Percakapan singkat papa dan anak perempuannya.
Apa perlu saya tambahkan, anak perempuan kesayangannya?
08.00 am
Mama sudah berangkat kerja.(*baca : pelayanan)
Dirumah hanya saya dan papa. Saya sedang duduk dimeja makan, sarapan pagi. Papa duduk dengan saya.
"Ga jaga?"
Saya menggeleng.
"Papa mau teh manis?"
Papa mengangguk. Saya berdiri dan membuatkan segelas teh manis lalu mengambil sagu dilemari. Ini sarapan pagi beliau.
"Minum obatnya dulu,pa"
Papa mengambil obat dan menghitungnya. Lalu menatap saya.
"Ini obat apa?" tanya papa sambil menunjuk satu kapsul besar dipiring kecil
"Vitamin buat nambah daya ingat. Biar ga pikun"ucap saya menahan geli
Papa terlihat berpikir sebentar. Saya masih menatap papa. Menunggunya minum obat. Katakanlah saya menjadi pengawas minum obat. Iya, papa saya memiliki Diabet Melitus sejak 21 tahun yang lalu, menjadi perokok aktif sejak puluhan tahun lalu, kurang lebih 43 tahun, papa baru benar2 stop rokok sejak 3 tahun lalu. Minuman favoritenya dari dulu Teh Manis dan Coca Cola. Walaupun sekarang sudah lebih di rem lagi.
"Memangnya papa pikun?"
"Papa ngga pikun tapi suka lupa. Paaa, minumlah... itu vitamin aja kok." ucap saya menyakinkan papa
Papa saya nih manusia paling jago retorika. Paling paham tentanf banyak hal. Entah apa yang dia tidak tau. Bahkan terkadang, dia menjadi guidelead saya dalam beberapa hal. Dia jago dan paham betul tentang bahasa.
Setelah perdebatan lumayan lama, akhirnya beliau menelan obat-obat itu. Lalu, kami sarapan bersama. Membahas tentang beberapa hal penting. Tentang beberapa manusia menjengkelkan. Tentang pembangunan gedung gereja. Tentang kuliah lagi. Tentang mobil saya. Tentang amor dan S2nya. Tentang El dan skripsinya. Tentang rencana kita ke surabaya. Lalu, sampai pada pokok pembahasan ini. Sidang Sinode. Pemilihan Ketum. Papa dicalonkan. Catet, bukan mencalonkan diri.
"Kalian dukung papa?" tanya papa sambil memakan sagunya
"Apapun yang papa lakukan dan itu berdampak baik untuk gereja, kita pasti dukung,pa."
"Ada banyak hal yang harus papa buat untuk gereja ini."
Saya menggangguk mendnegarnya.
Bukan karna dia PAPA saya, jadi saya mendukungnya. BUKAN. Karna sepanjang tahun hidupnya, yang saya tau, dia tidak pernah gagal untuk memberitakan kebenaran. Dia dan idealismenya tentang persekutuan terutama GPIB ini. Cara berpikirnya untuk memajukan GPIB ini. Dia yang selalu bekerja sampai jauh malam, menulis renungan dan membaginya. Dia yang menciptakan dan menuliskan PEMAHAMAN IMAN GPIB. DIA yang membuat tema-teman GPIB DARI 2005-2026. Master pertama di GPIB.(*dia masuk STT jakarta tanpa tes) Masternya hanya 1 tahun. Iya, dia ayah saya. Ihalauw! Jadi rasanya tidak terlalu terkejut kalau dia didukung untuk naik menjadi Ketua Umum. Atau Fungsionaris Majelis Sinode.
Kalian bilang ambisi? Rasanya biasa aja. Sah-sah sajakan orang memliki ambisi? Yang aneh itu, kalo punya ambisi tapi ga punya kemampuan! Itu konyol! Tapi,papa saya...sangat worth it. Tentu saja, bila Yesus menginginkannya.
