Ke Soerabaya
Perhentian selanjutnya... (*dah kayak influencer2 itu belom) hahahahahahahahhaa...
Hanya 2 hari sih, ke Surabaya. 2 hari cukup kok, menenangkan pikiran saya. Mengembalikan energi saya. Dan cukup mewaraskan langkah yang saya pijak.
Kan ngga boleh ngeluh ya? Ngga boleh juga ngerepotin siapapun. Ngga boleh ngeganggu siapapun.
Seengaknya, mereka bilang saya tidak boleh lagi mengganggumu. Tidak lagi. Dan untuk menjaga kewarasan saya disini, i have to breathe for a while. Just breathe. Without any interuption.
Akhirnya, harus "keluar sejenak"...
Hari ini, sebelum pulang sebentar sore, saya mampir ke salah satu tempat favorite saya.... Zangrandi.
Entah berapa ratus kali dulu saya dan papa kesini, setiap kali saya pengen ice cream. Ice creamnya enak, nyed? Kalo ice cream tuh jangan ditanyain ke saya ya, I LOVE ICE CREAM SO MUCH. Saya mungkin membagi choki2 atau chocolate saya ke kamu. Tapi untuk Ice Cream? Nope. Thats mine.
Satu2nya makanan dan jajanan yang JARANG SAYA BAGI ke orang lain, adalah ICE CREAM. saya bukan hanya chocoaddict. Tapi, ice creams lovers. Dan tadi, setelah jalan2 kesana sini, saya meneepi ke sini.
Zangrandi.
masih sama seperti dulu. Di tepi jalan, dengan kursi bolong2 khas mereka. Dari dulu sudah begitu. Tapi, sekarang udah banyak cabangnya ya. Jadi ngga lagi se eksklusife dulu. Tapi saya tetap perginya ke Zangrandi yang sering saya pergi.
Tempat saya dan papa makan ice cream. Kadang kita berlima duduk disitu, setiap malam minggu, setelah jalan2 dari McDonald. Menikmati Soerabaya diwaktu malam.
Thats my ice cream. I love it. So much. Saya menikmati suasana teduhnya, nyamannya, seperti dulu. Hanya saja saya tidak duduk di luar. Terlalu panas. Saya duduk pada pojokkan di dalam. Menikmati hidup dan suasana yang jarang saya dapatkan. Tenang.
Ternyata take a break for a while sangat menenangkan. Sangat. Harusnya sih sampe jumat aja ya, biar lama disini. Hahahhahahahaahhahahaaa...
Mon maaaap, saya belom jadi booss besar, saya masih jadi pesuruh aja. Dan tempatnya seorang bawahan adalah mengerjakan semua perintah tanpa jeda.
I miss the old me. Seriously. I miss you, nyed. Freedom.
Namun, semua pilihan datang dengan resiko dan tanggung jawabnya masing2 kan?
Tidak ada pilihan tanpa resiko. Paham nyed?
Terima kasih ya, sudah bertahan dan berjuang sekuat bisamu, untuk tetap waras. Untuk tetap tersenyum ditengah peliknya situasi.
2 hari untuk selamanya.
Kalo ada yang tanya, ngapain lo ke Surabaya?
Jalan2. Im not healing. Nope. Im just hanging around, just walk dan having nostalgic memories with my chilhood memories.
Menemukan kembali rumah monginsidi no 4. Melihat kembali EbenHaezer. Melihat Siola yang sudah berganti rupa. Melihat tempat kita kaos2an dengan papa. Berhenti, di depan McDonald yang biasanya kita makan.
Sayangnya, saya tidak punya cukup waktu untuk ke Oom Mess. Lain kali, deh ya. Soalnya ini juga dadakan banget.
Dan sejak kapan, lo selalu merencanakan liburan? 🤣😂🤣😂
Hey, nok...
I miss you. Papa tau kenapa saya harus "lari"?
Karna, hari untuk memulangkan papa ke Ambon sudah semakin dekat, pa. Dan saya tidak punya alasan lagi untuk menunda. Tidak ada pa.
