliau mengerjakan segala bentuk editing itu sendiri. Saat itu beliau satu2nya pendeta disiti, sekaligus dirutnya. Beliau kerja siang malam untuk nge-edit tulisan orang2. Bahkan memperbaiki tata bahasanya, menambahkan sisi teologinya, juga merampungkan tulisan2 yang telat masuknya. Sendirian!
Beliau menerbitkan tulisan pagi dan sore, menambahkan tata ibadah pada tiap hari besar gerejawi, dan tidak pernah ada yang komplain tentang tulisannya. Pada masa itu, saya, kami, kita ber4 adalah orang-orang yang harus duduk nemenin papa nulis, bikinin teh manis, iya,kami... Orang2 yang selalu melihat dia bekerja begitu "gila" dalam ruangan sempit itu. Tapi tidak pernah sedikitpun, saya mendengar keluhan atau beliau meminta tolong pada siapapun.
Pada masa itu, papa ngerjainnya sendiri! Catet ya, sendiri!
Lalu hari ini, ada begitu banyak pendeta yang "ngerjain" sabda di penerbitan, kok keteteran ya? Bahkan untuk "ngedit" aja harus pake pelatihan dari "para ahli".
Repot ya?
Padahal dirutnya yang sekarang S3 loh. Dibandingkan papa dulu yang "hanya" S2.
Tapi papa menyelesaikan semua dengan sempurna. Bahkan suurplus!
Dan dulu, yang saya tau (*semoga sekarang masih), pada masa itu, SBU itu dikirim sampe ke timor, papua dan ambon. Mereka bahkan memesannya ga tanggung-tanggung loh. Mereka bilang tulisannya mudah dipahami dan teologinya berbobot. Pada masa itu, papa saya mengerjakannya sendirian.
Nyeeed, sombong banget lo! Iya, saya sombong! Kenapa? Karna dia papa saya.
Karna untuk semua kerja kerasnya, dia tidak pernah menyebut namanya. Dia tidak pernah "menyombongkan" karyanya, bahkan ketika itu diakui oleh sebagian pembina GPIB.
Tema GPIB hingga 2026? Keluar dari ruangan sempit itu, noke membuatnya. Pemahaman Iman GPIB? Noke konseptornya. Beliau menuangkan pikiran, cinta dan pengabdiannya untuk GPIB. Iya, dia. Dia papa saya, noke namanya.
Di ruangan sempit yang dipenuhi buku2 itu, beliau tidak hanya menulis sabda, tapi juga bahan khotbah untuk orang2 yang duduk di sinode, kata sambutan bila mereka sedang ada acara penting, beliau membina, bukan hanya pembinaan majelis jemaat, tapi papa membina para pembina. Menyiapkan mereka menjadi mereka yang hari ini kamu lihat dan temui.
Saya sombong? Iya, sangat. Karna laki2 tua yang tidak pernah banyak bicara soal karyanya itu, selalu merunduk bila orang mengakui tulisan2nya. Beliau tidak pernah "menyombongkan" keilmuannya. Tidak. I know him, so damn well!
Beliau memberikan ilmunya, bukan untuk pamer, namun untuk mempersiapkan hari ini. Sebuah regenerasi dalam tubuh GPIB. Yesus menganugerahkan padanya otak yang briliant pemikiran yang out of the box dan papa membaginya dalam bentuk2 karya yang tidak bisa dinilai harganya.
Jadi kalo hari ini, tiba2 penerbitan menjadi se-riweh ini, saya merasa geli. Gimana caranya kalian tidak bisa menyelesaikan "bagian editor" ketika anda2 yang duduk disana adalah teolog. Ada beberapa pendeta yang kerja disana. Bukannkah banyak kepala jauh lebih baik?
Papa saya dulu, cuman sendirian. Bila beliau butuh bantuan, nona-nya yang akan membantu. Mencari ayat, bertukar pikiran, dan sebagainya. Noke selalu tau, bahwa Sinsi ditempatkan disisinya karena suatu maksud. Dan hal paling dasar yang selalu beliau gumamkan adalah memberitakan injil bersama-sama.
-------------------------------------------------------------------
Mama pulang dari pertemuan hari I
Di STT Jakarta.
Mama dan saya duduk makan malam sambil nonton TV.
Mama : "mereka tadi bilang dulu waktu Bung Noke kok dia bisa ngerjain semua sendrian. Dia yang handle penulisan2. Kita hanya tau kasih masuk."
Saya ketawa.
Mama : "akhirnya mereka bilang itulah dia satu2nya yang luar biasa di Gpib. Yang selalu mau mengerjakan semua sendiri dan selalu menampilkan yang terbaik."
Saya : "kenapa ngga cari aja sih 1 orang kayak papa di GPIB ini? Biar penerbitan ga seribet ini,ma. Kalo papa bisa, pastilah yang lain bisa."
Eset : "papa cuman satu. Satu2nya. Dan limited edition. Ga bisa di kopi."
Kita tertawa.
Saya : "lagian dirutnyakan S3? Lalu? Papa aja s2 loh, tapi handle semua dengan rapi"
Mama : "S2nya papa bahkan melampaui tingkat profesor, liat aja ditiap pertemuan pendeta2. Kalo noke belom bicara, semuanya selalu berasa kurang. Tapi kalo noke bantah atau sanggah, semuanya semangat."
Saya tersenyum.
