"Lo ga foto bareng bokap buat yang terakhir kali?"
udah, cuman untuk saya aja. Bahkan untuk menunjukkan dan melihatkan foto saya bersama papa untuk yang terakhir kali, adalah hal yang sulit. Bukan karna saya tidak mau menerima.
Saya hanya ingin menghidupkan kenangan bersama beliau dimasa hidupnya. Bukan 3 hari yang lalu. 3 hari yang memisahkan kita selamanya. 3 hari yang memeteraikan saya sebagai anak yatim.
Hanya foto keluarga disamping peti papa yang saya mau untuk "ada" didalam foto itu. Tapi kebanyakkan orang yang meminta saya untuk berfoto di peti papa, saya tolak. Saya hanya ingin memiliki kenangan yang hidup. Bukan ketika beliau terbaring kaku dipeti kayu dan mulutnya tidak lagi memanggil saya.
Saya tidak membenci keadaan. Juga tidak merutuki keputusan semesta. Saya hanya ingin mengenang papa, sebagai orang yang selalu saya banggakan. Energiknya. Nyentriknya. Grumpynya. Ngeyelnya. Ketawanya. Kekonyolannya.
Kematian adalah perjalanan setelah hidup yang panjang dibumi. Berbeda dimensi. Namun, bagi saya, kematian adalah waktu Tuhan untuk papa kembali pada penciptanya. Seperti kerinduannya.
Saya memang tidak berniat memunculkan dan menampilkan foto itu. Itu hanya untuk saya. Milik saya. Seperti yang selalu saya katakan, papa hanya milik saya. Milik saya, yang dipinjamkan oleh Yesus, Sang Pemilik Hidup. Sekalipun semua orang bilang, papa juga milik jemaatnya, bagi saya, noke hanya milik saya. Milik yang saya bagi, dengan mama, amor, eset. Dan sekarang, saya harus membaginya dengan Goel dan Astrid.
Yup, saya seegois itu. Saya sebrengsek itu. Saya semanja itu. Karna dengan noke, saya tau, kapan saya bisa berteriak marah tanpa dibantah, juga menangis merengek tanpa dilarang. Papa selalu mengerti bagaimana saya dan apa yang saya mau.
Benyada Remals "dyzcabz"
Komentar
Posting Komentar