Sweater Papa
Hahahahahahahahahhaaa... Tolong ijinin saya ketawa dulu. Karna bagian tentang "sweater papa" tu selalu kocak.
Amor mau keluar jalan...
Masuk ke kamar papa, buka lemari baju, ambil sweater baru papa. Keluar kamar udah siap dengan "sweater baru papa" jadi hak milik. Hahahahahahahahaa...
Papa lagi nonton hanya melongo, lalu... "Loh bang, papa punya kan?"
"Memangnya ga boleh pake?" Amor
"Ya udah ambillah. Kamu ini orang tua punya. Ambillah." Ucap papa lesu hahahahhahahahahahahaa...
Kali lain...
Saya siap2 jalan. Keluar kamar dan tanya ke papa "paaaa, sweater yang baru itu mana?"
Papa menatap saya. "Sweater mana?"
"Yang ituloh pa, yang kemaren papa beli, yang abu2 loh,pa."
"Dimobil, nona mau apa?"
"Mau pake,pa."
Papa hanya menatap saya ketika saya kembali sudah dalam balutan sweater baru itu. Hahahahahahahahahahahhaahaa....
Kali lain lagi...
Papa buka lemari pakaiannya untuk mencari sweaternya. Dan yang beliau temuin adalah ZOOOOOOONK!!!! Semua sweater barunya ada dilemari pakaian kita. Dan yang tinggal di lemarinya hanya sweater buluk bin jadul.
"Itulah anak2 saya ini ya. Semua barang papanya mereka ambil. Mereka pake. Nanti giliran papanya mau pake, sudah tidak ada lagi. Iyakan,ma?" (*Ngadu ke mama)
"Ah, papi selalu manjain mereka bertiga itu. Selalu. Apalagi amor, dia kalo saya bilang jangan itu punya papa. Malah marah, memangnya punya papa bukan punya kita,ma?"
Papa ketawa. "Haduh, mau beli lagi tapi nanti diambil terus." (*Masih ngeluh ke mama)
Hahhahahahaahhaahhahahahaahaa...
Kali lain lagi...
Eset pulang kuliah dengan sweater papa. Papa dan saya sedang duduk di teras. Papa langsung geleng-geleng kepala.
"Bongso.... Pantas papa cari sweater hitam ini ada dimana, ternyata papa punya bontot yang pake."
Saya tertawa. "Sweaternya papa tuh nyaman,pa. Dan ga tau kenapa, cocok aja sama kita. Enak aja dipakenya."
"Iya gratis." Tambah papa
Hahahahahahhahahahaahahahahahhaha...
"Selera kita sama,pa. Seleran kita ikutin papa."
"Ah kamu kalo papa suruh beli ga mau. Nanti begitu papa punya kamu satu2 ambil."
Saya dan eset tertawa geli melihat papa "ngedumel".
FYI, tiap kali, tiaaap kali, kita ngemall bareng papa, lalu papa suruh cari sweater pasti ngga ada yang mau.
Tapiiii, kalo papa udah beli punya dia, pasti kita ambil. Kocaaaaak ya?
____________________________________
Ketika kita kembali 1 minggu kemudian setelah papa meninggal. Kami merapikan kamar papa dan kantor, karena pendeta baru sudah mau memakai tempat itu.
Saya bilang ke mama "sweater papa jangan dikasih ya. Buat saya."
Sebagian baju, kemeja, sepatu, kaosnya papa, kita tinggalin untuk jemaatnya. Karena, begitulah nokenya kita...
Dia selalu memberikan apa yang dia punya untuk jemaatnya. Tanpa terkecuali. Karena, yang beliau pakai dihari terakhirnya hanyalah barang-barang yang begitu beliau inginkan. Sisanya diambil oleh amor, eset, om-om, dan selebihnya ditinggalkan di kamar papa, untuk jemaat yang mau.
Sweaternya papa, ada kenyamanan disana, ada "baunya" papa yang selalu tinggal, ada "memory" tentang beliau yang tidak akan terhapus,
Memakai sweater papa, seperti menemukan kembali pelukan papa. Pelukan noke, tempat kami berkeluh kesah, bercerita, hingga menumpahkan airmata demi sebuah "ego" yang selalu papa dengarkan.
Pa, sweaternya sudah dibagi rata.
Setelah papa pergi, tidak ada lagi sweater baru dirumah. Karna yang biasanya ngerti banget soal "selera kita" cuma papa.
Papa harus tau,
Sweater papa, adalah bawaan wajib untuk menemani saya kemanapun saya pergi.
Membawanya membuat saya nyaman, karena saya tau pemiliknya selalu menjaga saya dari sana.
Komentar
Posting Komentar