Ada yang main gitar lagunya Perfect - Simple Plan. Kita ikut nyanyi dong, (*kita bertiga).
Pertengahan lagu, tiba2 hening. Eset merokok sambil liat lantai. Amor merenung aja. Saya? Main hape.
Lagu selesai.
Saya : lagi bikin video clip? Hm?
Amor diam. Eset ketawa.
Saya : heeh, bapakmu udah mati dari 2 tahun lalu, baru sedih hari ini, gara2 lagu?
Amor : emang bangsat kok ko, kak. Ga ada hati paitmu wjVckagxmab*@(÷*@:'whdbskdhhsndjds... (*sumpah serapah)
Eset : ya sapa tau kan. Ada yang tergerak liat cara kita merenung, ga salah kan. Negolah. Tinggal nego harga aja, asal cocok.
Lalu, kita menertawakan kami. Yang duduk tanpa papa. Mengingat beliau melalui lantunan sebuah lagu yang liriknya "ngena" banget.
Dengerin lagu itu, 20% nyanyi, 80% mengenang cerita yang ada di balik lagu itu dan liriknya.
Duduk sama manusia2 sefrekuensi itu ya gini, lo bakalan menertawakan segala hal, tanpa perlu ngeribetin perasaan orang.
Nak2 tongkrongan pasti paham 'kan?
#angkatbeerdulslah
Untuk sedih, lo ga perlu banyak orang,
Untuk pesta, lo perlu beberapa orang.
Kita kangen banget loh, sama yang baru merah.
Pa, we miss you.
Setiap hari, selalu ada cerita nostalgia tentang papa. Nama papa selalu kita sebut, selalu papa.
Karna, yang sudah pergi, adalah beliau yang selalu memeluk kami dengan caranya.
Dari anak-anaknya Noke, yang kangen banget sama papanya.
Komentar
Posting Komentar