Langsung ke konten utama

Menjumpai semesta

1 minggu belakangan,
Public heboh dengan pindah keyakinan Dedi Corbuzier.

Ada yang pro, ada yang kontra.
Ada yang menyumpahi, ada yang mendoakan.
Ada yang turut bahagia, ada yang kecewa.

Dan pembahasan ini juga ikut meramaikan "UGD" disaat saya JAGA.

Well, i tell you.

Agama, Iman, Keyakinan, Kepercayaan adalah hak asasi manusia. Siapapun berhak untuk mengubah keyakinannya bila dia merasa tidak bisa lagi "mengimani" keyakinannya yang selama ini dianut. Atau dia merasa kosong selama ini kemudian menemukan pencerahan dengan keyakinannya yang baru.

Sesederhana itu.

Beberapa perawat di UGD menanyakan pendapat saya. Walaupun saya pikir saya tidak berkapasitas memberikan "pendapat" tentang Hak seseorang dalam memutuskan apa yang diyakini.

Tapi buat saya,begini...
Sah-sah aja sih Dedi Corbuzier pindah "agama" (*saya bahkan ndak tau agamanya selama ini apa) Saya turut senang ketika dia bisa menemukan keyakinan yang membuatnya merasa tenang dan damai.

Intinya setiap agama menurut saya mengajarkan kebaikkan. Yang menafsirkannya dan "mencerminkannya" tidak baik adalah pemeluknya. Kita. Kamu, saya dan dia.

Sehingga kamu tidak boleh melontarkan kata "menyesal", "kecewa" atau sebagainya untuk seseorang yang setelah perjalanan spiritualistasnya yang panjang, dia akhirnya menemukan tempatnya bersandar. Tempatnya mengadu. Tempatnya bersujud. Tempatnya meminta dan memohon. Tuhannya.

Saya selalu percaya, keimanan seseorang adalah hubungan intim dia dan Sang Penciptanya. Bahwa kita adalah orang-orang yang "mencari" keberadaan dan kebenaran tentang Tuhan, masing-masing kita menggunakan cara dan pola pikir kita untuk mencapai itu. Hingga sampai pada suatu titik, Sang Pencipta menemukan kita yang tersesat, lalu memanggil kita pulang padaNYA. Saya membahasakannya sebagai perjalanan religi.

Seperti papa, ketika masih kecil, beliau berjalan ditepi pantai bersama Oma, papa berkeras pada Oma bahwa papa ingin melihat wajah Yesus. Hal mustahil bukan? Bahkan papa sampai menangis dan merengek pada Oma. Tiba-tiba ada sebuah batang kayu yang lumayan besar terdampar kearah mereka, tepat dihadapan papa, kamu mungkin tidak akan percaya tapi dikayu itu terukir wajah DIA yang ingin sekali papa liat. Papa pulang dengan gembira, tapi beliau tidak membawa kayu itu. Beliau meninggalkannya ditepi pantai. Bagi papa, Yesus itu nyata, DIA jawaban bukan hanya sebuah tanya yang masih diperlu dibuktikan.

Menurut Oma, sejak hari itu, noke memutuskan untuk menjadi Penjala manusia. Pendeta. Pelayan Tuhan Yesus. Pemberita Injil.

Dan ada sekian banyak cerita tentang papa yang "perjumpaannya" dengan Yesus.

Bagi saya, perpindahan seseorang dalam memeluk keyakinan bukanlah sebuah dosa atau kemurtatan yang harus dirutuki keberadaannya.

Siapa kita hingga boleh dan bahkan merasa diri layak untuk mengatakan orang lain berdosa, hanya karena dia menemukan damai dalam hatinya.

Entah itu kristen, katolik, islam, hindu, budha atau konghucu. Semua mengajarkan tentang kebaikkan.

Jadi ketika mereka bertanya pendapat saya, saya hanya tertawa, karena saya tidak punya pendapat apapun dan bahkan tidak berhak menilai apapun.

Hanya saja, bila saya boleh berpendapat, tolong jalankan keyakinan barumu dengan benar, lakukanlah sesuai dengan ajaranNYA bukan asal-asalan, hingga keyakinanmu tidak dinilai berdasarkan kamu. Dan karenamu, keyakinanmu itu dipertanyakan dan dinilai buruk.

Im just saying.

Karena belakangan ini semua orang selalu menilai berdasarkan apa yang mereka lihat dan menghakimi berdasarkan apa yang mereka inginkan. Apalagi kalo kamu tidak sependapat dengan "pada umumnya", kelar hidup lo jadi tandem.

Pernah suatu kali, ada seorang pemudi yang datang pada papa, meminta beliau mengajarkannya tentang Kristen, tentang Yesus, dia mau mengikuti Yesus.

Papa : ngapain mau masuk Kristen?
Dia : saya temukan damai pak setiap masuk gereja
Papa : memangnya damai hanya ada di gereja?
Dia : saya mau ikut Yesus
Papa : kenapa?
Dia : dia juruselamat
Papa : tau darimanna kamu, dia juruselamat? Pernah ketemu sama Yesus? Gimana kali Yesus bukan seperti yang di ceritakan Alkitab.
Dia diaaaaam. Diam. Sunyi.

Kenapa saya menulis ini? Papa aja, sebagai pendeta, tidak pernah "memaksa" atau "mendorong" agar orang lain yang bahkan datang atas kemauannya sendiri, untuk harus mengikuti Yesus.

Setiap kepercayaan memiliki "ajaran dan aturan" yang berlaku, ikutilah dengan benar, jalanilah dengan taat, jadilah teladan bagi sesamamu, apapun keyakinan yang kamu pilih.

Sebab pada akhirnya yang akan ditanyakan adalah keimananmu, bukan imannya orang lain. Jadi urus aja imanmu sendiri, tidaj perlu menjadi tuhan atas pilihan hidup orang lain.

Saya pengikut Yesus, saya mengimani Yesus sebagai juruselamat saya, bila suatu hari saya menemukan seseorang menyebrang ke "agama" lain, saya akan menghormatinya, itu pilihan hidupnya.

Pada akhirnya, kita bertanggung jawab atas pilihan yang kita buat. Saya tidak suka mengotori mulut, hati dan pikiran saya dengan hal-hal yang tidak penting.

Menasehati itu baik, tapi menghakimi itu salah.

Jadi siapapun kamu yang masih mengembara dalam pencarian kebenaran akan keyakinan apa yang kamu inginkan.

Bersujudlah pada bumi agar langit mendengar gelisahan terdalam hatimu,
Agar langit mengisi kekosongan relung-relung jiwamu yang haus akan jawab tentang imanmu.

Berdoalah dengan sungguh, agar semesta menyapamu dengan caranya yang ajaib.

Sebab, DIA YANG ADA DIATAS SANA, SANG MAHA BAIK, SANG MAHA BENAR, SANG PEMILIK HIDUP, rancangannya adalah damai sejahtera.

Tuhan semesta alam menyelimuti kita dengan kasih setianya hingga damai sejahteranya tinggal didalam hati kita.

Benyada Remals "dyzcabz"

Saya selalu suka kalimat ini, BOKER TOV... (*semoga kebaikkan Tuhan bersamamu)

Saya percaya, didalam setiap hidup manusia, kita akan selalu dipertemukan dan menemukan "cara" untuk menemukan semesta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...