Saya pikir, jauh lebih menyakitkan melarung abunya papa. Saya bahkan takut membayangkannya, pa. Selama ini, saya selalu merasa papa "masih disini", walaupun dalam bentuk ABU. Setidaknya hati saya tenang, menemukan abu itu ada ditempatnya.
Tapi, sampai kapan nyed?
Amor sudah mau selesai vikaris. Eset sudah mau ujian akhir. Semua utang hampir terlunasi. Tinggal saya aja pa.
Dan, memulangkan papa ke tempat yang papa inginkan, adalah sebuah keharusan yang ngga boleh saya tolak.
Sesakit apapun itu. Sepatah hati apapun nanti. Karna, saya tidak akan lagi mampu "mengunjungi" beliau. Abu yang dilarungkan nanti, menjadi perpisahan paling sulit pa.
Setidaknya orang lain, masih bisa berkunjung di makam ayah mereka. Lalu saya? Saya ngga punya apapun lagi tentang papa, kecuali hal2 yang tidak akan pernah sirna, cinta, memories, ajaran dan nasehat.
Ah, papa. 5 tahun itu terasa cepat sekali. Terlalu cepat untuk saya yang masih menghitung hari2 tanpa papa.
Sabar ya, pa. Semoga kali ini, rencana ini terlaksan dengan baik. Kita ber4 pulang untuk memulangkan papa pada tempatnya istirahat. Di laut ambon. Bersama tenangnya laut disana. Dibawah bintang2 di langit ambon. Terpeluk dalam nusa ina, tempat yang selalu papa ceritakan untuk kita.
Papa maunya ke Ambon aja.
Papa, Zangrandi masih ada loh. Inget ngga dulu, pesennya apa? 3 scoop chocolate + saos chocolatenya. Trus di tambahin french friesnya.
Saya pesan hal yang sama. Tapi tanpa saos coklatnya. Lagi kosong. Oh, 3 scoop, 1 rum raisin, pa.
I miss you so bad, Noke.
Papa kan, temen baiknya Yesus,
Boleh bilang ke Yesus ya, saya mau sekolahnya di Surabaya aja.
Nyed.
Napak tilas tidak akan menghidupkan yang sudah mati, nyed. Lo tau itu.
Bukan untuk menghidupkan, yang pergi sudah menjadi abu. Saya tau. Hanya saja, mendatangi tempat2 yang pernah ada cerita itu mengobati rindu saya. Ini cara saya untuk tetap waras.
Saya tidak lagi berharap papa bisa kembali. Itu bodoh. Saya hanya berharap, dari semua hal yang terjadi setelah papa pergi, saya mampu tidak menjadi cengeng. Saya mampu menguatkan diri saya.
Sampai nanti, saya menemukan masa depan, dimana DIA mampu menghandle saya dengan baik.
Sampai saat itu tiba, saya akan selalu merindukan papa saya.
Karna dengan papa, semua hal tentang saya menjadi begitu penting.
Jadi lo belom ikhas? Katannya lo dah legowo.
Saya masih belajar untuk itu. Masih belajar.
Tidak pernah ada waktu yang tepat untuk ditinggalkan oleh orang2 yang kita sayang. Tidak akan ada.
Namun nafas hidup, bukan milik kita. Saya paham ini, hanya saja menjadi bijak dalam menyikapi kehilangan bukan sebuah hal yang mudah.
Ada masa dimana kamu pikir, kamu mampu. Namun, ada waktu, dimana situasinya tidak berjalan sesuai inginmu, dan yang kamu ingin dengar hanyalah suara mereka yang mengatakan "papa, ada disini, non. Tenang aja, papa ada. Pulang untuk papa ya"
Saat saya tidak mampu menghandle ego saya, dan merasa kalah pada semua waras yang saya usahakan, saya hanya ingin tidur di peluk papa.
Dulu mungkin terasa begitu mudah, hingga tidak ada syukur yng saya ucapkan pada Yesus, karna sudah meminjamkan papa.
Nyatanya, hari ini, rindu untuk dipeluk papa, jaraknya adalah nafas hidup. Sesuatu yang tidak akan pernah kembali.
Kehilangan harusnya mengajarkan kita mensyukuri apa yang kita miliki, selama kita masih bisa memeluknya.
Komentar
Posting Komentar