Langsung ke konten utama

Tentang Noke #76 (utang terbesar saya)

Utang terbesar saya untuk Noke.

Alasan setiap orang bersyukur, selalu berbeda-beda.

Ada yang mensyukuri kelulusan, namun ada yang menangisi kegagalan.

Iya ya?

Di masa PSBB ini. Disaat pandemi global melanda seluruh dunia, hingga pemerintah menetapkan work from home dan school from home, sebagian orang memprotes kebijakan ini, sebagian lagi ada yang bersyukur.

Saya? Termasuk sebagian orang yang bersyukur akan school from home.

Kenapa?
Karna, saya bisa mengawasi eset dengan ketat di rumah.

Ngapain lo awasin, kan dia udah gede, udah kuliah gitu!
Eset adalah tanggung jawab saya, utang terbesar saya pada papa. Hal yang selalu saya pikirkan dan gumuli dalam tiap doa saya.

Dengan kuliah dari rumah, saya bisa memantau, eset tidak telat datang ke kampus. Memastikan seluruh tugas2nya dikumpul tepat waktu dan tidak tercecer.

Kayaknya lo udah lebai deh, nyed. Eset, udah terlalu tua untuk lo awasi terus2an.
Bener, tapi bagi saya, selamanya dia adalah adik yang butuh di awasi. Adik yang butuh di bimbing, dibuka pemikirannya, di arahkan dengan benar caranya berpikir. Diberikan pilihan2 kemungkinan.

Saya ada untuk itu. Sebagai, kakanya. Anak pertamanya Noke. Janji saya di depan jenazah papa, bukan tentang mimpi saya. Tapi, tentang mimpi papa yang belum terwujud. Eset menjadi sarjana, dan amor diteguhkan sebagai pendeta. Menjaga mama. Baru, mimpi saya.

Jadi, selama school from home ini. Eset sangat tekun mengikuti setiap kuliah online. Mengumpulkan tugas tepat waktu dan mengeceknya lagi, lalu mengconfirm kembali pada dosennya.

Saya tau, eset bukan anak kecil. Saya bukannya meremehkan dia, hanya saja eset itu perlu untuk terus diingatkan. Ditentir. Benturan kepalanya yang berakibat pada fungsi kognitifnya, memorynya, dan afasianya. Membuat saya bgitu ekstra 'kerja keras' untuk membantunya.

Bukan untuk saya, tapi untuk masa depannya.

Saya selalu bilang pada amor dan eset, KITA SEMUA HARUS BERHASIL. SATU JADI, SEMUA HARUS JADI. Karna dari kesuksesan kita, orang menilai keberhasilan papa dan mama mendidik kita.

Mungkin, beberapa orang yang pernah melihat bagaimana caranya saya mengajar eset, mereka pasti bilang saya kasar, kejam, bengis.

Bagaimana eset begitu patuh pada saya. Eset mendengar apa yang saya bilang.

Jam malam saya, berlaku untuk eset. Pulang kampus, tidak ada nongkrong. Jam 7 malam, sudah sampe rumah. Kecuali lagi praktikum. Saya akan memeriksa semua tugas. Saya akan mententir dia, saat ujian tiba. Saya akan menilai presentasinya.

Iya, saya melakukan itu. Disela-sela kesibukan saya untuk jaga dan kegiatan lain.

IPnya semester lalu, jatuh jauh banget. Dan lalu, saya ngamuk sejadi-jadinya. Kok bisa jatuh, kenapa? Ya karna, eset ngga ngumpulin tugas tepat waktu. Eset ngga datang praktek tepat waktu. Dan, akhirnya nilainya jatuh.

Setiap kali, nilai eset jatuh, saya ikut sedih. Kenapa? Karna, saya merasa bertanggung jawab pada papa. Saya yang menyarankan dia masuk teknik mesin. Lalu, kalo dia jelek, atau ngga jadi, bukankah saya adalah manusia brengsek yang harus tanggung jawab?