Sinsi membanggakan nokenya, bukan karena beliau belahan jiwanya. Tapi jauh diatas itu, noke adalah tempatnya menimbah ilmu dan berdiskusi. Noke, adalah ilmu hidup yang tumbuh bersamanya, baik sebagai belahan jiwa, teolog maupun sahabatnya.
Amor : "papa itu detail. Papa itu perfeksionis. Papa ga akan minta bantuan, kecuali mama. Papa tau, dia yang terbaik di bidangnya."
Paaaaaaaaa, i adoooreeee yoouuuuuuu!
Yang kamu tidak tau dari seorang noke adalah beliau tidak pernah tidur sebelum subuh tiba. Beliau selalu membuat bahan khotbah, bahan pembinaan, tulisan2 tentang teologi, bahkan 24 jampun tidak akan cukup untuk papa saya.
Yang kamu tidak pernah mau tau dari seorang noke, ketika beliau berjuang untuk menempatkan nilai2 teologi pada lajurnya. Beliau mengorbankan dirinya, harga dirinya, kami, waktu dengan kami, semua yang bagi kalian mungkin sangat berharga.
Yang kamu tidak akan pernah duga dari seorang noke, ketika beliau memperjuangkan kebenaran atas nama Ajaran Yesus, beliau tidak akan mundur. Selangkahpun tidak, bahkan ketika langkahnya menghancurkan hati kami yang melihatnya. Bahkan kamupun, kamu belum tentu akan melakukan hal itu.
Yang harus kamu pahami dari seorang noke, ketika beliau mendapati kebenaran diputar balikkan, beliau tidak akan gentar untuk mendobrak, sekalipun beliau harus berdiri sendirian.
Yang kamu tidak akan pernah kenali dari seorang noke, beliau adalah seorang pendeta yang dalam setiap kekurangannya, beliau tidak pernah membiarkan jemaatnya bergumul sendirian. Doanya selalu naik bagi setiap hati yang terluka. Beliau mendampingi mereka, sebagai janjinya pada Yesus.
Tangannya selalu menengadah untuk meminta berkat bagi jemaatnya.
Saya hidup dengan melihat setiap pergumulan beliau didalam jemaat.
Hingga ketika beliau menutup matanya, saya tau, hidupnya sudah menjadi berkat untuk banyak orang. Karyanya abadi bersama namanya yang selalu disebutkan pada setiap kesempatan, Bung Noke, Pdt. ihalauw, Pdt. ari.
Aku, aku memiliki anugrah yang tak terkira, hak yang utuh, untuk memanggilnya papa. Karena selamanya, beliau hidup didalam gerakan-gerakanku untuk memaknai hidup.
Nok, mereka menyebutmu lagi, setelah lama tidak mendengar tentangmu. Mereka memuji masa dimana kamu menjalankan penerbitan.
Setiap kali orang lain menyebut namamu, dalam cerita yang baik ataupun tidak,
Hati saya selalu hancur. Selalu sakit.
Bahkan setelah setahun, nyeri itu masih disana,pa. Ditempat yang sama, seperti pertama kali, saya menghentikan RJP papa. Keputusan tergila yang saya ambil.
Karena setelah itu, mereka menyebutkan waktu kematian papa dan label anak yatim dihadiahkan pada saya.
Benyada Remals "dyzcabz"
"Mereka membenci papa karna mereka tau papa mengatakan apa yang benar menurut Yesus." Noke
Membaca tulisan kamu kembali mata saya basah. bener ga bohong. Saya cuma teman tapi saya sangat tidak rela papa kamu diperlakukan tidak sewajarnya oleh teman2nya. Mereka2 itu yang sekarang menjabat... sombong tapi dongo. Udah dongo songong lagi. Kembali panas hati saya kalo teringat peresmian gereja Petra mereka tidak mau hadir dan hanya mengutus ketua Mupel Jabar sementara di Makasar hanya renovasi gereja dan ruang pertemuan... Orang2 yang merasa dirinya "penting" itu mau hadir.
BalasHapusPapa kamu memang LUAR BIASA. Sangat LUAR BIASA. Bener yang Eset bilang CUMA SATU...BERLIAN GPIB tapi tidak dihargai. Makanya wajar jika kamu memaki mereka. Saya setuju. Makilah sekasar kasarnya. Emang pantas kok. Saya aja sakit hati apalagi kamu yang melihat langsung kerja kerasnya beliau sepanjang hidupnya.
Karya papa kamu memang diakui semua orang baik kawan maupun lawan. Itu fakta.
Papa kamu sudah bekerja keras menyediakan semuanya...masa tinggal melanjutkan aja gak mampu sih?? KETERLALUAN banget tapi itulah kualitas mereka.
Tuhan tau mana ciptaanNya yang berlian mana yang batu biasa. Dan Tuhan akan menempatkan mereka sesuai dengan kelasnya masing-masing. Mereka yang menganggap dirinya lebih suci lebih hebat ternyata hanya gerombolan manusia biasa... yang jauh dari kata istimewa.
Saya percaya pada saatnya nanti dengan restu Tuhan Amor datang menggantikan papa kamu dan melanjutkan buah pikiran beliau tahun 2027 dst. Saya yakin. Saya berdoa semoga mama kamu diberi umur panjang untuk melihat Amor berdiri dengan tegak seperti papa kamu menjabarkan visi misi GPIB selanjutnya hanya untuk kemuliaan nama Tuhan. Dan saat itulah pdt AR Ihalauw dari atas sana tersenyum lebar melihat pdt Ihalauw junior beraksi. Tuhan memberkati Amor.