Beberapa hari belakangan ini, saya mengamati papa saya. Apa saja yang dia makan. Berapa kali dia makan. Seberapa banyak nasi yang dja konsumsi. Jenis makanan apa saja. Minuman apa yang dia konsumsi. Berapa kali. Berapa banyak air putih sehari dia minum.
Okeh, tarik mundur kebelakang dikit...
Papa saya mempunyai keturunan sakit gula. Dari Omanya papa saya. Kebanyakan keluarga papa, meninggal dengan Diabet komplikasi. 23 tahun yang lalu, papa saya didiagnosis menderita Diabet. Minum obat gula? Tidak! Papa saya manusia super cuek. Dia menjalani rutinitasnya dengan biasa. Mungkin dulu dunia kedokteran belum seketat dulu. Belum banyak peringatan2 penting yang cukup membuat penderita DM ngeri. Jadi,papa santai saja. Bahkan saya pikir terlalu santai. Papa saya tidak diet. Dalam artian beliau tidak mengurangi hal-hal yang manis. Beliau minum dan makan, apapun yang beliau mau.
Tapi, saya pikir dulu itu beliau mengimbanginya dengan banyak hal, olahraga cukup teratur, rokok yang fulltime jadinya nafsu makan sangat minim tapi teh manis dan coca cola lancar, lalu workaholic yang gila-gilaan. Yup, papa saya seorang work a holic. Gimana ngga? Sehari yang normalnya 24 jam ini, bahkan rasanya terlalu sedikit untuk papa saya. Istirahatnya hanya 4 jam. Bahkan itu sudah terlalu banyak. Rutinitas ini berlangsung cukup lama, sampai akhirnya beliau menyerah dan menelan racikan farmasi yang disebut obat.
Apa aja yang terjadi papa selama itu?
Papa mengalami penyumbatan pembuluh darah otak. Didiagnosis hidupnya cuman sampe.35 tahun. Drop karna hiper dan hipoglikemik. Mimisan bila kecapean. Bisul ditulang belakang yang harus dioperasi. Bisul di dada yang harus juga dioperasi kecil. Luka dikaki yang cukup serius, yup Ulkus Diabetik. Memang ulkusmya belum sampai tulang, tapi dipermukaan otot. Mendapat terapi intensif selama 8 bulan. Untungnya, saraf papa masih baik, sehingga masih bisa merasai sakit. Setidaknya neuropati diabetiknya belum begitu menakutkan, walaupun terkadang rasa kebas itu ada. Bisa jadi jugakan karena Rokok? Salah satu penyebab tersering pada Burger disease!
Melewati banyak hal itu, 3 tahun yang lalu beliau berhenti rokok. Benar-benar stop! Tidak lagi menyentuh nikotin itu. Apa hasilnya? Nafsu makan papa bener2 naik. Teh Manis masih lancar jaya. Tapi coca cola sudah berkurang. Papa mulai rutin minum obat. Amaryl 4 mg, Gluchopage 500 mg. 1 tahun belakangan, dokter internist beliau menambah Ascardia 1 x 1. Setiap hari, beliau berteman dengan pil-pil membosankan ini. Mama sebagai pengawas minum obat. Walaupun kadang yang diawasin suka lebih galak dan ngeyel. Suka jadi dokter sendiri. Suka seenaknya nentuin kapan dan obat tertenti aja yang dia minum.
Apa sih akibat tersering Diabet tidak terkontrol?
Gagal Ginjal, its mean cuci darah seumur hidup. Stroke. Serangan jantung. Infeksi berkepanjangan akibat ulkus diabet yang tidak kunjung membaik. Koma Hiperglikemi. Retinopati Diabetik, dapat berupa kehilangan penglihatan secara tiba-tiba ataupun perdarah didalam bola mata.
Sebagai tenaga medis, saya tau banyak hal. Tapi, terkadang menasehati orang tua sendiri nyatanya lebih susah ketimbang pasien! Lebih berat,kenapa? Karena saat hal buruk yang terjadi pada mereka, separuh diri kita ikut hancur melihatnya. Sekalipun kita sudah berusaha untuk menasehatinya sekuat dan sesering mungkin.
Kesehatan itu mahal, kalo kita ga mau menjaganya!