"Yang selalu saya khawatir itu, kalo papa jadi sinode. Artinya, papa jadi lebih sibuk. Papa lupa kalo sakit gula. Papa lebih pentingin kerja ketimbang kesehatan. Lalu lupa untuk minum obat. Lupa kalo papa udah ga muda lagi, jadi kerja ga perlu terlalu diforsir."
Papa tersenyum mendengarnya.
"Iya,papa juga tau kok. Cuman kalo lagi banyak ide, papa harus kerja sampe tuntas. Kalo ngga dituangin nanti idenya nguap."
"Apa sih yang papa mau buat untuk GPIB ini?" tanya saya
Lalu dengan semangat 45, papa mulai menjelaskan beberapa pokok pikirannya. Ide-idenya tentang beberapa hal. Apa yang mesti diperbaiki. Apa yang perlu ditambah. Apa yang seharusnya dikaji ulang. Saya mendngarkan dngan baik setiap detailnya.
Laki-laki tua ini, sedari saya lahir hingga saya duduk dihadapannya hari ini, dia tidak banyak berubah. Terutama tentang kepintarannya. Wawasannya. Integritasnya. Loyalistasnya. Semangat untuk memerangi yang salah. Konsisten pada apa yang dipilihnya. Berani melawan arus. Baik terhadap siapa saja, bahkan untuk orang yang menjatuhkan dia. Yang pasti, dia tidak pernah bisa melihat HAL-HAL YANG SALAH DALAM GEREJA. TERUTAMA TENTANG PEMAKAIAN UANG GEREJA YANG TIDAK BISA DIPERTANGGUNGBJAWABKAN.
Dia masih noke yang sama dengan dulu. Hanya saja dalam beberapa hal, dia sudah jauh berbeda. Dia jauh lebih tenang. Masih sekeras biasa, namun tidak lagi segarang dulu. Papa lebih banyak mendengarkan. Iya, pengalaman hidup dalam pelayanan dan personal mengajarkan beliau banyak hal. Apa yang perlu ditanggapi maupun cukup didiamkan.
Tapi, ada satu hal yang cukup menggelitik saya. Saat papa blg, ada beberapa orang meminta papa mengubah salah satu sifat sombongnya. Yaitu, ga negur orang. Biarpun orang itu udah negur papa, terkadang papa malah cuek aja. Untuk anda ketahui, itulah papa saya, dan itulah yang menurun pada kami. Iya, sifat cuek itu menurun pada kami. Sebenere, bukan sombong. Tapi itu sudah menjadi karakter papa saya. Kadang, saat anda menegurnya dia sedang ada hal yang dipikirkan, sehingga anda dilewatkan begitu saja. Gaya berjalan papa saya memang begitu, pandangan lurus kedepan dengan muka yang diangkat cukup tinggi. Terkesan sombongkan? Iyaaa, saya tidak mengelak. Karna seperti itulah gaya kita bertiga kalo jalan. Berbeda dengan mama yang selalu menyapa banyak orang. Mama itu ramah, murah senyum, suka bikin ketawa, keibuan, selalu mau bersahabat. Itulah kenapa mereka bisa saling melengkapi, hingga hari ini.
"Kalian pasti banggalah, kalo papa terpilih. Kalo Tuhan Yesus berkenan."
"Pa, duduk di Sinode atau tidak. Kita tetep bangga sama papa. Karna tidak ada yang seperti papa di GPIB. Yang mau menyumbangkan pikirannya untuk gereja ini. Yang tidak menuntut banyak hal terutama dalam hal keuangan. Disaat begitu banyak pendeta dipermasalakan karna uang. Jadi,papa jangan bilang kita hanya bangga kalo papa di sinode. Tanpa menjadi Sinodepun, papa tetap yang terbaik. Apapun yang mereka katakan diluar sana, mereka tidak mengenal papa sebaik kita ber4. Saya pikir, masuk dalam bursa pencalonan adalah hak setiap orang. Apalagi dari 5 tahun yang lalu, papa sudah punya nama. Aah, dari dulu juga papa sudah punya nama. Tapi, naik dan duduk menjabat, itukan hak orang memilih. Bila Yesus berkenan, apa sih yang ga mungkin."
