Langsung ke konten utama

The picture! (*i wish i could)

Note!

Apa yang saya lihat difoto ini?
Sampai saya mengabadikannya?

Foto ini, saya ambil 9 bulan yang lalu, di Raja Ampat, tepatnya didermaga Papua Dive Resort. Saat itu, kita sedang liburan kesana lalu salah satu tujuannya ya resort ini.

Sampai didermaga, sudah sore bahkan mataharipun hampir pamit pulang. Saya berdiri didermaga itu, bersama beberapa rombongan juga yang ada disitu.

Sejauh saya memandang, saya menangkap gambar ini. 2 orang opa-oma bule yang sedang bersantai diujung dermaga. Si Opa sedang sibuk mengabadikan moment. Sementara Oma santai membaca buku. Yup, dan saya tergerak mengabadikan mereka. Kenapa?

Entahlah, suka aja ngeliatnya. Sederhana. Seperti yang Rasta bilang saat dia menemani saya mencetak foto ini.
"Happily ever after. Everlasting felt. Together for the rest. Till death do us a part"

Saya memangguk setuju saat Rasta mengucapkan itu.

"Gue suka foto ini." ucap saya
"Mimpi lo?"
"Yep, mimpi semua orang. Pernah ga lo bayangin,ta... suatu hari nanti, saat rutinitas lo ga lagi sepadat biasa, dan matahari lo perlahan terbenam, lo hanya pengen menikmati apa yang selama ini lo lewati, mungkin ga perlu sampe harus ke raja ampat dan melihat sunset. Cukup duduk bersama someone special, dikebun belakang rumah, sambil menikmati suasana senja. Menikmati setiap waktu yang terlewatkan dan sudah dilewati. Lalu bersyukur dalam diam, bahwa semua hal terbaik dan terburuk yang terjadi, tidak mengubah siapa yang kita inginkan disini"

"Sooooooo sweeeeeeeeet,kukaaaaaaaang!" teriak Ilan
Saya tertawa.
"Gue serius. Itu yang gue pikirin pas gue jepret ni foto. Kesederhanaan sebuah rasa bahagia. Ada point-point dari kebahagiaan yang tidak bisa diukur dengan materi. Sesederhana sebuah kebersamaan hingga maut memisahkan. Rasa nyaman yang ada saat lo ditemani oleh orang yang lo sayang. Ga perlu membahas apapun. Setidaknya, lo ada aja disisinya, cukup membuat RASA NYAMAN itu tercipta. And i call it, HOME! Tempat ternyaman untuk kembali saat segala hal terlihat memburuk"

Saya masih memegang foto itu. Ilan dan Rasta mengangguk.

"Gue setuju sama lo. Karna pada kenyataannya, jarang menemukan kisah opa-oma, ketimbang kisah romeo juliet, atau kisah si "sereh"" tekan Ilan
"Sere?"
"Basa gaol Cere' dodol. Makanya gaulnya sama ABG dong, jangan sama tante2. Ops."
"Cetakin gue satu lagi dong,nyed!"

Saya menatap Rasta dengan heran. Tumben.

"I wish i could" gumam Rasta
"Makanya stop jualan kemana-mana. Gih cari yang serius. Supaya otak lo rada bener. Dari dulu, kerjaan lo udah kayak sales, bujuk sana, rayu sini, nyetok ini, nyaplok itu." ledek Rong2

Saya tertawa geli mendngarnya. Well, semua yang ada disini, punya cerita masing-masing tentang hati, satu yang pasti, kita berharap suatu hari nanti, ada yang diam-diam mengambil gambar kita, untuk dijadikan contoh yang benar dan baik tentang hidup.

Lalu, berterima kasih dalam diam, bahwa masih ada segelintir orang yang berhasil mempertahankan apa yang direstui semesta hingga maut memisahkan!

"I wish i could"

Benyada Remals "dyzcabz"

Seorang fotografer pernah bilang "Kenapa Kamera diciptakan? Karna waktu bisa merubah banyak hal, termasuk orang yang kita abadikan. Tapi, foto akan membuat kita selalu kembali pada RASA YANG SAMA saat moment itu diambil."

Bagi sebagian orang, foto ini tampak begitu biasa. Tapi, bagi saya... ini tentang harapan. Mimpi. Cita-cita. Doa. Tujuan hidup. Contoh.

Hidup akan baik-baik saja selama kita memiliki kita (*fiersa besari)

Dedicated : Untuk semua pasangan yang berhasil melewati pasang surut dalam mempertahakan janji suci itu,(*for my sin and my nok too) Salut saya untuk kalian!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...