Langsung ke konten utama

sampai di sini, paham ya?

Sampai sejauh ini, paham ya?

Boleh ya, saya cerita sedikit tentang beberapa hal yang terjadi belakangan ini....

Dalam seminggu ini, ada 2 orang yang meninggal karna AIDS. Dalam sebulan ini, ada 14 orang yang masuk rumah sakit dan terdeteksi sebagai HIV-AIDS. Sedih ya? 

Kenapa saya katakan sedih? Karna sebagian dari mereka masih denial, bahkan menolak diagnosa itu. Sebagian lagi bersikap acuh dengan tidak berobat. Sebagian dari mereka tertular akibat pasangan nya. Sebagian lagi karna gaya hidup yang menyimpang. Sejauh yang saya tau, free sex, termasuk gonta ganti pasangan "yang menyimpang" menjadi salah satu penyumbang terbesar HIV-AIDS, setelahnya adalah drug user, transfusi darah (sudah jarang). 

Sekali lagi saya katakan, saya tidak mau menjadi Tuhan atas pilihan hidupmu. Tidak juga membenarkan apa yang kamu lakukan. Terserah padamu, apapun yang kamu buat. Asalkan, pilihanmu, tidak menjadi penyebab sakitnya orang lain, apalagi orang-orang yang kamu sayang. Mereka yang tidak memahami apa2. Mereka yang menerimamu dengan tulus. 

Sampai disini paham ya?

Mungkin saat kamu sehat, kamu bisa berlaku sesukamu. Dengan alasan "pilihan hidup" atau "bukan urusan orang lain", atau segala pembelaan dan pembenaran bisa kamu jadikan alasan. 

Masalahnya, penyakit itu tidak hanya "diam", dia progresif. Kamu denial, merasa diri kuat, hebat, kamu akan tetap menjadi ringkih beberapa bulan kemudian. Apalagi kalo kamu tidak berobat teratur dan bertobat dari perilaku menyimpang itu. 

Saya kasi tau ya, saat kamu bersenang-senang, tolong pikirkan ini, penyakit immunocompromised yang bisa timbul akibat AIDS, STADIUM2 lanjut yang harus kamu hadapi, sesak nafas yang berkepanjangan, batuk darah terus menerus, luka pada mulut yang tidak kunjung sembuh, diare yang kian parah, lemah berkepanjangan, hingga bab berdarah yang sulit terkontrol. 

Kamu harus memikirkan itu, sebelum bertindak lebih jauh. Ada yang masuk dengan HB 3, ditransfusi 8 kantong, mau tahu apa yang terjadi? Ngga menolong, tetap aja bocor. Malah bab berdarah nya makin jadi. Akhirnya? Plus. 

Ada yang sampe akhir khayatnya, butuh bantuan ventilator. Tertolong? Tidak. Kesesakkan sampai selesai. Apa keluarganya tau? Tidak. Sebagian dari mereka, menutup rapat ceritanya. Menolak untuk memberi tahu keluarga dan orang terdekatnya. Hingga menolak berobat.

Ada yang membusuk karna kekurangan nutrisi. Ada yang bolak-balik rumah sakit, hingga akhirnya menyerah dan pasrah. Mereka semua, berakhir dengan gelar alm. 

Saya tidak menghakimi kalian, apapun pilihan kalian. Saya mengingatkan saja, bahwa saat kalian memutuskan apapun itu, selalu ada resikonya. Kalo kamu singel, jangan jajan sembarangan, setidaknya pakelah pengaman saat kamu bermain dengan siapa saja. Kalo kamu sudah menikah, setialah pada pasanganmu, jangan jadi penyebab sakitnya orang lain. Kalo kamu "unik" memilih utk berbeda, ingatlah bahwa kemungkinan kamu sakit jauh lebih besar. 

Pada akhirnya, masing-masing kita, memiliki resikonya sendiri. Semoga saja, kamu benar-benar berpikir, sebelum memutuskan. Setidaknya, jangan kecewakan mereka yang menyayangimu. 

Have blessday. 


Benyada Remals "nyed"


#latepost
#sebuahceritatentangsakityangtakberakhir
#semogakamumengertidantidakjatuhdalamsakitini
#janganlupapakepengaman

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...