Langsung ke konten utama

keberagaman

Saya dan keberagaman.

Beberapa hari belakangan saya cukup "jengah" karna twitterland ribut tentang logo pelangi pada brand ternama yang sudah puluhan tahun. Unilever.

Sebagian dari mereka membunyikan usul pemboikotan. Sebagian lagi cuek dan ada yang membela.

Come on, dude. Apa iya pemikiran kita sesempit itu?

Apa iya LGBT selalu di lambangkan dengan pelangi? Apa iya kalo berwarna pelangi pasti mendukung LGBT.

Okeh, make it clear ya...

Saya mendukung LGBT? Tidak. Okey?

Saya menghargai hak untuk tetap hidup yang mereka miliki sebagai manusia. Saya boleh tidak sepaham dengan mereka, tapi saya tidak boleh memaksakan kehendak saya secara brutal dan memaksa orang lain mengikuti alur berpikir saya. Paham ya?

Saya menghargai keberagaman.

Pelangi? Hal yang menakjubkan, warna yang berbeda berpadu padan menjadi keindahan. Ada yang ngga suka liat pelangi?

Kamu, menyumpahi, merutuki, menghina, memaki LGBT, apa kamu tau, cerita kenapa mereka seperti itu?

Memang bener, belum ada ilmu pengetahuan yang mampu menjelaskan tentang kenapa seseorang menjadi gay, lesbi, dll. Beberapa tahun lalu, ada yang ilmuwan yang mengatakan karena kromosom, seperti klinefelter, atau down syndrom. Tapi, pendapat itu di patahkan. Melihat bahwa ini sebenarnya sudah menjadi "penyakit lingkungan". Kenapa? Ya kalo temen lo gay, lo tinggal, berteman, intim sama dia, bisa jadi, lo akan jadi sama. Gitu ya?

Saya ngga akan membahas kenapa mereka menjadi gay. Karna, akan menjadi debat kusir, apalagi kalo sudah menyangkut tentang agama. Tidak ada agama yang membenarkan pernikahan sejenis. Kalo transgender, menurut saya, tergantung ya, karna ada juga penyakit dimana seseorang dilahirkan dengan 2 kelamin. Sehingga setelah beranjak remaja dia harus memutuskan dia menjadi apa. Atau mugkin saat kecil dia di"belokkan" menjadi wanita, ternyata saat besar dia lebih condong ke pria, di dukung dengan organ2 anatomi tubuhnya yang lebih ke arah laki2. Itu ada di dalam dunia medis. Cuman saya lupa namanya. Itu juga karena kelainan kromosom.

Saya sangat jengah, dengan manusia2 yang selalu menjadi TUHAN atas hidup orang lain.

Maksudnya?


Mengganggap pilihan pada umumnya adalah sebuah aturan baku dan kenormalan yang hakiki, bagi sebagian orang itu absolut. Bagi saya, ngga.


Pada aturan2 hukum yang bersifat memaksa dan mengikat, saya taat. Mencuri, membunuh, merampok, melanggar norma kesopanan, bertindak asusila, pelecehan seksual, verbal abuse, drugs user dan pengedarnya, dan sebagainya. Saya mendukung kalian, kalo hal2 ini, kita berada pada lajur yang sama.

Kalo, untuk yang tatoan, ngerokok, tindik, LGBT, mabook, itu pilihan mereka. Kecuali, tindakan2 ini merugikan orang lain, saya menentangnya. Kalau mereka melakukannya dengan tanggung jawab dan kewarasan yang utuh, serta di terima oleh inner circlenya, lah se tu sapa lah, mo iko maso dalam orang pu hidop? La se tuang ala?

Saya, tidak keberatan bila anda2 menasehati mereka seluas kapasitas anda, entah atas nama keTUHANAN yang MAHA ESA, entah KEMANUSIAAN yang adil dan beradab ataupun PERSATUAN INDONESIA. Serah lo lah.

Yang saya tidak respect, kalo kamu, bersikap otoriter, diktator, anarkis, membully, mereka yang bersikap netral. Mereka yang menunjukkan sikap menghargai keberagaman.

Gini ya, saya bukan ahli agama, hanya saja, pada salah satu Kitab yang saya baca di Alkitab, ditulis begini, bila kamu tau dia salah, dan kamu sudah menegur dia, namun dia bergeming. Tinggalkanlah dia, sebab dosanya akan tinggal bersama dia. Koreksi saya, bila saya salah.

Jadi, jelaskan, kalo kamu sudah menegur, dengan cara yang benar, tapi memang dasarnya, dia tidak mau berubah atau dia tidak bisa lagi di ubah. Ya sudah. Kita tidak perlu memaksakan pikiran kita, keyakinan kita, untuk harus orang lain ikut.

Ingat loh, setiap manusia memiliki hak asasi, hak untuk memilih dan memilah bagaimana dia menjalani hidup.