Lalu, balik ke tadi pagi...
Semalam, saat saya sedang baca-baca dikamar, saya mendengar bunyi suara seperti orang makan. Dan bener, papa lagi makan. Untuk kesekian kalinya dalam sehari. Lalu, saya merenung... Glucophagenya papa itu, dosisnya udah hampir melewati dosis max. Soalnya tiap kali makan, papa selalu minum. Kebayang dong, 500 mg kali berapa kali makan. Lalu, mau di naikin jadi 850 mg, apa ngga memperberat kerja ginjal? Yang ada malah, gula darah ga terkontrol, ginjal ikut-ikutan drop dan jrop. Bukankah itu lebih parah lagi? Ditambah lagi belakangan ini, papa mulai gatal-gatal dibadan, bukan alergi. Itu alarm sign yang terjadi kalo papa saya gulanya naik. Saya mulai menganalisa jauh kedepan, papa sudah seharusnya ganti insulin. Tapi, papa ga suka pake insulin itu. Itu juga karena gula papa masih bisa dikontrol dengat obat oral. Jadi rasanya cukup berimbanglah alasannya.
Hanya saja, belakangan ini papa makannya lebih luar biasa. Ngga terkontrol. Olahraganya juga udah kurang. Kerjanya cuman sesekali aja. Okeh katakanlah usia membuat papa lebih berkurang staminanya. Tapi, saat dia kerja, entah itu membuat tulisan, renungan, pembinaan, stamina itu bahkan berlebihan, 24 jam seharipun rasanya sangat kurang. Tapi ya itu, kalo gulanya sudah naik, papa mulai dengan keluhan klasik khas DM. Panas tinggi, malas, lemas, lesu. Tapi tetep susaaaaaah banget untuk mulai jaga makan!
Jadi, tadi pagi. Bener2 tadi pagi, sebelum saya berangkat keklinik. Saya bicara dengan papa. Kebetulan papa sudah bangun. Saat saya sarapan, papa duduk dengan saya.
Bagaimanapun juga, beliau adalah papa saya. Saya masih ingin beliau ada disini. Bukan hanya untuk gereja, tapi untuk KITA.
"Pa, belakangan ini, saya perhatiin... makannya papa udah mulai ga terkontrol. Papa bisa makan nasi sampe 5 kali sehari, dengan teh manis yang lancar, diantara 5 kali itupun, papa ngemil. Entah itu mangga isap manis yang kita beli, atau biskuit coklat ataupun lauknya papa gadoin aja. Saya tau kok, semalam papa makan lagi. Saya juga ngerti,paaa... bahwa orang yang sakit gula itu nafsu makannya besar, rasa laparnya kebangetan, tapi papa juga ingat, papa itu udah 23 tahun loh punya sakit ini. Papa liat, selama papa masih bisa mengontrol gaya makan papa, papa ngga pernah ada keluhan. Kenapa? Karena papa mengimbangi itu dengan kerja keras. Papa menggunakan kelebihan gula didalam tubuh itu dengan kerja jadinya stabil. Kalo yang saya lihat belakangan ini, papa justru terlihat lebih santai, hanya kalo ada pembinaan aja. Itupun langsung diforsir seharian. Ga gitu,pa. Bukan begitu cara mainnya. Dokter ga bisa naikkin dosis Glucophage lagi, kalo papa punya cara makan kayak gitu. Kenapa? Karena jatoh2nya glucophage itu hanya memperberat kerja ginjal, dan ga berfungsi maksimal karena papa juga ga membantu dengan mengurangi makannya. papa tau, seharusnya paapa sudah mulai menggunakan insulin. Suka atau tidak, kalo nanti papa periksa ke internistnya, pasti disuruh begitu! Kenapa? Kalo cara papa seperti ini, ga butuh waktu lama, untuk papa harus kehilangan fungsi ginjal dan berakhir dengan cuci darah. Percaya deh dengan apa yang saya bilang. Lanjutin aja apa yang papa udah papa buat, tahun depan pasti papa cuci darah. Papa tuh salah satu orang yang kuat bertahan dengan obat oral selama ini. Bayangin aja, 23 tahun, dan tetap stabil. Bahkan ada yang baru 3 atau 5 tahun, ginjalnya udah ga bagus,pa. Jadi tolonglah. Tolong banget,papa harus mulai teratur lagi. Baik itu makannya, minum2annya, obat2annya, olahraganya dan juga kerjanya. Papa punya idealisme yang hebat tentang banyak hal, kalo papa sakit, semua hal yang sudah papa rencanain ataupun sudah papa perjuangkan akan sia-sia. Berdoa memang perlu, tapi Yesus juga memberikan akal budi agar kita berpikir dan mencari second opinion dari orang2 ahli yaitu dokter. Papa jangan merasa papa lebih tau tentang penyakit papa. Karena papa tidak belajar tentang hal itu. Tolonglah,pa... kalo papa masih mau lama dengan kita. Papa cobalah untuk patuh dengan apa yang saya bilang. Karna kalau sampe papa skit, akan ada banyak orang yang tertawa bahkan bersyukur tentang itu."