Papa mengangguk. Papa menyodorkan gelas teh manis yang sudah kosong. Sambil bilang "lagi"
"Doain papa ya."
"Tapi, papa jangan terlalu baik sama orang! Papa harus ingat, yang selalu jahatin papa adalah mereka yang selalu papa tolong. Manusia munafik! Penjilat! Giliran susah datang ngemis minta tolong, pas udah ditolong jadi kurang ajar. Ga tau diri." tekanku jengkel
Yup, disinilah perbedaan terbesar papa dan mama. Kalau Mama, sekali dia tidak suka orang, selama dia tidak akan suka. Menegur bahkan melihatpun dia enggan. Beda dengan papa, papa masih punya hati untuk tidak membalas smua yang jahatin dia. Bahkan, dia masih bisa duduk dan bercerita seolah segala hal baik2 saja, walaupun dia tau orang itu sudah menghancurkan nama dia. Papa selalu punya maaf. Tapi, tidak dengan mama. Dalam hal ini, saya pikir orang yang sangat keras sebenarnya MAMA. Sekali dia disakiti, selamanya dia mengingat hal itu. Dan saya sependapat dengan MAMA.
"Jangan kasian mereka. Merekakan hanya ikut2 saja. Mereka tidak tau apa-apa." bela papa
"Apapun itu,pa! Jangan baik sama mereka!!!! Saya ga suka liat orang itu. Saya ga bisa liat papa dijahatin dan papa hanya diam! Gimanapun ceritanya saya ihalauw,pa! Pokoknya kalo sampe saya liat, mereka ada didekat papa, saya pasti tegur mereka!"
"Untuk semua hal ada waktunya,nona. Sejauh yang papa alami, semua orang yang menyakiti papa, selalu Tuhan yesus balas. Papa tidak perlu mengotori mulut dan tangan untuk mereka. Sebab pembalasan yang terjadi, lebih dari apa yang papa alami"
Saya terdiam mendengarnya. Yaah, memang Yesus membalas tepat pada waktunya. Tepat didepan mata kami. Bahkan disaat kami sudah lupa tentang mereka. Ada banyak peristiwa yang saya saksikan dan diceritakan oleh banyak orang. Papa saya, bila dia sudah tidak tahan trhadap segala sesuatu yang mereka buat. Dia selalu menangis dan berdoa didalam gereja. Dia mengadu pada yang mempunyai hidup. Menceritakan kelelahannya, menghadapi manusia-manusia unik itu. Setelah itu, banyak yang terjadi... mulai dari nafas hidupnya dicabut, kecelakaan, rumahnya terbakar, kena kanker, menjadi tidak waras, pengangguran.
Kali lain, ada pendeta yang dtang bercerita ke rumah. Waktu itu sudah belasan tahun lalu, papa mengikuti sidang tahunan. Ada seorang pendeta senior yang menjadi pimpinan sidang saat itu. Papa mau menyampaikan pendapatnya. Namun, tidak digubris oleh dia. Setiap kali papa angkat tangan, dia mengabaikan papa. Akhirnya,papa ngalah. Ketika acara makan, papa menghampiri pendeta itu, papa bertanya baik2 kenapa papa tidak kasih kesempatan untuk bicara. Tapi yang terjadi, malah papa dimaki2 oleh pendeta itu. Karna papa tidak tahan lagi, akhirnya ditengah ruang makan itu dan dilihat oleh banyak orang, papa berucap "Dengar ini baik-baik, Hari ini kalau Tuhan ada 2, kau satu, saya satu. Kita liat besok pagi, siapa yang masuk didalam tanah duluan."