Memangnya di indonesia sudah ada hukum tentang LGBT? Sudah ada peraturan yang dikeluarkan untuk menindak mereka?

Hargailah keberagaman.

Jangan deh teriak2 black live matters, kalo kamu tidak bisa menghargai perbedaan pilihan hidup sekitarmu. Ga usah deh, sok2an ikut2an gerakan2 di negara lain, kalo kamu masih mendiskriminasikan orang yang berbeda pandangan dengan kamu.

Kamu, dia, saya, mereka adalah pelaku2 diskriminasi yang nyata bagi orang lain.

All lives matter. All.


Jangan menjadi TUHAN atas hidup orang lain,
Karna kita, sejengkalpun tidak ada bandingannya dengan Saulus.

Jangan meneriakkan dosa orang lain,
Seolah2, membunuh nyamukpun, kita tidak lakukan.

Jangan menjadi hakim atas pilihan hidup orang lain,
Sebab kamu, tidak tau, apa yang dia alami,
Sampai hari dimana kamu menemukannya seperti hari ini.


Hanya karena kehidupanmu bertolak pada lajur kenormalan yang di dengung2kan pada umumnya,
Tidak lantas membuat keabnormalan orang lain, salah di matamu.

Gih... main lebih jauh, gaul lebih banyak, baca buku lebih sering.

Dunia ngga sesempit perspektif orang yang hanya mendengarkan pendapat2 orang lain lalu menyadurkan tanpa logika yang berimbang.

Dunia ngga hanya apa yang kamu lihat, kamu dengar, kamu rasa.

Kamu perlu keluar dari perspektifmu, untuk melihat keberagaman yang hidup di sekitarmu.

Kamu perlu tertawa dengan pedangan asongan, ngopi dengan supir bajaj, nyebats dengan supir taxi, main catur dengan satpam2 mall atau kompleks, atau kamu perlu berjalan pada suatu senja, lalu duduk di pinggiran jakarta bersama ibu yang menjajakan kerupuk kemplang khas palembang, sambil mendengarkan cerita2 kosong anak2 punk, alunan musik para pengamen jalanan yang pulang, hingga anak2 kecil yang menjajakan tissue.

Kamu perlu menunduk ke bawah, melihat mereka yang hidupnya tidak pernah kamu sentuh.

Kita, selalu melihat seluas arah pandang kita, karna itu kita menjadi hakim yang buruk untuk hidup orang lain.


Saya tidak memintamu mendukung LGBT.

Saya hanya menginginkan kalian, menghargai keberadaan hidup dan keberagaman pilihan hidup yang mereka jalani.

Pro atau tidak, itu hak mu. Hak asasimu yang tidak bisa di ganggu. Hakmu berpendapat dengan bebas, tapi bertanggung jawab.


Saya, dibesarkan dengan aturan2 baku dari ayah ibu saya.

Mereka mendidik saya, mengatakan apa yang benar menurut saya, dan tidak memaksakan kebenaran saya untuk orang lain.

Mereka menjadi contoh hidup tentang cerita hidup yang harus di jalani.

Mereka memperlakukan manusia, selayaknya manusia. Memanusiakan manusia.

Bukankah hari ini, memanusiakan manusia rasanya begitu langka?

Pada hal2 besar yang di teriakkan oleh pesohor2, kita mengikuti. Meneriakkannya seolah2 kita sudah melakukkannya.

Coba deh, liat dengan lebih teliti,
Sudahkah anda menjadi manusia bagi sesama anda?

Jadilah, manusia yang memanusiakan manusia.

Sesederhana itu kok yang semesta inginkan.


Kasihilah sesamamu manusia,
Perlakukanlah dia, sebagaimana kamu ingin di perlakukan.

Simpel kan?




Benyada Remals "dyzcabz"


Kenapa kamu harus menjadi manusia,
Untuk memanusiakan manusia?

Karna roh yang di tiupkan Tuhan pada kita,
Adalah gambaran dirinya.

Selayaknya, kita menghadirkan diriNYA,
Dalam keseharian kita,

Sesederhana, menghargai, berlaku baik, bertutur benar dengan sikap sopan,

Dan yang terpenting,
Taruhlah kasih, di manapun, kamu memijakkan kakimu untuk hidup.

Karna kamu manusia,
Seharusnya, hidupmu, menjadikan manusia lain,
Mensyukuri keberadaanmu.

Kenapa kamu berbuat baik?
Karna saya manusia.

Kalo kata papa saya,
Berbuat baik bukan untuk diliat orang.
Berbuat baik karna Yesus sudah terlalu baik buat kita.



Dan untuk kalian, kaum terpinggirkan...

Jadilah dirimu, sebagaimana adamu.
Aku, tetap menghargai keberadaanmu.

Jangan malu, mengotakkan diri, lalu bersembunyi, dan menyakiti orang yang tidak bersalah.

