Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Jeleknya kukang

hal yang paling saya benci, setelah papa pergi adalah... saya tidak punya tempat untuk mengeluh. saya tidak memiliki tempat untuk berkeluhb kesah dan menjadi manja. saya kehilangan "tempat ternyaman" di mana saya boleh menjadi apa adanya saya. Sebagaimana adanya saya, tanpa perlu berkuat dan terlihat hebat.  Papa adalah tempat ternyaman saya. Dengan laki-laki tua itu, saya bisa marah semaunya. Saya bisa menangis dan memaki sepuas saya. Saya mengijinkan diri saya, terlihat lemah dan mampu mengeluhkan sakit saya bersama beliau. Itulah kenapa, ketika papa pergi, saya kehilangan separuh saya. Saya yang selalu "disembunyikan" didepan banyak orang. Yedijahnya papa. Nonanya papa. Saya yang manja.  Sebab, saya pantang terlihat lemah didepan banyak orang. Saya tidak butuh dihibur banyak orang. Saya tidak butuh dikuatkan. Karna, bagi saya, seorang saya cukup untuk "membenahi" diri saya.  Ya, saya... saya selalu berkuat dengan keberadaan saya. Saya tidak suka melemah...

desember ini, tidak terlalu menyenangkan

  jangan bertanya kenapa. saya sedang tidak dalam mood untuk harus menjelaskan. saya juga tidak dalam mood untuk didebat, tentang bersyukur dan segala halnya. Desember selalu menjadi hal yang paling saya tunggu, dalam waktu yang berjalan. Bukan hanya tentang harinya saya. Namun, juga tentang NATAL dan waktu menyongsong natal. 6 desember, milik saya. Saya melewati dengan duka. Walaupun, tim jaga saya memberikan surprise yang tidak mengejutkan. Kebaca banget. Banget. Namun, saya belajar menghargai effort yang mereka berikan. Saya benci kejutan. Saya tidak suka perayaan. Seandainya saja saya tidak jaga, saya mungkin sedang melipir ke tempat favorite saya. menghabiskan waktu saya disana. membaca dan mendengarkan lagu. ME TIME.  Hanya saja, sesuatu menahan saya. Saya adalah bagian dari TIM ini. Bagaimanapun saya berkeras untuk tidak ingin, sebagian saya memahami, mereka hanya ingin ikut berbahagia dihari jadi saya. Jadi, sudah selayaknya saya cukup "memahami" untuk diam dan tingga...

#nyedngomong #4

Manners maketh man. Bila pendidikanmu tinggi, kamu mampu bersekolah di sekolah bergengsi di luar negeri, kamu juga diberi nikmat kemewahan dimana orang tuamu punya kedudukan yang baik, tolong lah, jangan lunturkan semua kebaikkan yang Tuhan beri itu, dengan attitude yang jongkok. Perlu kamu tau, saya tidak menghargai orang karna kekayaannya, atau kedudukannya, atau mungkin goodlookingnya. Ngga. Saya, menghargai keberadaanmu sebagai manusia ketika kamu tau caranya memperlakukan orang lain dengan benar. Tidak ada orang yang mau direndahkan, diperlakukan sebagai budak, tidak ada. Karna itu, bila kamu mau meminta tolong, pelankan suaramu, perbaiki lakumu, ubah sikapmu, letakkan tata kramamu pada tempat yang benar. Agar orang yang kamu minta tolong, membantumu dengan ikhlas. Saat kamu meminta tolong orang lain, apalagi tentang sesuatu diluar jangkauanmu, lakukanlah dengan benar. Karna, bagi mereka, membantu atau tidak, tidak ada gunanya. Ada atau tidaknya kamupun, tidak berpengaruh. ...

#nyedngomong #3

Pada akhirnya, kita harus berdamai dengan keputusan2 keras kepala yang dibuat. Penolakan2 angkuh yang diejawantahkan. Untuk menghargai kuasa yang lebih besar dari kita. Untuk belajar pasrah, bahwa jalan hidup memang sudah ada skenarionya sendiri. Kamu hanya perlu memainkan dengan baik karaktermu, sebelum teriakkan CUT menghentikan peran itu. Legowo, disebutkan begitu mudah. Dijalankannya itu loh kok ya susah bener. (*kalo kata Bu Puji ....wes angeeeel...wes) Mungkin karena dalam perjalanan selalu ada teriakan riuh "penonton" yang menjatuhkan mental, iyakan? Kita terlalu memikirkan menjadi hebat dimata penonton ketimbang Sang Sutradara, kali ya? Sehingga langkah dan pilihan yang dibuat selalu terasa ambigu. Padahal kita hidup bukan untuk memenuhi standar mimpi orang lain. Lalu, ngapain memakai standar sukses orang lain? Hiduplah sesuai ajarannya, berjalanlah sesuai arahannya, berliku itu biasa, toh nanti juga sampai pada tempat yang dituju. Waktu mendewasakan kita, agar...

