Langsung ke konten utama

Postingan

Tentang Noke #71

maaf pa, saya tidak pernah tau tentang pelayanan yang papa buat. saya tidak pernah bertanya tentang apa yang memberatkan apa. saya? menuntut papa, membagi waktu dengan kita.  saya bahkan tidak pernah tau, bahwa ada ratusan malam di mana papa harus bangun dan berdoa pada jemaat yang orang tuanya kritis. Saya tidak tau itu, pa. saya tidak tahu, bahwa dalam hari-hari yang papa jalani di kantor papa tidak selalu berada atau pergi ke SINODE, ada banyak hari-hari di mana papa duduk di kantor mendengar curahan hati mereka yang teraniaya. Mereka yang terpinggirkan. Mereka yang kehilangan. Mereka yang butuh di kuatkan. Papa bersama mereka.  Saya tidak pernah mengira bahwa dalam jam-jam di mana saya pikir seharusnya papa sudah pulang ke rumah, papa ada perkunjungan pada jemaat-jemaat yang jauh dan jarang dikunjungi. Papa mengunjungi mereka, duduk di dalam rumah yang di tepikan ketika perkunjungan seharusnya di adakan. Papa makan bersama mereka. JEmaat yang merasa kecil hati karena berpi...

tell me what you see.

Tell me what you see? Coba liat foto ini, lalu katakan untuk saya, Apa yang kamu liat. No. Jangan bilang cantik, manis, kurusan, gemukkan, rambutnya bagus, lipstiknya bold banget, dont. Apa yang kamu liat. Apa yang kamu rasa, saat melihat foto itu. Senang? Marah. Sedih. Jengkel. Bilang, apa yang kamu liat. Saya mau tau. Foto ini di ambil, ketika saya menerima paket berupa 2 karton choki2 dan 4 box gerry chocolatos datang. Saya sesenang itu. Dopping saya sudah ada. Saya ngga tau gimana, tapi foto ini terlihat seperti yedijah kecil yang begitu gembira ketika papa atau mama memberinya chocolate. Im a chocoholic. Yep, i am. Saya, harus punya chocolate di dalam tas saya. Harus. Entah itu choki2, beng2, silverqueen, alpine, cadburry cashew, pokoknya harus ada. Maap, soalnya gula darah saya suka turun mendadak. Dan saya mampu, tidak makan nasi hanya makan coklat. Selalu sih kalo ini. Walaupun, saya sedang berusaha menurunkan BB saya. Diet ketat ala say...

keberagaman

Saya dan keberagaman. Beberapa hari belakangan saya cukup "jengah" karna twitterland ribut tentang logo pelangi pada brand ternama yang sudah puluhan tahun. Unilever. Sebagian dari mereka membunyikan usul pemboikotan. Sebagian lagi cuek dan ada yang membela. Come on, dude. Apa iya pemikiran kita sesempit itu? Apa iya LGBT selalu di lambangkan dengan pelangi? Apa iya kalo berwarna pelangi pasti mendukung LGBT. Okeh, make it clear ya... Saya mendukung LGBT? Tidak. Okey? Saya menghargai hak untuk tetap hidup yang mereka miliki sebagai manusia. Saya boleh tidak sepaham dengan mereka, tapi saya tidak boleh memaksakan kehendak saya secara brutal dan memaksa orang lain mengikuti alur berpikir saya. Paham ya? Saya menghargai keberagaman. Pelangi? Hal yang menakjubkan, warna yang berbeda berpadu padan menjadi keindahan. Ada yang ngga suka liat pelangi? Kamu, menyumpahi, merutuki, menghina, memaki LGBT, apa kamu tau, cerita kenapa mereka seperti itu? Memang bener,...

Maaf ya, Tuhan Yesus🙏

Sore ini, saya duduk dengan mama. Di dalam rumah ya. Bukan di 'kang bakso langganan kita. Ngga juga di Bakmi GM. Ngga juga di food courtnya mall. Di rumah aja. Mama membicarakan tentang Pemilihan PHMJ yang akan berlangsung beberapa hari lagi. Banyak yang bersaing untuk duduk di dalamnya, kenapa? Karna uangnya udah banyak. Udah banyak. Beda ketika mama baru pertama masuk. (*udahlah ya ngga perlu di sebut berapa) Mama bercerita panjang lebar tentang beberapa orang yang datang pada mama dengan rancangan2 mereka. Ada juga yang datang membawa skenario mereka. Ada yang mengajukan calon2nya. Gini ya... di dalam rumahnya Bapak Ihalauw ini, kami dibiasakan untuk diskusi tentang apa aja. Jadi, mama mengajukan beberapa nama untuk saya dan saya memberikan pendapat sesuai dengan kapasitas saya. Apa yang saya tau berdasarkan apa yang terjadi dan mama pernah cerita. Juga berdasar pada persinggungan sengaja maupun tidak orang itu dengan saya. Walaupun akhirnya, mama bilang biarlah, Tuhan Y...

