Pada akhirnya, kita harus berdamai dengan keputusan2 keras kepala yang dibuat. Penolakan2 angkuh yang diejawantahkan.
Untuk menghargai kuasa yang lebih besar dari kita.
Untuk belajar pasrah, bahwa jalan hidup memang sudah ada skenarionya sendiri. Kamu hanya perlu memainkan dengan baik karaktermu, sebelum teriakkan CUT menghentikan peran itu.
Legowo, disebutkan begitu mudah. Dijalankannya itu loh kok ya susah bener. (*kalo kata Bu Puji ....wes angeeeel...wes)
Mungkin karena dalam perjalanan selalu ada teriakan riuh "penonton" yang menjatuhkan mental, iyakan? Kita terlalu memikirkan menjadi hebat dimata penonton ketimbang Sang Sutradara, kali ya? Sehingga langkah dan pilihan yang dibuat selalu terasa ambigu.
Padahal kita hidup bukan untuk memenuhi standar mimpi orang lain. Lalu, ngapain memakai standar sukses orang lain?
Hiduplah sesuai ajarannya, berjalanlah sesuai arahannya, berliku itu biasa, toh nanti juga sampai pada tempat yang dituju.
Waktu mendewasakan kita, agar membijaki setiap kejadian dengan kewarasan yang utuh.
Benturan tidak akan melukai, namun membentuk karakter.
Bukankah, proses yang mendewasakan?
Jangan berhenti, hanya karena langkahmu dihentikan. Karna, hanya ikan mati yang mengikuti arus. Kalo kamu hidup, kamu harus tetap bergerak walau tertatih.
Jadilah kuat, namun jangan lupa merunduk.
Kita mengalami, karna sang sutrada tau, kita mampu mengghadapi.
Untuk menghargai kuasa yang lebih besar dari kita.
Untuk belajar pasrah, bahwa jalan hidup memang sudah ada skenarionya sendiri. Kamu hanya perlu memainkan dengan baik karaktermu, sebelum teriakkan CUT menghentikan peran itu.
Legowo, disebutkan begitu mudah. Dijalankannya itu loh kok ya susah bener. (*kalo kata Bu Puji ....wes angeeeel...wes)
Mungkin karena dalam perjalanan selalu ada teriakan riuh "penonton" yang menjatuhkan mental, iyakan? Kita terlalu memikirkan menjadi hebat dimata penonton ketimbang Sang Sutradara, kali ya? Sehingga langkah dan pilihan yang dibuat selalu terasa ambigu.
Padahal kita hidup bukan untuk memenuhi standar mimpi orang lain. Lalu, ngapain memakai standar sukses orang lain?
Hiduplah sesuai ajarannya, berjalanlah sesuai arahannya, berliku itu biasa, toh nanti juga sampai pada tempat yang dituju.
Waktu mendewasakan kita, agar membijaki setiap kejadian dengan kewarasan yang utuh.
Benturan tidak akan melukai, namun membentuk karakter.
Bukankah, proses yang mendewasakan?
Jangan berhenti, hanya karena langkahmu dihentikan. Karna, hanya ikan mati yang mengikuti arus. Kalo kamu hidup, kamu harus tetap bergerak walau tertatih.
Jadilah kuat, namun jangan lupa merunduk.
Kita mengalami, karna sang sutrada tau, kita mampu mengghadapi.
Benyada Remals 'dyzcabz'
Komentar
Posting Komentar