#nyedthought #2

32 tahun hidup. Saya menyadari hal2 yang tetap melekat pada diri saya, bagaimanapun cerita hidup dan waktu membawa saya. Saya, tidak jago public speaking. Saya, konseptor bukan moderator. Saya, lebih suka dibelakang layar ketimbang berdiri gagah sebagai penampil. Saya menyukai malam, daripada hiruk pikuk pagi. Dan, saya selalu tau diri, tau kapan saya harus mundur dan berhenti, bila saya tidak kompeten, saya harus mundur. Papa mengajari hal ini dengan benar untuk saya. Tau, kapan kamu harus berhenti. Tau, sejauh mana kamu harus bertindak. Bila, kehadiranmu tidak merubah situasi, stop, nyed. Tempat itu bukan punya lo. Saya tidak bisa menjalani sesuatu yang tidak saya inginkan. Dari saya, yang lebih nyaman menjadi biasa saja. Yang jauh lebih suka, mengerjakan semua hal sendirian ketimbang meminta tolong. Karna itulah, kata maaf, tolong dan terima kasih, benar2 saya pelajari dengan mahal setelah papa pergi. Kadang, orang harus diingatkan, agar tidak lupa, bahwa dalam hidup, setiap ...

ME in another universe (*and i love it)

Saya jatuh hati pada profesi ini. Pengabdian bukan hanya tentang rutinitas dan hitung2an upah yang diterima, Lebih kepada tanggung jawab pada Yang Memiliki Hidup. Pengabdian bukan tentang jumawa pembenaran ego, namun lebih kepada legowo yang meneduhkan setiap hati yang butuh dikuatkan. Kebaikkan dalam profesi ini, bukan hanya sebuah kata kerja aktif yang didengungkan, bukan hanya sebuah keharusan, namun pencapaian tertinggi untuk sebuah dedikasi. SELAMAT HARI KESEHATAN NASIONAL, untuk semua pelayan kesehatan, dimanapun tempatmu bertugas. Tuhan semesta alam, menguatkan setiap kita untuk tetap melayani dalam segala situasi dan kasihnya memeluk kita agar senantiasa diberikan hikmat juga kesehatan dalam setiap pelayanan yang dilakukan. "Hidup untuk menghidupkan orang lain" Sehebat-hebatnya manusia adalah dia yang menjadi berkat pada tempatnya berpijak. Benyada Remals 'dyzcabz' Dan bagi saya, menjadi dokter bukan hanya tentang memakai jas putih. Lebih d...

#nyedthought #1

Beberapa minggu kebelakang, sudah 3 kali mendengar pasien2 kehilangan orang2 terdekatnya. Mungkin, kalo itu di IGD terasa biasa ya. Karna, pasien2 yang datang memang dalam kondisi gawat. Namun, entah kenapa, mendengar cerita dari sisi mereka yang kehilangan, sebagian saya ikut sedih. Rasanya kok nelangsa ya, nyed. Mereka kehilangan, namun tidak bisa mendoakan untuk yang terakhir kali. Menatappun tidak bisa. Hanya doa yang dilantunkan dalam penyesalan2 dibalut keikhlasan agar kekuatan diberikan. As i say, menjadi kuat bukan berarti tidak boleh bersedih. Menjadi kuat, bagi saya, artinya mampu menghadapi juga menghidupi. Kekuatan harus iringi dengan keikhlasan untuk menerima, bahwa kehilangan ini adalah rencana dari Tuhan semesta alam. Untuk kamu, yang sedang berduka, di manapun kamu berada, semoga Tuhan selalu menguatkan kalian untuk tetap hidup sekalipun berat untuk mensyukuri sebuah kehilangan. Setiap masa ada orangnya, seperti setiap orang ada masanya. Saya mampu memahami, buk...

Tentang Noke #78

papa, papa pasti tau, kita berdua punya banyak kesamaan ya? Tulisan yang bagus salah satunya. dan, saya... sangat suka menggambar hal-hal absurd seperti diatas. Pada jam-jam jaga yang krusial dan ada pasien yang harus saya observasi, saya harus melek sampai pagi.  Menggambar adalah salah satu hal yang mewaraskan saya agar tetap terjaga. Semalam, saya kangen papa.  Kangen banget. Sebenarnya, setiap kali kangen papa, saya selalu mendengarkan lagu-lagu kesukaan papa. Termasuk lagu ambon, yang saya hindari itu. hahhahahahhahhahaa... Semalam tidak ada pasien yang di observasi sih. Semua baik.  Hati saya yang tidak baik-baik saja. Saya kangen ngobrol sama papa. Pada malam-malam tenang, dimana saya bisa menemukan beliau duduk dikursi malasnya. Pada malam-malam dimana saya bisa memeluknya setelah pulang jaga. Pada malam-malam dimana saya bisa mendengar papa bertanya tentang hari saya. Pa, anak perempuannya lagi cengeng. Dia kangen sama papanya. dan, dia menyadarkan dirinya, papan...

