"usi sin, kita baca ceritanya usi dan bung, di
blognya."
Saya
mendengar salah satu pendeta berkata itu pada mama, diacara Pengucapan Syukur 34 tahn melayani. Saya menjauh dan
berpura-pura tidak tahu, dengan BLOG yang
dimaksud.
Mama
tersenyum dengan muka bertanya.
"bagus
ya, aduh aku sampe terharu bacanya. Amor ya, yang nulis?"tanya ibu pendeta itu sambil menoleh pada Amor yang
sedang makan. Amor menggeleng.
"Blog
apa ya?" tanya Mama akhirnya setelah lama, mungkin
mama mikir kali ya. Siapa coba yang punya BLOG. I've told you, BLOG ini
rahasia. DUNIA SAYA.
Ibu pendeta
ini terlibat obrolan lain dengan majelis jemaat yang duduk disamping mama.
Mama, bercerita dengan pendeta yang lain. Saya? Duduk diam dan mengamati dengan
bosan. Saya tidak suka pesta. Sangat
menghindari keramaian.
"Kak
Sin, aku baru tau loh, kalo Bung Noke itu
meninggalnya dalam posisi berdoa ya? Aduh, Bung Noke memang hebat betul.
Betul-betul manis ya perginya."
"Tau
darimana?" tanya mama, pada pendeta yang
baru saja duduk dan ikut nimbrung.
"PHMJ
digereja ku, baca cerita tentang bung Noke di internet. Terharu banget bacanya.
Kak Sin gimana kabar?"
Lalu mereka
terlibat obrolan.
Eset duduk
disamping saya, sedang menikmati makanannya.
"BLOG
mu 'kan kak?"
Saya menoleh
kearahnya. "tutup dalam mulutmu dan
makan!"
"Banyak yang baca tentang papa. Sa teman juga.
Dia bahkan tau cerita papa ketemu ko dirumah sakit"
Saya
menatapnya dengan jengkel. "pernah keselek
piring ga?"
Eset
tertawa, dan entah kenapa, ketawanya eset itu selalu menular. Kita berdua tertawa. Candaan bodoh kan? Keselek piring? Horor amat!
Banyak orang
yang datang ke Ibadah Pengucapan Syukur ini,pa. Kalo
papa ada, pasti udah acara dansa. Waltz. Poco-poco. Dan papa pasti turun! Kapan
sih papa ngga buat rame pesta dan suasana.
Tiba-tiba
datanglah seorang Bapak, didepan kita berdua.
"Benyada itu siapa?" tanyanya dengan
antusias
Saya hanya
menatapnya. Eset melirik saya.
"Benyada
itu anaknya Pak Pendeta Ihalauw ya?....
Ada jeda, eset mengangguk.
....siapa yang dipanggil Benyada?"
Saya
menunjuk kearah amor. "Yang suka nulis dia. Amor."
"oooo...
Calon pendeta ya? Nurunin papa ya? Bagus. Bagus itu. Menarik tulisannya."
Saya hanya
mengangguk dan mencoba ramah dengan menyunggingkan sepotong senyum.
Saat beliau
menjauh, Eset melanjutkan "ko ngapain
boong sih,kak? Itukan tulisan mu."
"Saya
ngga tau kalo ada banyak yang baca. Dan sekarang saya lagi malas menghadapi
pertanyaan apapun,babs! Bisakan ko duduk diam aja disini. Kalo ko berisik,
gih... Pindah ke sebelahnya mama aja."
"Tapi
tulisanmu tentang papa itu bagus,kak."
"Si
kampret kecil ini loh, sa bilang diam. Sa ga butuh pendapat atau pujian! Sa
ngga suka! DIAM!" tekan saya lagi
Eset nyengir
dan terus aja nyerocos kayak petasan. Hingga Amor tiba disamping kita.
"sa ndak ngerti loh, semua orang tanya saya tentang
tulisan papa." ucap Amor
dengan muka bingung
"KO
tinggal bilang aja makasih, kalo mereka puji. Susah amat." jawab saya
cepat
"Sa
ndak nulis kak. Ngapain sa bilang makasih."
