Langsung ke konten utama

Tentang berbagi

Ini cerita kami, tentang berbagi.

Tentang hal yang selalu papa ajarkan, kepada kami bertiga.


Hal pertama yang papa tanamkan untuk kami,
Laen lia laeng, laeng jaga laeng.

Saling jaga. Saling bantu. Saling berbagi.


Jadi, kemarenkan amor ulang tahun, lalu Om Jhon (*adek bungsunya mama) dan Tante Wid ngucapin selamat. Trus, om jhon bilang mau kasih amor hadiah, cuman karna banknya amor agak susah ya, jadilah pake no.rek eset aja.

Lalu, tante wid suruh amor nyanyi lagu. Amor nyanyiin lagu rohani, lalu lagu ambon, lalu rohani.

Saya nyeletuk disela2 amor nyanyi dilelanglah berapa harganya. Ada harga ada barang. Hahahahahhaahhaaa...

Kita semua tertawa.

Tiba2 om jhon bilang tante wid bilang 5 juta untuk amor pu suara, 5 juta buat eset pu suara.

Mereka berdua terdiam. Lucu banget liat mukanya amor dan eset.

Percakapan usai dengan janji, tante wid nanti transfer hadiah buat amor.


Jam 00.12

Amor masuk kamar saya dengan muka bingung. Eset dibelakangnya.

Amor kaka, 10 juta kak.

Saya ketawa. Kenapa ko kaget. Kan udah di bilang.

Eset beneran 10 juta. Gilak.

Amor sa kaget liatnya. Sa pikir cuman 500 ribu.


Buat saya, 10 juta mungkin terasa begitu biasa. Gaji saya melampaui tu. Namun, bagi amor eset, uang sebanyak itu bukan hal kecil. Bukan hal remeh.

Papa, tidak pernah membiasakan kami, memegang uang dalam jumlah besar kecuali uang kuliah. Papa selalu menjatah kami sesuai porsi kami.

Ini ajaran papa, uang jajan kaka selalu harus lebih besar dari amor eset. Uang jajan amor harus lebih besar dari eset. Jadi, setiap kita tau bahwa yang lebih tua akan mendapatkan jatah lebih besar.

Tapi, kalo ada orang yang kasih salah satu dari kita uang jajan, papa akan selalu mengambil uang itu dan membagi tiga uangnya. Selalu. Pasti. Harus.


Papa selalu bilang gini, darah selalu lebih kental dari air. Jangan hanya karena kamu butuh air, kamu buang saudaramu.

Kata2 itu membuat kami bertiga tau dengan benar, bahwa segala berkat yang kami terima, harus dinikmati bersama.

Ketika saya gajian, saya akan memberi amor dan eset, mentraktir mereka atau uang pulsa mereka. Ketika amor dapat gaji atau ada uang pelayanan, dia akan membelikan sesuatu untuk kami. Begitu juga eset.

Hingga ketika semalam mereka dapat 10 juta, mereka bilang kita kasi ke ko ya kak.

Saya tertawa. Hm, 2 juta ya perorang hahahahahahahahahahahahaaa

Amor nggalah yang benerlah.

Eset ini lebih parah dari preman loh.


Paginya, mama cerita dan sekaligus minta terima kasih ke Om Jhon dan Tante Wid.

Om Jhon terharu mendengar cerita mama tentang betapa kagetnya sikap amor dan eset.

.......itulah sa punya anak2. Mereka tidak pernah diajarkan noke untuk pegang uang berlebihan. Uang banyak hanya untuk mereka pu kuliah, jon. Jadi semalam waktu mereka liat, mereka kaget. Kasian, itulah noke, dia ajarkan anak2 ini pakai uang dengan secukupnya. Bergaya sewajarnya. Kalo ada lebih silahkan kalo tidak ada tidak boleh paksa.

........mereka ini dibesarkan dengan kesederhaan yang papanya ajar, jon. Namanya anak2 pelayanan. Jadi, kalo mereka menerima uang besar, mereka kaget. Ya walaupun kadang noke juga kasih lebih buat mereka.

.........jadi dong dua su bagi dengan kakanya. Karna noke ajar mereka bertiga harus selalu berbagi. Kalo kaka punya, amor dan eset harus rasa. Begitu juga kalo ade2nya punya. Jadi tadi amor su bagi dengan kakanya. Eset juga.


Laen lia laeng, laen sayang laeng, laen jaga laeng.

Kalimat ini seperti mantra bagi kami. Mantra yang melekat dalam setiap hal yang kami lakukan.


Bahwa dalam hidup, sebagaimanapun kerasnya hidup harus di hadapi, kamu selalu punya keluarga yang menolongmu.

Kamu selalu punya saudara untuk menjagamu.

Orang lain mungkin menyakitimu, meninggalkanmu, namun saudara kandung adalah penjagamu. Lemari besimu. Dompetmu.


Papa menunjukkannya pada kami. Bagaimana seharusnya berbagi. Papa bukan hanya mendidik, tapi menjalankan apa yang dia bicarakan.


Seperti yang selalu saya bilang,
Bila kamu mau mendidik anak2mu,
Mulailah dari rumah,
Tidak penting seberapa besar rumahmu,
Semewah apa rumahmu,
Didikan yang benar akan mengakar dengan benar,
Bila kamu melakukannya, bukan hanya menyuarakannya.

