Langsung ke konten utama

desember ini, tidak terlalu menyenangkan

 

jangan bertanya kenapa. saya sedang tidak dalam mood untuk harus menjelaskan.

saya juga tidak dalam mood untuk didebat, tentang bersyukur dan segala halnya.


Desember selalu menjadi hal yang paling saya tunggu, dalam waktu yang berjalan. Bukan hanya tentang harinya saya. Namun, juga tentang NATAL dan waktu menyongsong natal.


6 desember, milik saya. Saya melewati dengan duka. Walaupun, tim jaga saya memberikan surprise yang tidak mengejutkan. Kebaca banget. Banget. Namun, saya belajar menghargai effort yang mereka berikan. Saya benci kejutan. Saya tidak suka perayaan. Seandainya saja saya tidak jaga, saya mungkin sedang melipir ke tempat favorite saya. menghabiskan waktu saya disana. membaca dan mendengarkan lagu. ME TIME. 

Hanya saja, sesuatu menahan saya. Saya adalah bagian dari TIM ini. Bagaimanapun saya berkeras untuk tidak ingin, sebagian saya memahami, mereka hanya ingin ikut berbahagia dihari jadi saya. Jadi, sudah selayaknya saya cukup "memahami" untuk diam dan tinggal. 

Kejadian kedua yang memukul saya adalah Tante Titi meninggal. Mamanya rasta harus pergi dihadapan kita. Saya, tidak tahu bagaimana harus berdiri dan memaknai 6 desember milik saya. Saya memeluk rasta dan mencoba kuat. Seperti yang selalu saya lakukan untuk orang-orang yang saya sayang.

DESEMBER BISA LEBIH BAIK DARI INI KAN? 😢😢😢

Saya tidak makan malam dengan mama, amor dan eset. Ban mobil pecah, saya harus ke RS untuk menghadapi cerita kelam bahwa alat penunjang hidup Tante Titi harus dilepas. Melihat Tante tercantik yang selalu menyambut saya dengan candanya, harus terlelap selamanya. 

saya berdiri disisi pembaringan, memegang tangannya yang dingin. Berlutut dan menangis disampingnya. Mewaraskan diri saya, bahwa ini adalah yang terbaik untuk beliau. Bahwa menahannya lebih lama adalah kejahatan. Rasta berdiri dihadapan ibunya, Mbul memeluknya. Rasta menatap nanar ke arah tante. Saya memeluknya. Melabuhkannya pada pundak saya. 

Saya tahu, kehilangan membuat kita hilang rasa untuk membahasakan segala hal. Nasehat terasa tawar. Berbicara tentang syukur yang harus terlantun, atau khotbah tentang ikhlas rasanya bias. Kamu, hanya perlu memahami bahwa saat2 ini, mereka butuh didengarkan. Mereka butuh ditemani. Mereka butuh orang yang ada disisinya. 

Kami menangis, ketika waktu kematian disebutkan. Kami, tumbuh bersama tante yang menua. Tante sudah seperti orang tua kami. 17 tahun bersahabat, tidak satu kalipun, kami alpa mengunjungi beliau pada hari-hari besarnya. Seperti, saya yang biasa meminta tolong pada rasta, tante pun punya hak untuk merepotkan saya. 

Sama seperti, rasta yang memeluk saya ketika Noke pergi. Saya ada disini untuk dia. Memeluknya, memastikan bahwa dia tidak akan sendiri. Kami akan ada, selalu. Saya, akan selamanya ada untuk mendengarkan keluhannya. Bagaimanapun sibuknya saya, untuk mereka yang saya cintai selalu ada waktu yang tersedia.

Saya tidak bisa ikut pemakamannya, karena saya  harus kembali jaga. Mbul, nita, rara, cipta yang pergi. Saya hanya mengantarnya sampai jenasah tante akan di bawa ke Boyolali. Rasta memeluk saya, "Kang, jangan capek-capek ya. Gw balik, gw ke lo ya." Saya menepuk punggungnya. dengan tertahan, saya mengucapkan hal yang sama untuknya .....gw selalu ada ditempat di mana lo bisa nemuin gw kang..... 

Rasta memeluk saya. Saya menangis. Gimana bisa, Tuhan manggil pulang tante secepat ini. Gimana bisa tahun 2020 saya, isinya duka yang berkepanjangan. Gimana bisa saya melewati hari ulang tahun sya dengan duka dari sahabat baik saya. GImana bisa saya merayakan 6 desember saya, tanpa mengingat duka yang ada hari ini. Gimana bisa, 6 desember saya menjadi begitu kelam????

Saya pulang ke wisma dengan nelangsa dan rasa berat. Bagaimana bisa. 2020 menghantam saya begitu hebat? Bagaimana bisa, saya kehilangan lagi, lagi dan lagi? 