"Itu kakak,mor." jelas si monet kecil ini
"Itu kakak,mor." jelas si monet kecil ini
Amor menatap
saya. "Jadi KO tulis tentang papa?" Saya menoleh dengan malas, tanpa
mengiyakan.
"dan ko pasti tulis tentang papa turunin saya di
makasar karena perkalian.????"
Eset
tertawa, dan hidup eset isinya selalu tertawa.
"Kaka,
pantesan sa pu teman di STT Jakarta dia WA saya."
Saya
mengacuhkan mereka berdua. "Kak, blogmu namanya apa?" desak Amor
"Saya
ada kok, ini ni mor. Namanya" Eset menunjukkan Hpnya
"Tulisanmu
bagus,kak. Menyentuh katanya sa teman." tambah Amor
"Kalian
bisa diam ga? Lagi belajar jadi penjilat apa gimana sih!"
"gilaaak loh perempuan ini, orang dipuji" bela
Eset
"Sa ga
butuh pujian kalian."
Saya berdiri
menuju meja makan dan mengambil minuman.
Dan saya mendengar hal lain...
".....Bung Noke memang keras, dipersidangan aja,
kalo dia ngga setuju, aduh dia debat. Aturan GPIB kan dikepalanya. ...
"Tapi kasar ya? Sampe bisa ngusir anaknya
loh....
"Tapi ses sin memang perempuan luar biasa ya.
Bung Noke memang paling memuja Zus Sin.....
Dan inilah
dua sisi itu. Dalam setiap tulisan yang dibaca,
orang punya penilaian masing-masing. Dan sisi negatifnya selalu paling
ditonjolkan! Selamat nyed, lo udah buat Noke tetap diingat, dengan cara yang
dia mau. INGAT SAYA YANG JELEKNYA AJA, JANGAN YANG BAIKNYA.
00.20
Kita dalam
versi lengkap, seluruh keluarga besar, sedang
bersantai di ruang TV. Tiba-tiba mama bertanya, "tadi teman pendeta
itu dia tau Noke meninggal dalam keadaan berdoa dari mana ya? Padahal banyak
orang sangka Noke ga sadar."
Saya menyibukkan diri dengan Novel. Amor melirik
saya. "Mereka baca di internet"
"oooo
ada yang buat papa punya biografi?" tanya Mama AI
Saya melihat
Amor dan menggelengkan kepala saya. Artinya
saya tidak suka dibahas!
"Majalah
apa? Biar kita baca." tanya Mama Ai sekali lagi
Semua diam.
Sebagian fokus pada film. Sebagian fokus pada Hp.
"Majalah
apa,mor? Mama mau baca dong. Mereka tulis tentang mama dan papa juga?"
tanya Mama
"semua
hal tentang KELUARGA KITA,ma" tekan Amor sambil melihat saya
Setelah
hening sekian lama. Akhirnya teralihkan dengan
ajakan "ayok, main remi?"
Perlahan-lahan,
disudut sana, saya membuang nafas lega. Nok,
saya aman.
28 Oktober.
Sebenarnya sudah 29 Oktober ya?
Hari ini
dilewati dengan baik. Mulai dari pagi hingga tengah malam, menjelang subuh ini.
Saya tidak tahu, bahwa tulisan TENTANG NOKE ini akan
dibaca oleh banyak orang. Saya menulisnya, hanya untuk saya. Saya mengabadikan
momen2 bersama papa, hanya untuk saya. Tidak terbagi dan tidak pernah berharap
akan ada yang tahu.
Tapi, terima kasih karena sudah membaca.
Kalian melihatnya berkhotbah dan melayani, kalian
mengenal kulit terluarnya, kalian memakinya sebatas mata kalian mengartikannya,
namun saya... Saya mengagumi ayah saya, dengan keseluruhannya. Dengan keutuhan
baik buruknya tanpa jeda. Dengan segala tindak tanduknya tanpa kecuali.
BLOG ini, tidak dibuat untuk harus dipublikasikan.
Silahkan baca, tanpa perlu menebak siapa yang menulisnya. Karena bagi
penulisnya, menuliskan cerita TENTANG NOKE, adalah candu untuk meredam rindu
dan menghapus tangis. Sebab DIA yang pergi, meninggalkan kekosongan yang
memilukan. Bahkan menulisnya dalam ratusan halamanpun tidak akan mengurangi
rindu yang tebit.
