Langsung ke konten utama

Kopi pagi ini.

Pagi ini saya terbangun, diatas ranjang penyesalan.
Bergegas membasuh perih yang menggantung.
Menyapu bersih rindu yang menggantung, sisa semalam.

Berdiri kembali setelah terjatuh.
Kembali menjadi saya yang mereka tau.
Mencari saya didalam keramaian kota ini.

Entah dimana, saya yang dulu itu.
Entah bagaimana menemukan saya yang itu.

Kopi saya tak pernah lagi senikmat kala itu.
Dimana saya masih mampu menyombongkan diri pada sang waktu.
Dan menendang roboh setiap kekalutan yang singgah.

Kopi pagi ini rasanya pahit.

Entah bagaimana cerita sore nanti.
Yang saya tau, pagi ini harus dihidupi dulu.

Karena untuk mencapai senja, kamu harus merangkak melewati keramaian pagi.
Dan untuk memasuki kelamnya malam, kamu harus menjalani temaramnya senja.

Begitulah hidup. Seperti kopi waktu itu, manisnya terasa menghidupkan, lalu hari ini, kopi itu masih sama menyesapkan pesan untuk tetap berlari menatap esok.

Hanya saja, rasanya begitu pahit, menyentuh langit2 mulut. Entah saya yang linglung, atau memang rasanya begitu pahit, pagi ini?

Membuangnya tidak mungkin.

Karna hanya kopi yang bisa menghidupkan energi yang meredup pagi ini, untuk menemukan saya yang hilang itu.

Benyada Remals "dyzcabz"

Semoga pagi ini, hanya kopi saya yang mengepulkan sejumput ragu, dan melarungkan kepahitan yang penuh tanya.

Have a bless thursday.

My regards, from my black thursday!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...