Saya menatap langit malam itu, menghela nafas panjang, Yesus, jangan tinggalin saya ya. Jangan ya. Apapun yang terjadi, tolong jangan biarin saya sendiri. Saya ngga punya papa lagi. Saya ngga bisa ngadu ke siapapun. Jangan ya. Jangan biarin saya sendiri. Saya hanya bisa nangis ke Tuhan Yesus, seperti yang papa bilang. Kuatin saya ya. 


2020, mungkin tidak sesuram yang saya bayangkan. Ada kabar baik dipenghujug tahun, saya lulus CPNS Kemenkes, hal yang tidak pernah saya duga, bahkan tidak saya perhitungkan dengan benar. Saya hanya mendoakannya sesekali dan lalu memasrahkannya pada Yesus. Biar kehendakNYA yang terjadi. Dan, saya lulus. Seneng? Ngga sih, biasa aja. Membanggakan? Ngga juga, biasa aja. 

Pemberkasannya pun, saya lewati dengan baik, tanpa masalah. Segala sesuatu saya lewati dengan lancar. Muzijat? Iya, Yesus yang melakukan segalanya untuk saya. Saya hanya melakukan bagian saya, Yesus yang menyempurnakannya untuk saya. Walaupun semua orang memberi selamat, memuji saya, bahkan memberikan selamat, saya tidak merasa ini adalah sesuatu hal yang besar. Biasa saja. 

Terkesan sombong ya, nyed? Mungkin. Tapi, saya memang tidak merasa ini hal yang besar. Ketika saya mulai mendaftar tahun lalu, doa saya tidak muluk. Saya hanya ingin, mengikuti apa yang Yesus atur untuk saya. saya tidak berdoa untuk lulus, saya bilang BILA YESUS BERKENAN, MAKA KEHENDAKMU yang terjadi.  

Sampai detik ini, saya diberkati. Bagi saya, bisa diannugerahi kesehatan sampai detik ini adalah anugrah terbaik. Bisa berkumpul dengan mama, amor, eset, tanpa terkecuali juga adalah berkat yang selalu saya syukuri. Berkat yang tidak habisnya saya syukuri. Ditengah situasi ini, bekerja diantara orang-orang OTG, dengan jam kerja yang lebih banyak, tekanan dan beban yang makin bertambah karena makin banyak pasien yang masuk, saya bersyukur, saya masih bisa bangun dalam keadaan sehat. 

Saya masih bisa melayani, bisa sehat, bertemu keluarga, bisa tetap bekerja ditengah banyak yang putus kerja, rasanya terlalu pongah dan arogant sekali, bila saya bilang 2020 saya terlalu kelam ya?

Waktu Tuhan, bukan waktu saya. Bukan juga waktu kita. 

saya bahkan tidak tahu harus bilang apa. harus menulis apa lagi.


6 Desember kali ini,

saya bersuka juga berduka. 

Tuhan semesta alam, menguatkan kami yang kehilangan orang tua. KHususnya rasta dan mba nana. 

Tante, pergi dengan tenang ya. Dy, janji akan selalu ada untuk nguatin rasta. Dy, akan lihat mba nana juga. Kami akan sama2 ngelewatin ini semua. Maaf ya, disaat-saat tante kritis, dy, selalu absen buat jaga. Entah kenapa, masuk di ICU sebagai keluarga pasien, menjadi sesuatu yang begitu menyesakkan, tante. Rasanya, sakit melihatnya. Kami, tidak bisa berbuat banyak bila tentang vonis hidup. Kami melakukan semampu kami, tante. Ilmu kami belum bisa menjangkau keputusan Tuhan tentang WAKTU TERBAIKNYA untuk setiap orang. Kami berusaha membujuk semesta untuk memulangkan tante pada kami. Mengiba dalam sujud maupun syafaat yang kami lantunkan, agar langit bisa terenyuh dan meminjamkan kembali tante untuk kami. Untuk rasta dan mba nana. 

Nyatanya, semesta mengambil tante pulang. Membuat kami begitu terpukul hari itu. Tante tersenyum menatap kami, dengan tatapan ceria seperti biasa. Namun, kami belum bisa ikhlas untuk melepaskan tante. Kami, terbiasa dengan tante. Rasta, terbiasa memeluk tante setiap malam sebelum dia tidur. 

Tenang disana ya, tante. Salam buat Noke. 


Benyada Remals "dyzcabz"

Desember saya, tidak terlalu menyenangkan untuk diawali. Semoga saja dalam perjalanannya, desember menjadi begitu menyenangkan untuk dilalui. 


Dari, yedijah anak Noke.

Yang mulai belajar meneriakkan nama YANG MAHA KUASA, ketimbang nama ayahnya.

Yang mulai belajar menerima, bahwa dalam kegerakkannya, YESUS adalah dasarnya dan tujuannya. 

Yang mulai belajar mengerti, bahwa dia hidup bukan hanya untuk memuaskan standar hidup orang lain.

yang belajar bersyukur, dari hal-hal kecil yang sering terlewatkan.


Bisa bangun dalam keadaan baik saja, seharusnya menjadi alasan yang benar untuk bersyukur. 













Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...