Singkat cerita papa langsung naik kekamarnya. Besok pagi, jam 5, papa bangun lari pagi, lalu satpam hotel itu mengabari papa, pendeta tersebut meninggal kecelakaan mobil. Mobilnya menabrak pohon yang kecil.
Papa terdiam. Papa kembali tidur. Dan persidangan geger. Beberapa teman pendeta papa sgera membangunkan papa. Well, percaya atau tidak, papa saya mengeluarkan firman ataupun ucapan itu, ketika dia benar2 merasa tidak tahan. Makanya, papa selalu bertahan untuk tidak mengatakan apapun, selama dia dihina, direndahkan, dihujat, papa selalu bertahan. Kenapa? Karna dia tau, kata-kata yang dia ucapkan, terikat diSurga dan di bumi. Selama yang papa lakukan tidak salah, Yesus selalu bersamanya. Bukan hanya pada pendeta itu, sudah banyak kejadian yang saya liat dan saksikan. Karena itu setiap kali, papa disakiti, sekuat yang dia mampu, dia pasti tersenyum dan menahan semuanya.
Saya dan papa masih ngobrol tentang banyak hal. Sampai mama pulang, dan kita pergi jalan-jalan.
I know that im home. When, i hear my dads grumps and my moms laugh. Perfect combination!
Sejauh yang kalian tau, Ihalauw sangat kasar, keras, jahat, terhina, segala hal jelek yang dihadiahkan untuk dia. Tapi, apa yang saya liat sehari-hari selama 25 tahun ini, Ihalauw adalah orang yang tegas, perfeksionis, workaholic, disiplin, konsisten, prinsipil, loyalitas, solidaritas, pintar, intelektualitasnya tinggi, integritasnya diakui, papa yang baik, situasional, teman hidup yang unik, the oldetestament person, teman yang baik (*bahkan untuk orang yang jahat sama dia), lawan yang tangguh, memang Ihalauw tidak sesempurna itu. Tapi Ihalauw juga tidak serendah itu.
Silahkan anda mengatakan apapun tentang beliau. Tapi perlu anda pahami, buah yang baik, dihasilkan dari pohon yang baik. Ranting kami kokoh, dan akar kami tangguh. Jadi, mungkinkah pohon yang jelek membuahkan hasil yang baik? Bukankah apapun itu, hasil yang baik, selalu menunjukkan kualitas pohonnya?
Anda boleh mengatakan apapun tentang papa saya. Bagi saya, tidak ada papa yang terbaik selain dia. Memperjuangkan mimpi kami untuk menjadi orang yang berhasil. Bekerja keras untuk kami. Memenuhi semua hal yang kami inginkan. Iya, dia...papa saya.
Apapun hasilnya nanti. Tidak akan mengubah apapun pada kami. Bila Yesus berkenan, papa mengemban tugas penting itu. Saya berharap, papa kuat untuk melaksanakannya. Karna sekarang saja pro kontra banyak, apalagi nanti?
Saya selalu percaya, apa yang papa imani...
"Sampai masa tuamu, aku Yesus tetap Dia.
Dan sampai putih rambutmu, aku menggendong kamu.
Aku telah melakukannya, dan mau menangung kamu terus.
Tidak ada sahabat yang lebih setia Yesus."
Benyada Remals "dyzcabz"
Awal september
Membuka bulan ini, denga percakapan ringan bersama boss besar saya. Menyadari, bahwa 25 tahun lalu, sama mendengar dia bercerita, dibawa mengikuti kuliah S2nya, kemana-mana ikut beliau saat pelayanan, lalu hari beranjak, waktu berlalu, hari ini kita berdua duduk sebagai sahabat, 2 pribadi dewasa yang saling mendengarkan, saling menguatkan, berargument yang sama porsinya, bukan lagi sebuah komando, tapi dialog. Bukankah itu menyenangkan?
Saat orang yang kamu hormati bisa duduk dan menjadi seperti teman baik?
Dear dad, with all my respect... i adore you!
Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.
Komentar
Posting Komentar