Bila kamu mau berjuang untuk "kembali", berjuanglah dengan benar. Jangan untuk membahagiakan orang lain. Bahagia itu dimulai dari diri kita sendiri.

Sebelum menyenangkan orang lain, bagaimana bila menyenangkan dirimu dulu?

Apappun kamu, siapapun kamu, bagaimanapun kamu,
Aku akan selalu menerimamu sebagai teman.

Bilapun, suatu hari kita berselisih.
Aku akan tetap melihatmu sebagai manusia.



Keberagaman bukan sebuah dosa.
Beragam, tidak sama. Beda.
Bukan berarti, tidak bisa berdampingan.



Demokrasi harus dimulai dari rumah.
Mendengarkan pendapat orang lain, harus diajarkan dari rumah.
Bukan untuk mencari benar salah,
Namun belajar memfungsikan telinga dengan benar, dan menggunakan otak secara tepat.

Di ajarnya dari rumah.

Sekolah dalam ruang lingkup kecil, adalah keluarga.

Di mana kamu, akan selalu di terima dengan utuh, sebagaimanapun buruknya keadaanmu.

Di mulai dari rumah.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

25 Facts about me

25 facts about me Ini salah satu chalenge yang agak menatang bin unik, karena saya harus benar-benar mengenali siapa dan bagaimana saya. Memang hanya sebuah keisengan saja, tapi tetap saja, membuat saya berpikir cukup keras untuk ini... And, this is it... 25 fact about me : 1. Saya adalah sulung dari 5 bersaudara, namun tunggal perempuan dari 3 bersaudara, kedua adik perempuan saya meninggal. Dirumah semua memanggil saya Kakak, bahkan yang lebih tua dari saya. (*kocakkan?) 2. Saya lahir di Salatiga, tumbuh dan berkembang di berbagai kota, palembang, surabaya, makasar, namun sebagian umur saya, dihabiskan di Metropolitan. Hmmm,,,,tapi saya Ambon! 3. Saya menghabiskan waktu luang saya dengan nulis, denger musik, baca buku, but almost novel my fave reading. Hohoho... 4. Hal yang tidak pernah salah buat saya adalah CHOKI-CHOKI, karena teman terbaik sekaligus musuh teeberat saya (*sometimes) Yep, Im chocofreak!  5. Saya suka bertualang kemana saja. Apalagi kepegunungan. T...

Obsesi YANG SALAH!!!

Obsesi yang salah! Saturday, September 25, 2010 6:15 AM Mungkin aku harus mengatakan BAHWA aku PEREMPUAN yang sangat beruntung! Dengan segala keterbatasan yang aku miliki,aku mampu memikat hati siapa saja. Aku mampu mendiamkan,ANJING HERDER!<loh kok=""></loh> ************************************************************** Kenapa aku mengatakan AKU BERUNTUNG??? Disatu sisi,aku dicintai oleh seorang lelaki yang nyaris sempurna. Dia memiliki ketampanan dan kemapanan yang menjadikannya sebuah OBSESI yang diminati oleh setiap HAWA. Kecuali aku! Aku benci COWO! Mereka adalah makhluk egois yang tidak pantas dicintai. Mereka lebih baik untuk dicampakkan. Tidak ada toleransi untuk rasa benciku pada makhluk terkutuk itu. Aku membenci mereka. Sangat membenci mereka. Entah untuk alasan apa! Tapi,AKU MEMBENCI COWO. Sampai DIA datang… Membuatku runtuh dari KESOMBONGANku yang menilai bahwa akulah yang paling benar tentang segala hal. Dia menamp...

I am a proud sister!!!

I am a proud sister!!!! First thing first... Congratz, Melf! Calon Sp.B menunggu waktu aja sih. Pembicaraan tentang sekolah lagi itu sudah ada beberapa tahun ke belakang, sejak PTT, well kita udah hampir 8 tahunan jadi dokter. Mulai dari dokter ptt di pedalaman, hingga magang di RSUD, hingga akhirnya menetap dan menjadi PNS di RSUD Kota Sorong lalu di angkat menjadi Kepala IGD (*melf) Jadi saya mengerti betul, bahwa kakak saya sangat menginginkan "sekolah" lagi. Sama saya juga. Tapi, usia epit adalah batas rawan. Kenapa? Dia udah 33, tahun ini, 34. Sedangkan batas usia yang di tetapkan itu 35 tahun. Jadi saya mengerti betul, kenapa dia berjuang dan berusaha sekuatnya untuk masuk PPDS. Mungkin ada banyak yang akan bertanya, ngapain sih ngotot jadi ppds atau sekolah spesialis. Toh udah dokter, ngga capek sekolah lagi. Well, tergantung caramu memandang sebuah "nilai" dari gelar yang tersemat. Untuk kami, menjadi Spesialis bukan hanya tentang "keuntungan...