Selamanya saya akan tetap menjadi anak kecil dimata
Selamanya saya akan tetap menjadi anak kecil dimata mama...
Sebenarnya sudah cukup lama, tidak mendengarkan omelan panjang mama. Lama sekali. Sejak saya, kuliah lalu koas, dan mama pindah ke medan, lalu saya PTT. Saya jarang sekali diomelin mama. Diceramahin panjang lebar tentang hidup. Lucu juga sih, karena sebesar saya masih harus diomelin.
Malam itu, saya selesai praktek.
Lalu teman-teman gila saya datang dan mengajak saya menghabiskan malam.seperti biasa. Biasa saat dulu. Saat masih jadi anak kos. Saat blum punya duit sendiri. Saat dulu masih anak ingusan.
Saya selesai jam 21.00. Saya dan rasco langsung ke jakarta. Seperti biasa, saya menuju ketempat mereka janjian. Oia, rasco udah sembuh.
Melepaskan rindu dengan bercerita dan tertawa bersama mereka membuat saya benar-benar lupa waktu. Benar-benar khilaf. Namanya juga anak muda. Nongkrong. Untungnya saya tidak minum. Rasanya kalo malam itu saya minum, selesailah saya.
Jam 04.00
Saya pulang. saya kira semua sudah tidur. Lampu sudah mati semua. Mobil papa sudah masuk juga. Jadi saya pikir, semuanya sudah terlelap. Saya membuka pintu dengan pelan. Ternyata bnar, semua tidak.ada lagi dirumah tamu.
Saya segera masuk kamar dan ganti baju. Pintu kamar mama terdengar terbuka. Beberapa saat kemudian, mama tegak didepan kamar saya...
"Jam berapa ini,jedijah?"
Saya terdiam mendengar cara mama bertanya. Sudah lama, mama tidak bertanya dengan cara dan nada seperti itu. biasanya mama tidak pernah melarang, bahkan tidak pernah peduli saat saya keluar hingga malam. Maaf, larut malam.
Dan, mulai dari situ...
Mama menceramahi saya. Tentang buruknya jalan malam. Tentang ketakutan mama. Tentang khawatirnya mama kalau kejadian eset berulang untuk kita lagi. Tentang kecelakaan. Tentang begal dan orang jahat tengah malam. Tentang banyak hal.
Saya hanya tertunduk dan diam. Bagaimanapun, saya salah. Seharusnya saya kasi tau dulu. Atau mgkin sebaiknya saya nginap aja di nita atau rara.
Setelah mama ngomel. Mama menutup pintu kamar. Saya masih terdiam disisintempat tidur.
Sampai kapanpun, saya masih tetap putri kecil mama.
Sedewasa apapun saya, bagaimanapun hebatnya saya...
Bagi mama, saya tetap yedy kecilnya.
Dan betapa hebatnya saya berkeras bahwa saya mampu menjaga diri saya sendiri, Mama tetap punya hak yang utuh untuk mengkhawatirkan saya.
Bahkan saat nanti, ada yang memiliki saya.
Saya menjadi serba salah. Sejak menginjak metropolitan lagi, ini kali pwetama saya menyempatkan waktu untuk bertemu mereka semua.
Tapi, apa mama mengerti?
Bahwa kesibukkan putrinya, mengisolasinya dari segala pertemanannya...
Bahwa satu-satunya waktu yang tersisa hanya setelah jam.kerja.
Dan itu malam.
Apa mama mau mengerti?
Saya pikir mendebat sekeras apapun anak adalah annak. Dan kekhawatiran mama, adalah hal yang selalu terjsdi. Apalagi saat kami baru saja mengalami musibah besar. Iyakan?
Jadi, saya memutuskan untuk diam saja.
Besok pagi, saya akan minta maaf untuk mama.
Mama bukan sengaja melakukan itu.
Kadang, saya juga butuh sahabat-sahabat tersayang saya...
Saya masih tetap putri kecil mama didalam rumah,
Dengan tanggung jawab profesi diluar rumah,
Namun teman gilanya orang-orang kesayangan saya...
Bukankah itu cukup?
Maaf,ma...
Janji deh ga akan lagi, pergi tanpa ngabarin.
Juni,
Beberapa hari yang lalu, saat saya tau bahwa bagi mama kedewasaan yang saya miliki, tidak membatasi dan tidak meredam rasa khawatirnya.
Sebagai seorang IBU, khawatir akan selamanya melekat sebagai naluri alamiahnya.
Hari dimana saya sadar, sebesar apapun saya... ketika saya kembali kerumah,saya masih tetap PUTRI KECIL MEREKA...
Benyada Remals "dyzcabz"
Komentar
Posting Komentar