Saya ingat 1 hari sebelum papa meninggal.
Saya datang melihat papa, setelah abis jaga. Papa jauh lebih kurus dan pucat. Namun senyum khasnya tidak luntur. Senyum hangat yang selalu menyambut saya pulang. Senyum yang meneduhkan.
Papa memeluk saya. Saya menangis. Papa menenangkan saya, "Semua ini harus papa tanggung. Papa harus menghadapi ini semua. Tidak boleh sedih. Tuhan Yesus ada."
Itu saat terakhir saya melihat papa bernafas.
"Nafas itu bukan oksigen,nona. Nafas itu dari Tuhan. Semua karna Kasih Tuhan."
Lalu, papa meminta mama berdoa. Selesai itu mama menyanyi beberapa lagu dan papa pulang pada Yesus. Tidak banyak yang tau, bahwa papa meninggal dalam posisi berdoa, duduk dengan tangan telipat sambil bersandar pada dinding.
Bagaimana seseorang bisa tidak takut menghadapi kematiannya? Beliau tau, bahwa Yesus sudah menyambutnya.
Sebab disaat mama berdua dengan papa, lalu papa bilang ke mama "Saya sudah melihat jalan Tuhan untuk saya"
Bagaimana seseorang bisa begitu tenang menghadapi akhir hidupnya? Seolah dia sudah berkompromi dengan Yesus.
Iman papa adalah contoh terbaik yang beliau ajarkan dan turunkan. Beliau tidak pernah takut terhadap siapapun dan apapun. Sebab, papa bilang beliau tanda tangan untuk siap mati demi Yesus, bukan hanya untuk hidup demi Yesus.
“Karenabagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berartibagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu."
66 hari tanpa Noke.
Ada banyak berita baru yang menenangkan, juga cukup mendebarkan.
See,pa? Yesus tetap disini. Seperti sebelumnya, karna seharusnya seperti itu. Saya boleh kehilangan papa, tapi jangan sampai meninggalkan Tuhan.
Nok, kemarin kita jalan ke Bandung. Memang tidak selengkap biasa. Memang nama papa selalu terucap. Karna keterbiasaan denganmu. Keterbiasaan.
Biasa papa ada. Biasa dengan papa. Biasa dengar papa. Biasa liat papa. Biasa tanya papa. Biasa tunggu papa. Segala hal didalam rumah, selalu terbiasa dengan papa.
Mungkin, sekarang keterbiasaan itu harus bergeser menjadi tanpa papa. Dimulai dengan menjadi biasa tanpa papa. "Tanpa Papa", 2 kata, yang cukup hebat untuk meruntuhkan semua emosi saya dan membuat saya menjadi anak cengeng.
Pa, lihat deh, saya menjadi orang paling menyebalkan. Sangat menyebalkan. Karna setiap hal yang berkaitan dengan papa, selalu berhasil membuat saya menjadi cengeng.
Tanpa papa, semua tidak selalu berjalan baik, tidak juga berjalan buruk, semua hampir menjadi biasa. Hanya saja, tiap kali disematkan kata "tanpa papa", kekosongan itu selalu menjadi momok yang menyakitkan!
Benyada Remals "dyzcabz"
Komentar
Posting Komentar