Saya memaksakan idealisme saya untuk eset. Saya membuat eset, menjadi 'seperti saya', yang di buat oleh noke.

Ketika, 3 minggu lalu, dia di kampus dan nilainya mulai keluar satu persatu. Orang pertama yang dia kabari adalah saya. Hingga, ketika KHSnya keluar, dia datang dan menunjukkannya untuk saya.

Tidak ada nilai mati. Nilai terkecilnya C+. Saya tersenyum melihatnya. Terima kasih Yesus, sampai sejauh ini, Engkau selalu menyertai eset. Terima kasih Yesus, membuat eset bertahan dan masuk semester 7. Sedikit lagi. Sebentar lagi.

Saya tau, saya bukan seorang pengajar yang baik. Saya juga bukan motivator yang handal. Cara saya menyemangatimu sangat berbeda dari kebanyakkan orang.

Mulut saya, selalu setajam kata2 makian papa. Setiap kata2 yang saya keluarkan selalu menyakitkan. Saya menyadari itu, set. Saya tidak akan meminta maaf, sekalipun saya tau itu salah.

Saya hanya ingin eset tau,
Semua yang saya buat, karna saya menyayangimu.
Sebagai kakak,
Kamu adalah tanggung jawab terbesar saya untuk papa.
Saya berjanji di depan papa,
Saya akan membuatmu menjadi sarjana, berhasil menjadi manusia yang berguna dengan gelar yang kamu punya,
Dan untuk janji sebesar itu,
Saya harus bersikap sekeras ini.

Karna kalo eset gagal,
Saya adalah orang pertama yang hancur, set.
Karna, artinya saya gagal menepati janji untuk papa.
Saya gagal menjadi seorang kakak.

Jadi, tolong. Kita sama2 berjuang untuk hasil terbaik. Tolong tekun dan belajar yang rajin. Tolong baca buku yang banyak. Tolong kurangin hal2 yang ngga penting.

Sudah semester 7, nyemcil. Sedikit lagi, eset selesai. Sebentar lagi, tugas akhir. Cari refrensi sebanyak mungkin. Baca buku, jurnal. Susun kerangka pikirnya, apa yang kamu mau buat untuk tugas akhir. Diskusi dengan dosen2. PKL di tempat yang sejalan dengan apa yang kamu mau buat di tugas akhirmu.

Lalu, berdoa untuk Yesus. Agar dalam setiap langkah yang ade buat, Yesus menyempurnakannya. Papa selalu berdoa untukmu, set.

Setiap subuh, kalo saya pulang jalan, dan menemukan papa lagi duduk di meja makan, beliau berdoa untuk kita. Terutama anak bontotnya, papa memohon belas kasihan Yesus. Kemurahan Yesus untuk eset.

Kita berhasil, bukan hanya karena kemampuan kita namun Pertolongan Yesus. Yesus menyempurnakan ilmu yang kita pelajari. Yesus memampukan kita, melakukan banyak hal untuk banyak orang. Hingga melalui kita, nama Yesus di muliakan.

Itukan yang papa ajarkan?

Saya, akan selalu ada untukmu. Selalu menemani dan membimbingmu, semampu yang saya bisa. Sekuat yang saya mampu.

Eset ngga akan pernah menemukan bahwa kamu sendiri, set. Saya, Mama, Amor, selalu ada.

Kita, keluarga, set.

Tidak ada yang boleh ditinggalkan. Karna, kita keluarga, set.

Dan dalam keluarga, kita tidak saling meniadakan. Namun, saling menguatkan dan menjaga.

Masa depan, tidak gratis, set.
Dia harus diperjuangkan dengan benar.
Karna itu, langkahmu harus tertata dengan baik, alurmu harus jelas.

Suatu hari nanti,
Saat kamu tegak dengan gelarmu,
Saya akan bangga bila bertemu dengan papa.