Bukan kemewahan rumah yang menentukan kualitas orangnya,
Namun, orang tua di dalam rumah itu yang membentuk karakter anak2nya.


Kami yang kamu temui hari ini,
Adalah karya Noke dan Sinsi.


Kami mungkin tidak selalu baik,
Dimata sebagian orang,
Atau kami tidak memenuhi ekspektasi beberapa orang,
Namun, kami tidak pernah melakukan hal jahat yang mematikan atau merugikan hidup orang.

Kami berjalan dengan ajaran2 ayah kami,
Hidup mengikuti iman yang di ajarkan oleh ibu kami,
Kami di jaga oleh percakapan2 kecil bersama ayah ibu kami,
Dan lalu, Yesus... Yesuslah yang memantapkan kami untuk hidup didalam ajarannya.

Melalui noke dan sinsi,
YESUS membenturkan kami menghadapi hidup, hingga membentuk kami menjadi pribadi yang hari ini kamu lihat.


Benyada Remals 'dyzcabz'

Kamu menciptakan generasi hebat dari dalam rumahmu.

Karena itu, perbaikilah caramu berpikir, bertutur dan bertindak.

Anakmu, tidak hanya mendengarkan nasehatmu,
Anakmu mengikuti apa yang kamu lakukan.

Karena itu, berlaku benarlah dalam hidup.
Untuk mewariskan sikap, watak dan karakter yang kuat bagi penerusmu.



Berbagi bukan hal yang kompleks.
Tidak juga hal yang rumit.
Yang membuatmu, mau dan mampu berbagi dengan orang lain,
Karena kamu terbiasa untuk melakukannya di rumahmu.

Jangan berharap kamu bisa berbagi dengan tulus dengan orang lain,
Bila untuk saudara kandungmu sendiri,
Kamu tidak bisa melakukannya.

Segala sesuatu yang membentukmu,
Dimulai dari rumah.

Kamu ingin membentuk dunia yang lebih baik?

Pulang dan berkacalah,
Semua dimulai dari dirimu dan rumahmu.


Saya selamanya menjadi bagian dari baboon dan babs.
Sama seperti, mereka yang selalu memiliki kakanya.

Hidup akan menyediakan cerita tentang masing2 kita.
Mimpi yang patah, ingin yang hancur, harap yang pupus, cinta yang redup, masalah yang menyapa.

Berbagilah denganku,
Aku akan disini, mendengarkan keluh kesahmu.
Seperti kemaren, hari ini dan esok.

Berbagilah denganku,
Bukan hanya tentang suka, namun duka,
Sebab itu yang di ajarkan ayah kita.


Berterima kasihlah pada papa kita, Noke.
Beliau yang membesarkan kita dan membentuk kita dengan didikannya yang luar biasa.


Terima kasih untuk bapa bongso dan tante wid.

Tuhan Yesus melipatgandakan berkatnya untuk om jhon dan tante wid. 

Om jhon itu seperti papa untuk kita. Kita bisa bercanda, ngobrol, baku ganggu, beliau seperti teman dengan kita. Dari dulu ketika kita masih di sorong sampai hari ini, beliau tidak pernah berubah.

Ketika om jhon datang saat ibadah penghiburan papa, kami sama2 kehilangan. Om Jhon selalu bilang bahwa papa adalah ipar yang selalu memahami dia. Buruk baiknya om jhon, papa tidak pernah hadir sebagai hakim, sekalipun papa seorang pendeta. Papa selalu mendengarkan om jhon. 

Saat malam terakhir, saya duduk termenung sendiri di kursi paling belakang, saya perlahan menangis. Saya menangis memanggil papa. Karna besok tidak adalagi nokenya saya. Tidak ada. Siapa yang mungkin membela saya?

Om jhon memeluk saya. ....yed, ada om jhon. Om jhon akan liat kalian. Ya? Papa sudah tenang. Om jhon selalu dengan kalian.

Kata2 itu memang tidak menghentikan tangis saya, toh saya tetap kehilangan. Namun, pelukan itu membuat saya percaya, papa saya masih ada, papa jhon. Mungkin beliau bukan noke, bahkan jauh dari noke. Tapi, beliau akan ada bersama saya. 

I always adore you, Om Jhon si celana biru. 

Benyada Remals 'dyzcabz'


Ketika saya PTT dan tinggal di rumah oma. Ada di suatu moment, saya ingin ngekos. Saya ingin mandiri.

Saya bilang ke papa. Mau tau apa yang papa bilang?

Papa ....nona di rumah oma supaya Om Jhon bisa jaga nona. Jangan macam2 yedijah. Papa ngga ada disana untuk liat nona. Tinggal di rumah oma. Jangan sok kos2an!

Saya papa, saya mau sendiri aja. 

Papa tutup telpon. 

Om Jhon pulang kantor, dia memanggil saya. Saya datang dengan muka bete karna taulah ya, noke pasti udah bilang ke jhon.

Om Jhon tidak ada cerita ko mau kos ya. Tidak ada itu. Tinggal disini dengan oma. Ko pu bapa su bilang buat saya, kalo anaknya kepala batu hajar saja. 

Saya ketawa. Om Jhon masih ngedumeeeeeeel aja. 

Bahkan kedewasaan dalam raga yang sudah matang, tidak membuat saya di berikan izin untuk menjadi mandiri. 

Dimata mereka, saya masih yedijah kecilnya mereka....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...