Lama papa terdiam dan menatap saya. Saya harus mengatakan apa yang saya takutkan. Karena memang seperti itu. Saya tau, papa punya iman yang sangat hebat. Bahkan saat beliau berumur 35 tahun, saat dokter sudah memvonis beliau bahwa tidak akan bisa melewati angka itu. Malam itu, selesai berdoa digereja. Papa tidur. Besoknya, beliau terkejut ada diruang kerjanya. Lalu papa menemui kami dan bilang "Yesus bilang belum waktunya" Iya, buktinya dia masih kuat seperti sekarang. Okeh bukan kuat,tapi stabillah ya. Hingga 59 tahun.
"Jadi papa harus gimana?"
"Papa boleh sarapan secukupnya, makan siang dengan nasi, makan malam cukup dengan rebusan atau buah atau sagu aja. Teh manis ga perlu banyak. Makan nasi harus dibatasin. Kalopun papa lapar, bolehlah regal aja. Karna papakan minum ascardia, itu juga ada pengaruhnya kelambung. Coba lebih banyakin rebusan. Sekali-kali makan daging b2 juga bisa. Tapi dalam porsi yang normal. Mulai olahraga jalan pagi. Puterin kompleks aja. Dan, kembalilah membaca dan belajar seperti dulu,pa. Diabet itu bisa mempengaruhi otak dan buat pikun. Selain faktor usia juga. Papakan hanya belajar kalo mau membinakan? Jadi, tolonglah... kembali fokus seperti dulu. Sekarang saya liat papa tuh lebih santai. Lebih apa ya, pokoknya udah ga sework a holic dulu, justru itu pa. Itu yang salah, papa harus tetap seaktif dan segiat dulu, kenapa? Dengan work a holic itu perhatian papa terhadap makanan twralihkan. Paling banter teh manis itu juga ga sesering ini. Apapun yang papa cita2in, kita pasti dukung. Tapi, bolehkan papa juga memepetimbangkan apa yang kita mau?"
Papa mengangguk. Jujur, saya sedih melihat papa. Saya tau, papa saya tetap sehebat biasa. Hanya saja, saat Sinode lalu, karya papa dimatikan oleh yang punya kuasa. Dia tidak memasukkan papa dalam kegiatan sinode apapun, okeh mungkin saya terdengar ngotot. Tapi, apa iya ORANG YANG PUNYA IDE DAN BAHAN, ga diperbolehkan untuk ikut masuk dalam bidang teologi, tapi BAHANNYA DIMINTA DAN BUAH PIKIRANNYA DIAMBIL. LALU DICERITAKAN KEMANA-MANA BAHWA ITU PUNYA MEREKA! PLAGIAT! Lalu, papa saya selalu mengalah demi persekutuan gereja. Lagi-lagi, demi gereja ini. Kalau tidak percaya silahkan aja tanya sama pendeta GPIB. Sejak saat itu, papa mulai malas untuk belajar. Padahal dulu, papa selalu dan selalu, membuat buku-buku tentang renungan, menuliskan renungan untuk dibagikan. Membuat berbagai tata ibadah. Menyusun kerangka teori dan kerangka berpikir untuk pembinaan. Membaca serta mendowbload tentang perjanjian lama. Perpustakaan papa begitu penuh dengan buku-buku ibrani. Papa ikut membuat bahan pembinaan bagi vikariat, papa masuk dalam tim IAI (*iman ajaran ibadah) GPIB.