Saya sebel, kalo...

  bagi beberapa orang yang mengenal saya, mukanya Yedijah tidak berubah.  Masih sama seperti SMA dulu. Sebagian lagi yang saya temui secara tidak sengaja ataupun dengan perjanjian, selalu menanyakan "Kuliah dimana? Sudah semester berapa?" Bahkan ketika kami bertiga berdiri didepan, disejajarkan, saya selalu terbaca sebagai anak ke-2. Alias, muka saya tidak terlihat setua USIA saya.  well, im goin on 32... Lo ngga bangga dibilang "terlihat muda?" Jujur? Ngga! Ga bangga sama sekali. Malah saya merasa risih ketika saya selalu dibilang, masih terlihat seperti SMA. Atau, ketika orang mengira saya masih kuliah FK, padahal saya sudah 10 tahun menjadi dokter. Saya tidak semuda itu dan saya tidak suka dilihat "jauh lebih muda", sekalipun mungkin memang terlihat seperti itu. Setelah FBnya mama lama vakum, kemaren saya dan mama pergi untuk membeli Memory Cardnya. Lalu, mama dan saya selfie, untuk dimasukkan dalam FBnya.  Tidak berapa lama, tiba2 Kak Ivan (*Pdt. Ivan ...

Tentang Noke #77

Papa, Tau kan, saya ngga bisa dilarang? Papa, Mengertikan kalo saya mau, saya harus dapat. Papa, Pasti senyum kalo ada, iyakan, pa? Ketika mereka meminta tolong untuk ikut berperang melawan coronces bangke ini, dan... Benyadanya papa mengiyakan. Benyadanya papa, Membuat keputusan bahkan tanpa bertanya pada siapapun. Dia selalu begitu kan pa? Papa selalu bilang "mau punya mau", tapi papa tidak pernah melarang saya. Papa memberi keleluasaan untuk saya memutuskan apa yang saya mau, membiarkan saya menjalaninya lalu mengajarkan saya setiap pilihan ada resikonya. Setiap keputusan2 penting dalam hidup saya, papa disana. Bukan untuk membantah, namun menimbang. Bukan untuk melarang, namun membijaki, melihat pilihan2 lain dari sudut pandang papa. Thats why i love him. Papa tau, Ketika malam itu saya bilang ke mama, amor, eset, bahwa saya akan masuk wisma atlet, mereka terdiam. Amor marah, pa. Mama pasrah. Eset? Dia cuman senyum. Mereka tau, keputusan saya tidak bisa dibantah. Saya yan...

cerita di ujung senja september

Melihat begitu banyak kehilangan di depan mata, Saya harus bersyukur karena Yesus menjaga kami. I dont know why. This morning, i feel so low. Lepas jaga. Lalu, semalam ada 3 pasien plus. Papa, mama, opa, oma, adik, kakanya menjerit histeris. Saya bahkan tidak sanggup melihatnya. Bukan, saya tidak kuat melihatnya. Dan pagi ini, berjalan menuju ruang dekon untuk ganti. Mata saya terasa panas. Bersamaan dengan keringat yang mengucur deras. Airmata saya luruh didalamnya. Hati saya ikut berdenyut nyeri mendengar kehilangan demi kehilangan. Yesus, Terima kasih sudah menjaga mama, amor, eset di saat saya tidak bisa bersama mereka di rumah. Terima kasih bahwa saya selalu bisa memeluk mereka, setiap kali saya pulang ke rumah. Terima kasih, karena mereka selalu menyambut saya dengan kangen. Terutama mama. Kasih mama, umur panjang ya, Yesus. Biar saya mampu membahagiakan mama, hal belum sempat saya lakukan untuk papa. Terima kasih, Engkau, menaruh saya dalam sebuah keluarga yang menyenangkan. Kel...