Saya akan memeluk papa,
Dan bilang "utang saya lunas, pa."

Saya tidak meminta apapun, set.
Kamu berhasil dengan baik. Menjalani hidupmu dengan benar. Menjadi berkat untuk sesamamu. Itu sudah cukup untuk saya.

Bila saat itu tiba,
Eset tidak perlu berterima kasih untuk saya. Namun, mengucap syukurlah pada Yesus, karena Yesus menempatkan kita sebagai keluarga. Lalu, berterima kasihlah pada Nokenya kita, papa, atas caranya mendidik kita dengan luar biasa.

Tuhan Yesus,
Tolong eset, berikan hikmat dan ketekunan pada dia. Agar dengan hikmat yang Tuhan beri, eset dimampukan untuk melewati semester 7 ini dengan baik. Berilah pengetahuan yang benar, agar eset mulai memikirkan tentang rencana dan rancangan tugas akhirnya.

Sampai sejauh ini, Tuhan Yesus ada bersama eset.

Terima kasih, Yesus.
I love you 🙏

Benyada Remals 'dyzcabz'

Saya bukan orang pintar,
Namun untuk orang2 yang saya sayang,
Saya akan memampukan diri saya, untuk melakukan apapun untuk membantu mereka.

Kenapa saya ngotot, eset harus sarjana?

Melihat papa bgitu terpukul, ketika eset mundur dari trisakti. Papa termenung namun tidak mengucapkan kekecewaannya.

Saya berjanji dalam hati saya,
Saya harus menunda mimpi2 saya,
Untuk mewujudkan mimpi papa,
Bagi papa, keberhasilan kami adalah harga dirinya.

Hari itu, ketika papa sudah dimandikan, sudah diganti semuanya. Saya meminta waktu agar kita berempat bisa bicara dengan papa.

Saya memegang tangan papa,
.....kaka janji buat papa, kaka akan lihat eset sampai dia berhasil, pa. Kaka akan temani amor, sampai dia jadi pendeta, pa. Dan, kaka akan jaga mama. Papa bisa tidur tenang. Tanggung jawab untuk menjaga mereka, ada di kaka, pa. Papa bisa tenang ya. Kita, akan baik2 aja, pa. Kaka janji.

Setelah itu sama cium keningnya papa. Lalu, amor bicara, eset dan mama.

Tau ngga, setelah itu, papa senyum. Aseli, papa senyum. Kita semua, kaget.

Eset : papa senyum ya?
Saya : semua akan baik2 aja, pa.

Dan, kita membuka pintu kamar lalu papa dimasukkan ke dalam peti.

Jadi, bila ada yang bertanya, kok lo belom spesialis? Kok lo belom married? Kok mama belom ada cucu?

Saya hanya  bisa tersenyum. Kenapa?
Karna, mereka tidak perlu tau apa yang saya perjuangkan. Apa yang saya gumuli dengan Yesus. Apa yang saya tangguhkan, demi mimpi2 kami, bersama.

Karna, mereka tidak tau, sebagai anak pertama, saya tidak boleh egois. Papa tidak mengajarkan saya seperti itu.

Sbagai seorang kakak, sudah selayaknya, saya bertanggung jawab untuk adek2 saya. Saya bertugas melihat mereka. Setidaknya, sampai mereka mampu berdiri dengan mimpi yang mereka punya.

Spesialis? Sabar. On the way.

Married? Hahahahahhahahahahaaa... pertanyaan tersulit yang jawabannya masih di cari.

Papa,
Setelah mimpi2 besar papa tercapai,
Papa akan melihat, mimpi kita berdua,
Mimpi papa tentang saya,
Akan saya wujudkan.

Sabar satu-satu ya, pa. 

Komentar

  1. Tuhan Yesus tolong dengarkan dan kabulkan doa kakak untuk Eset
    Tuhan Yesus tolong jadikan mimpi mereka nyata
    Amin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...