Iya, sejak saat itu... perlahan papa jadi lebih apa ya. Males juga ngga. Semacam lebih cuek dan santai. Kalo dia lagi moodnya bagus buat baca dan belajar, ya dia buat. Kalo lagi dtaang malesnya ya dia diam aja. Beliau masih sering pembinaan keliling. Dengerin ya, sebelum pendeta2 lain diminta untuk membina kemana-mana. Papa saya sudah sering membina kemana-mana. Dari dulu, papa selalu sibuk dengan pembinaan luar kota. Selalu begitu. Jadi beliau tidak kaget dengan hal itu. Toh, kebanyakan pendeta yang kasih materi pembinaan itu, ngambil dan mintanya dari papa saya. Darimana saya tau? Karena saya disitu saat mereka dtaang dan minta bahan untuk pembinaan. Lalu tiba2 terdengar diluar sana, itu bahan mereka. Padahal itu otaknya papa saya! Ah taik!!!
Kalian berpikir saya sangat sombong? Iya, saya pantas sombong. Karna itu semua pemikiran PAPA saya. Apa sih yang ngga beliau buat untuk gereja ini? Segala daya upaya, pikiran dan tenaga, semua beliau lakukan demi Yesus yang dikagumi. Bahkan saat beliau harus menerima bahwa semua usahanya diplagiatpun, beliau hanya diam. Kenapa? Karna papa saya bukan manusia rendahan yang teriak2 bahwa ini karyanya. Karna sebanyak apapun si pencuri itu mengakui, pada akhirnya sebuah karya yang lahir dari penciptanya, tidak akan menyangkal siapa yang membuat. Bukankah saya pernah bilang, penjiplak mungkin mengambil karya dan mengakuinya, tapi dia tidak akan bisa bercerita "mengapa dan bagaimana karya itu tercipta", karena seorang pencipta mempunyai ikatan yang sulit disangkal dengan karyanya. Ada pergumulan disana. Ada ikatan tentang rasa memiliki. Satu lagi, bagaimana bisa hasil menyangkal sebuah proses penciptaan?
"Papa udah bilang sama Tuhan Yesus, sampe kalian berhasil, papa mau pulang aja. Setidaknya 75 tahun, sudah lebih dari cukup."
"Untuk itu, papa harus patuh,pa. Papa harus sehat.untuk liat kita berhasil"
"Iya,papa tau. Papa janji deh, bakalan jaga makan. Minum obat, mulai olah raga juga. Mulai lagi belajar."
"Papa bisakan, jalanin apa yang saya bilang?"
Papa mengangguk.
Okeh, 20 menit sudah berlalu. Rasanya saya harus segera berangkat. Walaupun belum tentu macet juga sih. Cuman, on time ga pernah salah.
Saya mencium papa dan mama. Lalu berangkat.
Kehilangan satu persatu orang yang saya sayangi dan hormati. Membuat saya berusaha untuk menjaga yang masih ada. Saya bukan penentu kapan mereka menutup usia. Tapi, berdasarkan keilmuan yang saya miliki, saya wajib memberitahukan apa yang saya tau. Supaya, cerita ini terus berlanjut sampai pada waktu Yesuss menentukan beliau-beliau yang masih ada ini, saatnya untuk beristirahat.
25 Sept 2015, 06.45
Hari ini, saya duduk bersama papa, berbicara dengan serius. Bukan sebagai anak dan ayah. Tapi secara profesional, sebagai dokter dan pasien. Hubungan kami, lebih dari dokter-pasien, tapi untuk bisa didengarkan memang harus seperti ini.
Semoga pasien yang cukup keras kepala ini, mampu sedikit lebih bisa diatur.
Benyada Remals "dyzcabz"
Kadang yang paling berat itu, saat kita tau, tapi kita tidak memiliki cukup keberanian untuk memberitahu seburuk apa yang mungkin terjadi nanti. Kenapa? Karena kita tau, pada akhirnya kehilangan adalah kunci dari segala hal. Bahkan saat perjuangan yang diperjuangkanpun, pasti memiliki akhir. Jadi, kenapa tidak dari sekarang diingatkan?
Komentar
Posting Komentar