salah satu hari di 2019 #latepost

Rasta menyulut batang rokok terakhirnya ketika Donut tiba-tiba menjatuhkan badannya disebelahnya. Taman Suropati. 23.30 (* oktober 2019) semoga nda salah.... Beberapa pemusik mengadakan live music a.k.a jamming di sini. Menonton musisi jalanan yang suaranya tidak kalah bagusnya dengan si profesional sungguh kemewahan yang sulit diabaikan. Ada amin?  Dan kami terbiasa menikmati malam dengan cara seperti ini.    Rasta mencolek Donut, "kenapa lo?"  Donut : capek bagiin undangan. Kita serentak menoleh kearahnya. Serempak. Hhahhahahahahhaaa....  Saya : undangan ulang tahun? Donut menatap nanar ke arah saya, "nikah, njing!"  Saya menatapnya ngeri dan kaget. Ya iyalah kaget dong, saya mengenalnya dengan baik dan dalam 8 bulan terakhir ini tidak ada sama sekali cowo yang deketin dia. Dia pun tidak sedang flirting dengan siapapun. Lalu kenapa tiba-tiba bisa dia bagiin undangan. Cipta membelokkan duduknya dan menaruh kopinya. Dia menghadap donut yang masi...

Karna kita orang dewasa

Karna kita orang dewasa. Menanggapi rengekkan manja anak dengan agresif tidak menyelesaikan masalah. Iyakan? Memendamkan bahkan mengabaikannya juga tidak menghasilkan apapun, bener ya? Karna kita orang dewasa. Seharusnya, kita menjadi lebih ngayomi, ngangoni, ngalah, mengerti dan memahami perasaan mereka. Apalagi ketika kita sudah menghadiahkan trauma yang mendalam atas keegoisan kita. Anak bukan boneka. Mereka bertumbuh dalam ruang lingkup yang kita cipta dan contohkan. Bagaimana karakternya terbentuk? Mengikuti pola asuh kita. Mengikuti apa yang kita perlihatkan di hadapannya. Mau jadi sebrengsek apapun anak, sebagai orang tua, kamulah panutannya. Mau sebebal apapun anak, sebagai orang dewasa, kamulah penuntunnya. Bila dia kehilangan arahnya, temukan dia. Bawalah dia pulang dengan cara yang benar. Bukan memarahi, menjauh dan memperlakukannya sebagai musuh. Ada saatnya, kita duduk sebagai orang yang sama2 dewasa. Untuk berbicara berbagai hal. Namun, anak selamanya...

saya dan hari itu.

Beberapa malam lalu, badan saya begitu lelah. Capek. Remuk rasanya. Pake hazmat hampir 12 jam. Hupffff... Saya berdiri kelelahan di depan ugd, menunggu jemputan. Rasanya ngga sanggup harus naik KRL lagi bahkan nyetir pun rasanya ngga mampu. Saat saya berdiri di depan UGD, ambulance terus berdatangan membawa pasien baru. This is normal? Hanya beberapa hari dalam sebulan biasanya serame ini. Namun, 3 bulan ini, setiap hari kami seperti berperang melawan covid bangsat ini. Setiap hari ada saja perawat, dokter, lab, ob, admin yang harus off dulu karna menjadi pdp bahkan positif. Capek rasanya. Capek. Aseli, malam itu saya berdiri di UGD, untuk pertama kalinya, sepanjang 10 tahun saya menjadi dokter, saya merasa begitu lelah berada di rumah sakit. Saya tau, ini pekerjaan saya. Saya sangat mencintai pekerjaan ini. Namun, hari itu saya bener2 merasa lelah. Lelah, badan sakit, maag pedes rasanya, kepala nyut2an, paha sampai kaki kesemutan. Sebelum pulang kami wajib mandi di RS. Waji...