(Diakah yang akan membuat saya berhenti mencari?)
Siapa namanya?
Tidaklah begitu penting untuk dipublikasikan.
Hm, kami cukup dewasa untuk memamerka hal-hal tidak penting di sosmed. Apalagi hubungan kami. Itu punya KITA.
Beberapa malam yang lalu, dia menjemput saya lalu kami menghabiskan waktu dengan duduk di salah satu pusat tongkrongan, BEER GARDEN. I love this place.
Bukan tempat istimewa yang romantis. Karna terlalu ramai tapi cukup nyaman. Mungkin bagi saya bukan lagi mengenai kuantitas tapi kualitas. Yup, kita bukan anak umur 20 an yang akan ngambek dan butuh pengakuan didepan banyak orang. Waktu berlari dan bahkan saat sang waktu berjalanpun rasanya saya tetap jauh tertinggal.
Saya memesan french fries dengan mayonase, segelas BEER. Dia memesan makanan berat. Dia baru pulang lembur sekalian jemput dan kita makan. Bercerita tentang kerjaannya. Kerjaan saya. Pasien saya dengan 1002 keluhan beragam dan unik. Hal-hal konyol yang dia temui dikantornya dan saat dia bekerja. Membicarakan tentang mimpinya. Stop. Ini. Disini letak masalah itu.
Mimpinya. Tentang masa depan. Masa kita, ucapnya. Cerita kita, tambahnya sambil tersenyum menatap saya. Saya menghentikan kegiatan memakan sejenak. Menatap kearahnya dengan tajam. Mencoba menebak apa yang Tuhan sediakan dihadapan saya. Diakah?
Dia masih fokus pada makanan beratnya. Saya memperhatikannya dengan detail. Diakah yang akan selamanya disini? Menemani saya makan setiap malam dan mengkhawatirkan saya bila saya tidak dengannya. Diakah yang tetap disini? Sekalipun nanti dia harus menikmati makan malamnya dimobil sambil menunggu saya selesai praktek?
Saya tersenyum kecut. Haruskah saya menghentikan langkah seseorang lagi? Hanya karena MIMPI mereka?
"Kapan mimpi itu direalisasiin,rald?"
"Kapanpun lo siap!" ucapnya mantap
Saya mengangguk. Ada sesuatu yang bergetar disana, saat saya melihat mata coklat itu. Dia tidak memaksa saya harus sekarang. Dia tidak meminta saya dengan segera. Nanti, bila saya siap.
"Kalo saya ngga pernah siap gimana?" tanyaku pelan
Dia tersenyum sambik mengunyah makanannya. Saya menatapnya menanti jawabannya.
"Gue tau, waktu itu pasti dateng ke KITA. Buktinya, Tuhan ngembaliin lo disni lagi, setelah sekian lama."
Saya mengangguk pelan.
"Kenapa gue?" tanyaku ceplas ceplos, kadang hati saya punya lidah sendiri rasanya. Dia bahkan bisa meluapkan apa yang ingin disampaikan tanpa perintah dari saya.
"Karna, apa ya? Ga tau. Tapi spending time with nona, thats precious moment which i adore."
"Hanya karena itu?" tanya saya sambil memainkan french fries kedalam mayonaise
"Terlalu sederhana?"
Saya mengangkat bahu.
Entahlah, ditelinga saya itu terdengar kurang pas. Kurang lengkap. Swperti ada sesuatu kata yang kurang. Bukan seharusnya ada kalimat lengkap yang dia ucapkan dengan serius. Itu yang hilang. Seharusnya...
Saya kembali tenggelam dalam pikiran saya. Menatapnya yang kembali bercerita tentang beberapa temannya. Mendengarnya. Diakah? Orang yang akan saya dengar suaranya, setiap hari. Orang yang membagi keluh kesahnya dengan saya. Orang yang suaranya akan saya rindukan bila kami berjauhan. Diakah?
"Kapan nona test untuk spesialis?"
