My Sinsi.
03.15
Kita antar mama ke bandara, karena mama mau menghadiri acara nikahan Edon.
Sampai di bandara 03.56
Check in. Mama ke kamar mandi, entah kenapa mama lama banget di kamar mandi. Mama balik dari kamar mandi 04.25.
Kami masih bercerita dengan santai dan tertawa-tawa.
Saya : ma, masuk udah. Udah jamnya.
Mama : bentar aja lagi.
04.40 mama masuk, boarding time di tiket 04.30, tapi mama kan tinggal berada di ruang tunggu karena udah selesai check in dan boarding pass udah ditangan.
Mama masuk, ternyata sudah "panggilan terakhir", entah gimana ceritanya, tidak ada pemberitahuan sebelumnya bahwa jam keberangkatan dimajukan. Ditiket jam berangkat 05.20. nyatanya berangkat jam 05.00,
Nih yang lucunya, mama masuk itu kan masih panggilan terakhir ya? Berartikan seharusnya mama masih bisa ditunggu, kalo mereka bilang berangkatnya jam 05.00. nyatanya, mama sampe dipintu terakhir menuju pesawat itu jam 04.52 dan "pesawatnya sudah jalan, bu" kata petugas dipintu itu.
Mama menelpon saya. Panik.
Saya : mama tenang, saya ke mama.
Mama : aduh kaka, mama gimana ya. Pesawat aduh.
Saya : maaaa, tenang. Nanti saya urus. Mama tenang.
Kita balik ke mama. Saya masuk dengan mama untuk mengurus bagasi yang saya pikir, sudah terlanjur terbawa.
Mama? Panik. Sebel. Marah. Semua hal disalahkan. Saya memeluk beliau.
"Mama tenang. Mama pasti berangkat."
Mama : udahlah mama ngga mau semua-semua. Mama pulang aja.
Saya : mama, jangan gitu.
Mama : kenapa mama bodok sekali ya. Kenapa. Aduh. Mama itulah kaka. Mama benci berangkat sendiri.
Saya :..........
Sampe di counter itu, seperti yang sudah saya duga, bahwa tiket hangus hahahahhahahaahaa... Untuk sebuah "kebodohan" kita. Saya tanya bagasi, lucunya, entah ini bisa dibilang "lucu" atau "memang begitu", bagasi mama sempat diturunin loh. Jadi syukurnya, bagasi mama ndak kebawa.
Entah logika berpikir saya yang rancukah, atau entah apa, logika sederhana, ketika ketinggalan pesawat, saya kira, bagasinya pasti sudah ikut terbawa ke daerah tujuan, bukannya malah "sempat diturunkan".
But, ya udahlah ya. Udah terjadi juga. Lucu sih, cuman ya udahlah ya.
Saya menanyakan jam penerbangan selanjutnya ke makassar, ternyata malam.
Saya dan mama keluar bertemu amor dan eset. Mama? Masih ngomel-ngomel. Amor dan eset sibuk buat mama ketawa.
Saya? Mengurus segala sesuatu. As always. Mencari penerbangan terdekat biar mama ndak perlu pulang lagi ke rumah dan memastikan mama berangkat.
Mama : aduh, mama ngga usah datanglah. Mama benci kayak gini.
Saya : ma, mama itu walinya edon. Mama ngga kasian sama dia. Mama mewakili mama mi.
Mama : mama udah ngga suka. Mama benci begini
Saya memeluk mama. "Tenang, ma. Mama berangkat aja. Semua beres."
Tiket dapat. "Transaksi selesai", check in ulang dan mama berangkat jam 08.15 sampai di makassar 11.40
Mama : kak, maaf ya. Mama merepotkan kaka.
Saya tertawa. "Udah berangkat aja,ma. Ga usah maaf2an ma."
Eset : jadi mama didalam nanti tidur aja lagi, kalo last callnya jam 8, mama bangunnya jam setengah sembilan aja ya?
Mama : mama ngga suka eset.
Kita semua tertawa untuk sesuatu hal yang mungkin tidak lucu. Terlambat pesawat didalam "airport" itu sendiri, ketika kamu sudah check in, dan tinggal masuk ruang tunggu, bukankah itu kocak ya?
Setelah memastikan mama sudah masuk ke boarding room, kita bertiga pulang dengan ngantuk sekaligus lega. (*Fyi, kita ndak tidur seharian loh ya. Dan saya jaga sore)
Seenggaknya, noke tau, bahwa sinsinya selalu menjadi hal yang prioritas untuk kami. Memastikan bahwa sinsi tetap berangkat dan sampai tujuan, seperti yang selalu Noke lakukan, setiap kali nonanya berangkat.
Sudah saya lakukan, pa. Sinsi sudah sampai dengan selamat. Sudah ketemu tante toosye dan sedang menunggu mama ai.
_______________________________________
Jadi, lain kali sodara-sodara sekalian, kalo udah sampe di bandara, langsung check in dan masuk aja ke boarding room, biar ngga kayak mama.
Karna belom tentu diumumkan loh sampe diluar (*yaiyalah, nyed). Kalo tiba2 penerbangannya dipercepat, coba bayangin ketika check in juga ngga dibilang apa2.
Tapi, mama salah, nyed. Iya. Tau. Mama salah. Kita salah. Seharusnya kita langsung suruh mama masuk aja, ngga usah ngobrol2 lagi sama kita.
Ya udah, ini namanya pembelajaran. Itung2 sedekahin uang, untuk mereka yang mungkin lebih butuh.
Pa, seperti janji saya untuk papa.
Saya akan menjaga mama, amor dan eset.
Saya akan memastikan mereka baik2 saja.
Mereka tidak kesulitan.
Seperti papa yang selalu siap mem-back-up. Saya pun begitu.
Bila suatu hari nanti, kita bertemu, saya bisa menganggkat muka saya di depan papa, "tugas saya sebagai anak sulung, sudah dilakukan dengan baik, pa."
Saya tidak pernah benar-benar siap untuk menghadapi "ini" tanpa papa.
Tapi, perlahan saya tau, tanggung jawab ini tidak boleh saya abaikan.
Papa membentuk saya menjadi seperti beliau, bukan untuk menghadapi hal-hal yang menyenangkan hati, namun jauh lebih dari itu, untuk selalu siap menghadapi kejutan-kejutan dan candaan yang tidak terduga dari Sang Pemilik Hidup.
Tenanglah, Nok. Seperti yang selalu saya bilang sinsinya noke, aman dengan kita.
Benyada Remals "dyzcabz"
12.00
Saya menelepon mama.
Mama : kak, mama udah dihotel nih sama tante tooss.
Saya : ok, mama ati2 ya disana. Jangan makan....blaaa....blaa....blaa..... Inget minum obat blaaaaa......blaaaaa....blaaaa....
Mama : iyoooooooooooo.
Kalo papa masih ada, lalu mendengar "nasehat" dengan nada mengancam saya, beliau pasti bilang semua dia atur, kita kayak tahanan aja.
Hahahahahahahahahahhaahhaahaha...
Seandainya saja, saya jauh lebih protective , mungkin tadi, mama tidak berangkat sendirian, pa....
Komentar
Posting Komentar