Benyada
Remals "dyzcabz"
"mama taukan, siapa dirumah ini yang selalu buat
video papa? Puisi papa? Ucapan selamat ulang tahun paling
"lebai"????" jelas amor
"Kakak?
Jadi mereka baca kaka punya tulisan?"
Amor tidak
menjawab mama. Ketika amor keluar kamar untuk
minum. Saya menariknya ke ruang makan, "kenapa mulutmu terlalu cepat
dibanding otakmu ya?"
Amor
tertawa. Eset yang baru munculpun tertawa. "Tante
Wid, lagi baca ko blog tentang papa." lanjutnya
Saya
tertunduk lemas. "lagian bagus kok,kak.
Tulisannya"
"saya
ngga buat itu untuk diliat,goblok! Berapa kali sih harus dijelasin biar paham!
Otak apa otak2 sih?"
Bakat menulis kamu memang menurun dari papa kamu. Saya juga selalu baca tulisan papa kamu di blognya. Beliau paling jago tulis puisi yang romantis. Jadi tulisan kamu memang bagus...semuanya bagus. Memang bagi penggemar pdt Ihalauw seperti saya tulisan kamu tentang Noke memang menarik untuk dibaca. Soal kamu dan Amor diusir itu cerita yang luar biasa mencengangkan. Dan saya senang akhirnya cerita tentang bubucaca dibaca orang dan tau cerita yang sebenarnya. Teruslah menulis tentang papa kamu karena masih banyak orang ingin mengenang papa kamu lebih dalam lagi. Ternyata. Saya pun terkejut. Saya kira cuma saya aja. Ke ge er an...��
BalasHapusAku, mamiku dan kakakku mengenal Pak Pdt. Ihalauw sejak kami tinggal di Tebet, tahun 80-an. Pak Pdt. Ihalauw "sangat tegas dan funky" dari kita kenal. Saya ingat, pernah Ibu Pendeta Ihalauw (mama kamu) lagi pimpin di sektor kita (aku GPIB Bukit Moria Tebet dulu), dan mungkin kalo ga salah ingat, anak pertama-nya ikut dibawa dan nangis sangat kuatttt, Pak Pdt. Ihalauw angkat anaknya dan bawa "sambil lari" ke gang sebelah dari rumah dimana ada kebaktian.......HEBAT dan SALUT untuk ketertiban dan ketenangan dalam beribadah.... Beda sama didikan "beberapa Pendeta sekarang dehhh",,,sorry to say that.......Pak Pdt. Ihalauw ga mau ibadah jemaat terganggu dengan suara anak-anak nangis.......
BalasHapusPak Pdt. Ihalauw juga yang ikut "andil" memotivasi saya pribadi,,,,kalau "melayani" jangan ngasal dan harus "pintar baca-baca "
Bersyukur sama TUHAN,,,,,setelah kita pindah ke BTH,,,,,masih diberi kesempatan sama TUHAN untuk bertemu dgn Pak Pdt. Ihalauw.
Apapun "sesama rekan Pendeta nyahhhh atau Majelis" yang aku pernah aku temui yang suka bilang "rada miring" mengenai Pak Pdt. Ihalauw,,,,i don't care,,,,,biar ajahhhh mereka nyerocos kyaxxx petasan.....Karena faktanya,,,,,andai Pak Pdt. Ihalauw ga benar kata "oknum" ituhhh,,,,,,,anak-anak Pdt. Ihalauw ga mungkin sama tahap seperti sekarang......
Terakhir papa kamu bercerita,,,,,pendidikan anak-anaknya sampai tahap ini,,,karena "kemurahan TUHAN"..... Yes, Amin untuk pernyataan itu.
Pak Pdt. Ihalauw ga pilih-pilih "mau melayani di kantong gemuk atau tipis",,,,,sorry to say this again.
Papa kamu, Pak Pdt. Ihalauw pintar + tahu aturan ,,,,jadi gituh dehhhhh banyak yang "jelly"....
Tetap semangat menulis dan salam untuk Bu Pendeta Ihalauw dari kami sekeluarga di BTH