Langsung ke konten utama

Tentang Noke #55 (*sweater noke)

Sweater Papa

Hahahahahahahahahhaaa... Tolong ijinin saya ketawa dulu. Karna bagian tentang "sweater papa" tu selalu kocak.

Amor mau keluar jalan...

Masuk ke kamar papa, buka lemari baju, ambil sweater baru papa. Keluar kamar udah siap dengan "sweater baru papa" jadi hak milik. Hahahahahahahahaa...

Papa lagi nonton hanya melongo, lalu... "Loh bang, papa punya kan?"
"Memangnya ga boleh pake?" Amor
"Ya udah ambillah. Kamu ini orang tua punya. Ambillah." Ucap papa lesu hahahahhahahahahahahaa...

Kali lain...

Saya siap2 jalan. Keluar kamar dan tanya ke papa "paaaa, sweater yang baru itu mana?"

Papa menatap saya. "Sweater mana?"

"Yang ituloh pa, yang kemaren papa beli, yang abu2 loh,pa."

"Dimobil, nona mau apa?"

"Mau pake,pa."

Papa hanya menatap saya ketika saya kembali sudah dalam balutan sweater baru itu. Hahahahahahahahahahahhaahaa....

Kali lain lagi...

Papa buka lemari pakaiannya untuk mencari sweaternya. Dan yang beliau temuin adalah ZOOOOOOONK!!!! Semua sweater barunya ada dilemari pakaian kita. Dan yang tinggal di lemarinya hanya sweater buluk bin jadul.

"Itulah anak2 saya ini ya. Semua barang papanya mereka ambil. Mereka pake. Nanti giliran papanya mau pake, sudah tidak ada lagi. Iyakan,ma?" (*Ngadu ke mama)

"Ah, papi selalu manjain mereka bertiga itu. Selalu. Apalagi amor, dia kalo saya bilang jangan itu punya papa. Malah marah, memangnya punya papa bukan punya kita,ma?"

Papa ketawa. "Haduh, mau beli lagi tapi nanti diambil terus." (*Masih ngeluh ke mama)

Hahhahahahaahhaahhahahahaahaa...

Kali lain lagi...

Eset pulang kuliah dengan sweater papa. Papa dan saya sedang duduk di teras. Papa langsung geleng-geleng kepala.

"Bongso.... Pantas papa cari sweater hitam ini ada dimana, ternyata papa punya bontot yang pake."

Saya tertawa. "Sweaternya papa tuh nyaman,pa. Dan ga tau kenapa, cocok aja sama kita. Enak aja dipakenya."

"Iya gratis." Tambah papa

Hahahahahahhahahahaahahahahahhaha...

"Selera kita sama,pa. Seleran kita ikutin papa."

"Ah kamu kalo papa suruh beli ga mau. Nanti begitu papa punya kamu satu2 ambil."

Saya dan eset tertawa geli melihat papa "ngedumel".

FYI, tiap kali, tiaaap kali, kita ngemall bareng papa, lalu papa suruh cari sweater pasti ngga ada yang mau.

Tapiiii, kalo papa udah beli punya dia, pasti kita ambil. Kocaaaaak ya?
____________________________________

Ketika kita kembali 1 minggu kemudian setelah papa meninggal. Kami merapikan kamar papa dan kantor, karena pendeta baru sudah mau memakai tempat itu.

Saya bilang ke mama "sweater papa jangan dikasih ya. Buat saya."

Sebagian baju, kemeja, sepatu, kaosnya papa, kita tinggalin untuk jemaatnya. Karena, begitulah nokenya kita...

Dia selalu memberikan apa yang dia punya untuk jemaatnya. Tanpa terkecuali. Karena, yang beliau pakai dihari terakhirnya hanyalah barang-barang yang begitu beliau inginkan. Sisanya diambil oleh amor, eset, om-om, dan selebihnya ditinggalkan di kamar papa, untuk jemaat yang mau.

Sweaternya papa, ada kenyamanan disana, ada "baunya" papa yang selalu tinggal, ada "memory" tentang beliau yang tidak akan terhapus,

Memakai sweater papa, seperti menemukan kembali pelukan papa. Pelukan noke, tempat kami berkeluh kesah, bercerita, hingga menumpahkan airmata demi sebuah "ego" yang selalu papa dengarkan.

Pa, sweaternya sudah dibagi rata.

Setelah papa pergi, tidak ada lagi sweater baru dirumah. Karna yang biasanya ngerti banget soal "selera kita" cuma papa.

Papa harus tau,
Sweater papa, adalah bawaan wajib untuk menemani saya kemanapun saya pergi.

Membawanya membuat saya nyaman, karena saya tau pemiliknya selalu menjaga saya dari sana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...