Saya terdiam menatapnya. Tes spesialis. Mimpi saya. Bisakah dia menerima itu?
"Bukan dalam waktu dekat ini. Saya masih malas mikir. Setelah kejadian eset, banyak yang harus diperbaiki dulu sebelum mulai lagi"
"Semuanya akan baik2 lagi,non. Apa yang nona mau. Apa yang nona impiin. Semuanya akan kembali lagi."
Saya menatapnya. Lama. "Kamu mau nunggu?"
Dia mengalihkan tatapannya dari french fries ke saya. Ke wajah saya.
"Selama ini juga nunggu'kan? Apa bedanya,non?"
Dia membebaskan saya memilih. Dia menghormati apa yang saya pilih. Dia menunggu saya siap. Apa itu belum cukup menjadikan dia layak untuk dimiliki? Apa alasan-alasan itu blum juga membuat saya menemukan apa yang saya inginkan?
"Nunggu dan dicuekkin itu dua hal yang berbeda,rald."
Dia tertawa mendengarnya.
"Kedengarannya sama untuk saya,non. Nunggu tapi dicuekkin, atau Dicuekkin tapi nunggu. Dimana bedanya?"
Saya tertawa mendengarnya.
Jam 23.00
Dia mengajak saya pulang. Bukan karena mama menelpon. Atau papa menanyakan. Karna, buatnya sudah cukup melihat dan mendengar suara saya. Lagipula, dia belum punya hak untuk membawa saya pulang pada rumah yang sama. Jadi, jam malam masih tetap berlaku. Dan surat izin membawa anak gadis orang harus tetap dihargai, selama tidak dicabut dengan tidak terhormat.
"Nona mau tau, apa wish gue malam ini?" tanyanya tiba2
Saya mengangguk sambil menatapnya
"Semoga beberapa tahun kedepan, kita bisa pulang kerumah yang sama, dan tidak perlu meminta izin"
Saya tertawa mendengarnya.
"Sabar ya. Kamu harus extra sabar untuk perempuan ini."ucapku pelan
Jam 23.45. Sampai didepan rumah. Didepan gang masuk rumah. Lampu rumah masih menyala.
Saya segera turun dan berjalan masuk.
"Non, sabar kita bareng"
Saya berhenti dan menunggu dia mensejajari langkah saya. Dia menggenggam tangan saya.
"Biar gue anterin sekalian minta maaf ke om dan tante mulangin anaknya udah malem."
Its make me nervous.
Papa tegak didepan pintu. Dengan tenang, dia meminta maaf sekalian pamit pulang. Papa hanya mengangguk tanpa ekspresi. Thats my dad. Setelah sekian lama, akhirnya dia melihat kembali anak perempuannya diajak keluar sama TEMAN DEKAT.
Sebelum naik tidur, saya mengirimkan pesan singkat untuk dia...
Ati2 dijalan. Semoga wishnya dikabulkan. My wish, ull be my best man, i've ever had. Have a sweet dream.
Juli
Mungkin benar, pencarian saya akan saya hentikan. Saya sudah menemukan. Orang yang selama ini saya inginkan. Atau bisa jadi, saya berusaha menjadi sangat rasional bahwa mungkin juga dia adalah kesempatan saya yang terakhir. Mungkin saja, DIA adalah jawaban pada setiap doa saya pada Sang Pencipta. Yup, saya menciptakan begitu banyak kemungkinan dengan logika saya.
Namun, apapun itu...
Malam ini, ada yang tergetar disana. Dibagian terdalam hati saya. Saat dia bilang akan menunggu. Saat dia berani mengantar dan meminta maaf pada papa. Saat dia mengucapkan wish-nya tentang KITA.
Semesta, selalu tau apa yang dia kehendaki untuk terjadi.....
Semoga ini adalah salah satu kejadian indah yang dikehendaki. Amin.
Benyada Remals "dyzcabz"
Komentar
Posting Komentar