hargai keberadaanmu

Percakapan saya dan elkhesed Eset ....kak, ko tau ngga, sa pu teman tuh dia cerita ternyata tes ***** ini ada calo soal. Katanya sih begitu. Saya mengangguk tanpa menanggapi. Eset ....kalo gitu nilainya tinggilah ya. Gilak. Bagus juga ya. Saya menatap eset. "Bagian mananya yang ko anggap bagus?" Eset ....ya nilai tinggi kan luluslah kak. Bagus kan? Saya ....denger ya, ketika ko beli soal dan jawaban, nyontek, atau beli nilai, itu sama aja ko merendahkan harga dirimu. Nilai dirimu. Buat saya, orang2 seperti itu tidak menghargai kemampuannya dan merendahkan otaknya sebagai manusia. Saya? Tidak akan melakukan itu hanya untuk jadi yang terbaik. Yang membedakan kita dengan binatang adalah akal budi. Caranya kita mengasihi Tuhan Yesus salah satunya adalah dengan menggunakan akal budi kita  set. Bukan membuatnya menjadi remeh, hanya demi memenangkan sesuatu. Eset tepuk tangan. Gilaaaaaaaak, ko aseli sih, kak. Aseli... sa salut sama ko. Saya menatap jengah ke arah nyemcil ini. Saya ....

absurd

Plis, stop it,  nyed. Jangan bilang lo...jatuh cinta sama dia? Jangan. Jangan. Jangan. Ngga ya. Ngga.  Nyed, plis... lo ngga sebego itu kan? Buat seriusin mimpi tolol yang tiba2 ada? Hm? Lo tau dia, tapi ngga kenal. Iyakan? Nyed, plis. Plis. Dont.  Subuh ini, secangkir kopi hitam tidak mampu melenyapkan bayangan seseorang yang hanya 3 kali saya temui dalam kenyataan, dan lalu tiba2 muncul tanpa permisi dalam mimpi saya. Fck. Lalu, 3 mggu belakangan, bayangannya hidup dalam pikiran waras saya.  Saya, memikirkan dia. Bangkek! Geblek. Otak gue emang ngga ada rebes-rebesnya. Mimpi diseriusin, goblokkan? Dan, dalam rutinitas saya, mimpi tentangnya mampu menerbitkan senyum tolol diwajah lelah saya. Taik!  Yesus, plis...  Gimana bisa sih, manusia yang saya temui beberapa kali, bisa2nya muncul dalam mimpi? Ngga kenal2 banget gitu. Ngga deket juga. Ngomong aja mgga pernah. Ngefans pun nggaaaa.  Ah sinting nih gue. Fvck. Argh! Gilak!!!! Benyada Remal...

Tentang Noke #76 (utang terbesar saya)

Utang terbesar saya untuk Noke. Alasan setiap orang bersyukur, selalu berbeda-beda. Ada yang mensyukuri kelulusan, namun ada yang menangisi kegagalan. Iya ya? Di masa PSBB ini. Disaat pandemi global melanda seluruh dunia, hingga pemerintah menetapkan work from home dan school from home, sebagian orang memprotes kebijakan ini, sebagian lagi ada yang bersyukur. Saya? Termasuk sebagian orang yang bersyukur akan school from home. Kenapa? Karna, saya bisa mengawasi eset dengan ketat di rumah. Ngapain lo awasin, kan dia udah gede, udah kuliah gitu! Eset adalah tanggung jawab saya, utang terbesar saya pada papa. Hal yang selalu saya pikirkan dan gumuli dalam tiap doa saya. Dengan kuliah dari rumah, saya bisa memantau, eset tidak telat datang ke kampus. Memastikan seluruh tugas2nya dikumpul tepat waktu dan tidak tercecer. Kayaknya lo udah lebai deh, nyed. Eset, udah terlalu tua untuk lo awasi terus2an. Bener, tapi bagi saya, selamanya dia adalah adik yang butuh di awasi...

Tentang Noke #75

Papa, Kaka kangen. Pengen cerita banyak sama papanya. Benyada kecilnya papa rindu, pa. Dia mau bilang dia capek, pa. Dia mau kasih tau papa, kalo dia takut pa. Dia, mau bilang banyak hal, papa.  Dan, subuh ini... dia ngga tau mau nulis apa.  Dia, hanya mau papa peluk, pa. Sesederhana itu aja, pa. Karna papa mengerti dia. Papa, ada disaat yang lain pergi. Papa, memahami, disaat yang lain menjauh.  Dia, mau, papa, pa. Papa, temanin saya kan? Papa liat saya dari sana kan? Papa, jaga saya'kan, pa? benyada remals 'dyzcabz' Ketakutan saya tentang kehilangan papa, Bukan hanya kehilangan sosok seorang ayah, Namun, orang yang menjadi "tong sampah"nya saya. Tempat saya marah, nangis, ngeluh, manja, cengeng, tanpa harus takut menjadi saya. Laki2 tua itu, menerima saya sebagaimana adanya saya. Memeluk saya, disaat saya meragukan diri saya. Menegakkan kepala saya untuk menghadapi hidup.  Karna itu, saya tau, dengan papa, saya tidak akan kalah. Karna keyakinan papa ...