Dari ku yang ingin berpisah,
Mungkin banyak tanya dari orang terdekat, tentang kandasnya sebuah hubungan yang terlihat juga terasa begitu harmonis.
Dude, mesra itu punya ukuran pada masing-masing mata yang melihat, namun terasa tawar pada hati yang tidak lagi merasai.
Harmonis yang kupertontonkan bagi kalian, hanyalah cara yang ku ejawantakan untuk menutupi luka yang selama ini menga-nga.
Ketika dua hati bersatu, ada dua persepsi yang belajar melebur, bukan untuk menjadi sama, namun untuk menjalani sebuah komitmen dengan lajur yang jelas dan arah yang serius. Akhirnya? Seharusnya menjadi "kita" dalam versi duet.
Lalu, beberapa hari yang lalu, ketika aku memutuskan untuk berhenti berjalan dengannya. Semua mata, mulut dan kata menyudutkanku. Akulah si pesakitan itu. Kata mereka, "lo memang paling gampang nyari pelarian.", "Dia jadi korban lo ke berapa?", "Ga cukup nyakitin diri sendiri?", "Apa kurangnya dia? Lo sesempurna itu?" Dan ratusan tanya yang memekakan telinga.
Aku tidak harus menjelaskan apapun pada siapapun. Itu hakKU. Aku berhak menghentikan siapapun yang membuatku tidak nyaman dan tidak bisa menjadi diriku sendiri.
Dear, all of my frienemy...
Begini, katakanlah yang kamu liat dan kamu gambarkan dalam hubungan kita itu sesuatu yang kamu pikirkan akan long last. Ataupun sesuaatu yang berakhir bahagia. Akupun demmikian. Tidak ada orang yang menjalani hubungan dengan cita2 menghancurkan hati orang lain. Setuju ya?
Namun, seiring berjalannya waktu, aku menemukan diriku, tidak lagi merasa sejalan. Bahwa dalam kebersamaan kami, perlahan aku merasa tawar, aku merasa duniaku tidak lagi seperti yang aku impikan dulu, duniaku menjadi sempit. Tawaku tertahan. Rasaku hanya bermain pada sebuah kata, "bertahan", awalnya aku berjuang keras untuk melawan asa ini. Aku berjuang sehebat yang aku bisa untuk mengembalikan rasa itu. Nyatanya, aku kehilangan diriku.
Bagiku, mencintai dia, seharusnya membahagiakan duniaku. Aku menjadi aku yang jauh lebih baik, bukannya menghilangkan aku. Lalu, perlahan aku menarik mundur diriku, melihat rekam jejakku dengannya, benarkah dia? Benaekah dia yang aku inginkan?
Bagi kalian, aku sangat egois, orang sesempurna dia, bagaimana bisa aku melepasnya? Bukannya aku sangat tidak bersyukur?
Bukan kalian yang menjalani, tapi aku. Aku yang melangkah dengannya. Aku yang mengandeng tangannya. Aku yang memeluknya saat hidup sedang tidak bersahabat. Aku yang tersenyum untuknya disaat kemenangan demi kemenangan dia raih. Aku. Aku, perempuan yang kalian hujat karena melepasnya.
Bila berada disisinya, mematahkan sayapku untuk menggapai citaku, bukankah sebaiknya aku mematahkan hatiku, agar cita2ku tetap menghidupkanku?
Bila dia disisiku, berarti membuatnya gelisah tentang di mana perhentian terdekat untuk berlabuh, bukankah sebauknya dia melepaskan jangkarnya pada pelabuhan terdekatnya?
Ini tentang cinta. Tentang kesetiaan. Tentang mimpi. Tentang hati. Tentang waktu yang terbuang. Tentang dia. Tentang aku. Tentang kita yang berusaha bertahan.
Untuk kesekian kalinya, aku melepaskan orang yang pernah ku inginkan setengah hidup. Bukan karena aku jahat, justru aku ingin melihatnya jauh lebih bahagia dengan yang terbaik.
Untuk semua frienemy and my inner circle,
Mencintai seseorang itu butuh nyali. Bukan hanya hati.
Mematahkan hati orang itu butuh niat.
Bukan hanya kesempatan.
Yang selalu kamu liat belum tentu seperti apa yang kamu pikirkan.
Ada banyak cara orang mengungkapkan cintanya, menjadi jauh lebih mesra salah satunya, namun ada juga cara orang menyembunyikan "sakitnya", menjadi jauh lebih mesra salah satunya. See?
Kita selalu membuat ekspektasi menurut apa yang kita inginkan. Menurut pemahaman kita. Tapi, sebenarnya? Hanya mereka yang menjalani, yang benar2 tau, apa yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
Jangan menggampangkan masalah orang lain, hanya karena kamu melihat dari kacamatmu. Sebab, akan ada waktunya, kamu diperlakukan sebagaimana kamu memperlakukan orang lain.
Biarlah orang lain menyelesaikan masalahnya dengan cara dan tanggung jawab yang mereka punya. Memberi saran itu baik, tapi menggurui itu buruk. Tidak semua orang menjalani apa yang kamu pelajari dan kamu tidak hidup didalam cerita mereka.
Note bodoh bin tolol ini dipersembahkan untuk iseng2 aja sih. Ini bukan tentang saya. Bukann juga tentang sahabat2 saya.
Ini note random. Jadi, ga usah seserius itu bacanya. Ga perlu juga se-baper itu mencernanya.
Saya lagi pengen nulis dan inilah yang terpikir. (*Iya,gue serandom itu)
Benyada Remals "dyzcabz"
Tunjungan Plaza. Nungguin Ka Elis datang dan gabut, lalu saya membuat note tolol ini.
Komentar
Posting Komentar